Analisis vegetasi kelompok jenis a. Indek nilai penting kelompok jenis

Tabe l 26. Indek nilai penting kelompok jenis pada hutan bekas tebangan Et+0 b Kerapatan kelompok jenis Kerapatan kelompok jenis adalah jumlah individu per ha yang terdapat dalam kelompok jenis tersebut sesuai dengan tingkat pertumbuhannya semai, pancang, tiang, pohon. Data ini diperlukan untuk mengetahui kondisi hutan produktif atau tidak produktif, layak diperkaya atau tidak dan lain- lain serta menentukan kebijakan yang aka n dilakuka n sehubungan dengan kondisi hutan tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 200Kpts-II1994 Dephut 1994 bahwa kriteria hutan produksi alam yang tidak produktif adalah: 1 Pohon int i yang berdiameter minimum 20 cm kurang dari 25 pohonha 2 Pohon induk kurang dari 10 pohonha 3 Permudaan alam kurang, yaitu: a Permudaan tingkat semai kurang dari 1.000 batangha b Permudaan tingkat pancang kurang 240 batangha c Permudaan tingkat tiang kurang dari 75 batangha. Menurut Prof. Dr. A. Indrawan wawancara, perhitungan tersebut didasarkan pada jumlah petak ukur PU per ha sesuai tingkat pertumbuhan dikalikan dengan 100, 75, 60 dan 40 masing- masing untuk tingkat pohon, tiang, pancang dan semai, sebagai berikut: Tingkat Kelompok Jenis Kelerengan datar-landai Kelerengan agak curam-curam KR FR FR INP KR FR FR INP Meranti 40,588 19,101 59,689 34,6491 23,6364 58,285 Semai Dipt.non meranti 5,294 12,360 17,654 0,8772 3,6364 4,514 Komersial lain 54,118 68,539 122,657 64,4737 72,7273 137,201 Meranti 35,019 17,582 52,602 9,226 19,697 28,923 Pancang Dipt.non meranti 9,339 9,890 19,229 8,333 7,576 15,909 Komersial lain 55,642 72,527 128,169 82,440 72,727 155,168 Meranti 45,669 21,538 44,747 111,955 56,1151 31,9444 56,4938 144,5534 Tiang Dipt.non meranti 19,685 23,077 20,738 63,500 10,7914 18,0556 9,8648 38,7118 Komersial lain 34,646 55,385 34,515 124,545 33,0935 50,0000 33,6413 116,7349 Meranti 49,268 30,172 59,883 139,323 57,792 39,024 64,732 161,549 Pohon Dipt.non meranti 12,195 16,379 10,385 38,960 9,740 12,195 7,693 29,628 Komersial lain 38,537 53,448 29,732 121,717 32,468 48,780 27,575 108,823 1 Tingkat pohon = 10.000 m 2 400 m 2 x 100 = 25 batangha 2 Tingkat tiang = 10.000 m 2 100 m 2 x 75 = 75 batangha 3 Tingkat pancang = 10.000 m 2 25 m 2 x 60 = 240 batangha 4 Tingkat semai = 10.000 m 2 4 m 2 x 40 = 1.000 batangha Berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan Nomor 151KptsIV-BPHH1993 Ditjen PH 1993 bahwa areal bekas tebangan pada IUPHHK tidak perlu diperkaya enrichment planting apabila memenuhi persyarakatan sebagai berikut: 1 Mempunyai pohon inti minimal 1 batangPU 1x25 PU= 25 btgha atau 2 Mempunyai permudaan tiang minimal 2 batangPU 2x100 PU=200 btgha atau 3 Mempunyai permudaan pancang minimal 4 batangPU 4x400 PU=1600 btgha 4 Mempunyai permudaan semai minimal 8 batangPU 8x2500 PU=20.000 btgha Berdasarkan hasil analisis vegetasi seperti terlihat pada Tabel 27, dapat diketahui bahwa kerapatan pohon pada lokasi penelitian lebih dari yang dipersyaratkan, begitu pula hasil analisis vegetasi pada hutan bekas tebangan ET+0 di PT Ratah Timber Co Indrawan 2000 dan PT Sari Bumi Kusuma Pamoengkas 2006. Tabe l 27. Kerapatan tingkat semai, pancang, tiang dan pohon pada hutan bekas teba ngan Et+0 di lokasi penelitian dan beberapa tempat lain. Kriteria yang dibuat Dephut 1994 untuk menentukan status hutan alam produksi yang produktif atau tidak produktif dalam rangka kelayakan untuk dikonversi menjadi hutan tanaman. Dengan demikian lokasi penelitian yang terdapat di areal PT Gunung Meranti, PT Ratah Timber Co dan PT Sari Bumi Kusuma tersebut masuk Tingkat Kelompok Jenis PT Gunung Meranti Btgha PT RTC PT SBK Kepmenhut Dirjen PH Datar-landai Ac-curam Rata-rata Btgha Btgha No.200 Btgha No.151 Btgha Meranti 8.214 9.875 Semai Dipt.non meranti 1.071 250 24.369 23.966 19.312 1000 20.000 Komersial lain 10.952 18.375 Meranti 1.714 620 Pancang Dipt.non meranti 457 560 5.808 3.546 2.260 240 1.600 Komersial lain 2.724 5.540 Meranti 116 82 Tiang Dipt.non meranti 50 16 200 193 377 75 200 Komersial lain 88 48 Meranti 101 93 Pohon Dipt.non meranti 25 16 183 126 188 25 25 Komersial lain 79 53 Keterangan Terdiri dari kelompok komersial ditebang, komersial tidak ditebang dan jenis lain Indrawan 2000 Terdiri dari kelompok dipterocarp, non dipterocarp dan non komersial Pamoengkas 2006 PT RTC : PT Ratah Timber Co; PT SBK: PT Sari Bumi Kusuma dalam kriteria hutan alam produksi yang produktif dan tidak layak dikonversi menjadi hutan tanaman Tabel 25. Kriteria yang dibuat Ditjen PH 1993 untuk menentukan apakah areal hutan alam produksi bekas tebangan harus diperka ya atau tidak dalam rangka kegiatan penanaman pe ngayaan enrichment planting sistem TPTI. Denga n demikian lokasi penelitian yang terdapat di areal PT Gunung Meranti, PT Ratah Timber Co dan PT Sari Bumi Kusuma tersebut masuk dalam kriteria hutan alam produksi bekas tebangan yang tidak perlu dilakukan kegiatan penanaman pengayaan karena tingkat kerapatan tegakan masih tergolong tinggi Tabel 25. Menurut Bettinger et al. 2009, Davis dan Johnson 1987, Meyer et al. 1961 dan Suhendang 1995 sebaran diameter tegakan hutan menyerupai J terbalik dengan pola persamaan eksponensial: q=qo.e -cDBH . Persamaan tersebut mengandung komponen negatif pada diameter DBH yang berarti semakin besar diameter pohon maka semakin sedikit populasinya N. Gambaran penyebaran diameter pohon-pohon penyusun tegakan hutan alam di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32. Perbandingan penyebaran pohon dengan indikator kerapatan tingkat semai, pancang, tiang dan pohon Pada Gambar 32 nampak bahwa kerapatan tingkat semai mencerminkan pohon- pohon berdiameter paling kecil adalah yang paling tinggi menyusul kerapatan tingkat pancang mencerminkan pohon-pohon berdiameter kurang dari 10 cm, kerapatan tiang mencerminkan pohon-pohon berdiameter 10-19,9 cm dan kerapatan 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 Semai Pancang Tiang Pohon Ju m lah pohon N ha Kepmenhut No.200 Dirjen PH No.151 Datar-landai Agak curam-curam pohon mencerminkan pohon-pohon berdiameter 20 cm ke atas sehingga membentuk grafik yang menyerupai huruf J terbalik.

5.4 Analisis Finansial Sistem TPTII di IUPHHK PT Gunung Meranti

Potensi tebangan tahunan perusahaan berasal dari jatah tebangan tahunan annual allowable cut dalam jalur antara dan hasil tanaman Shorea leprosula dalam jalur tanaman. Dalam perhitungan ini, jatah tebangan tahunan masih menggunakan faktor eksploitasi FE dan faktor pengaman FP sebesar 56,55 Wahyudi dan Mattews 1996 sedangkan hasil tanaman Shorea leprosula menggunakan faktor FE dan FP sebesar 0,7 Soekotjo 2009 karena tanaman mempunyai kondisi batang dan tingkat kesehatan yang lebih baik disebabkan adanya perawatan dan pengontrolan umur. Tanaman yang terlalu tua atau telah mengalamai penurunan riap tahunan berjalan CAI dan riap tahunan rata-rata MAI diperkirakan lebih rentan terserang hama dan penyakit, karena akumulasi sel-sel mati yang terdapat dalam jaringa n tua xilem Kozlowski Pallardy 1997 serta menurunnya daya tahan pohon terhadap serangan hama dan penyakit disebabka n aktifitas metabolisme yang semakin menurun. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya angka FE dan FP dalam tegakan tinggal karena banyak pohon tua dan cacat berdiameter 60 cm ke atas yang tidak ditebang pada siklus sebelumnya.

5.4.1 Etat luas Berdasarkan Rencana Karya Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam

RKUPHHK-HA PT Gunung Meranti priode 2007-2016, penataan areal pengelolaan hutan PT Gunung Meranti dengan luasan 95.265 ha dikelompokan pada kawasan produksi efektif APE seluas 77.544 ha, areal tidak efektif untuk produksi tegakan benih, PUP, sarana dan prasarana serta areal tidak berhutan seluas 3.546 ha dan kawasan lindung sempadan sungai, kawasan pelestarian plasma nutfah, buffer zone hutan lindung, hutan kerangas dan areal kelerengan40 seluas 14.175 ha. Bagan alir penataan areal kerja IUPHHK-HA PT Gunung Meranti terlihat pada Gambar 33. Gambar 33. Bagan alir penataan areal kerja IUPHHK-HA PT Gunung Meranti Areal produksi efektif dibagai menjadi areal pengelolaan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI dengan siklus tebang 35 tahun seluas 46.192 ha dan areal pengelolaan sistem Tebang Pilih Tanam Indo nesia Intensif TPTII de ngan siklus tebang 30 tahun seluas 31.352 ha. Berdasarkan penataan areal kerja, etat luas PT Gunung Meranti pada sistem TPTII sebesar 1.045 hatahun 31.352 ha30 tahun. Apabila menggunakan asumsi siklus tebang 35 tahun, maka etat luas PT Gunung Meranti sebesar 895 hath =31.352 ha35 tahun. Pada siklus tebang ke-1 dan seterusnya etat luas sebesar 85 dari etat luas asal ka rena sisanya berupa jalur tanam. Luas Pembagi Pengelolaan Kawasan lindung ha Tidak efektif produksi ha Areal Prod. berdasar SK an Hutan Hutan Lereng Semp KPPN Htn. Ke BZ Kebun PUP Sar Tidak Efektif APE IUPHHK ha ha ha 40 sungai+k Insitu rangas HL benih pras berhutan ha RKUPHHK Tahun 2007-2016 Blok 15.032 62 134 32 200 20 18 14.566 TPTI 60.697 Pengelolaan IUPHHK Tahun 2017-2041 45.665 160 1.013 700 6.350 4.573 500 400 180 163 31.626 Jumlah 60.697 222 1.147 732 6.350 4.573 500 600 200 181 46.192 Luas Areal 95.265 RKUPHHK Tahun Blok 2007-2016 TPTII 10.494 86 163 268 100 40 398 9.439 34.568 Pengelolaan IUPHHK Tahun 2017-2041 24.074 559 75 100 100 100 1227 21.913 Jumlah 34.568 645 238 268 200 100 140 1.625 31.352 Jumlah 95.265 867 1.385 1.000 6.350 4.573 700 700 340 1.806 77.544 Luas Areal I UPHHK = Kaw asan Lindung + Areal Tidak Efektif untuk Produksi + Areal Produksi Efektif 95.265 = 14.175 + 3.546 + 77.544

Dokumen yang terkait

Forest Fire Threaten Indonesia Forest Plantation: a Case Study in Acacia mangium Plantation

0 4 16

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Study on Spatial and Temporal Changes of Forest Cover Due to Canal Establishment in Peat Land Area, Central Kalimantan

0 6 29

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 20 311

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

The Linkage Between Growth, Unemployment and Income Inequality on Poverty in Central of Java Province, 2004-2010

1 8 184

Stand structure dynamic for forest yield regulation based on number of trees : case on a logged over area of a low and dry-land of tropical rain natural forest in Kalimantan

1 16 186

The Growth of Red Meranti (Shorea leprosula Miq.) with Selective Cuttingand Line Planting in areas IUPHHK-HA PT. Sarpatim Central Kalimantan

0 3 86

Analysis of Land and Forest Fires Hazard Zonation in Spatial Planning (Case Study in Palangka Raya City, Central Kalimantan Province).

2 16 135