Analisis vegetasi tingkat semai a. Indek nilai penting tingkat semai

penelitian, baik pada kelerengan datar-landai maupun agak curam-curam, berada pada tingkat sedang dengan nilai H’ masing- masing sebesar 2,93 dan 2,44. Tabe l 17. Tiga jenis dominan tingkat semai pada hutan bekas tebangan Et+0 Indrawan 2000 mendapatkan nilai H’ tingkat semai pada areal hutan bekas tebangan Et+0 6 bulan setelah tebangan di PT Ratah Timber Co Kaltim sebesar 3,81 keanekaragaman tinggi sedangkan Pamoengkas 2006 mendapatkan nilai H’ tingkat semai pada areal hutan bekas tebangan Et+0 1 bulan setelah tebangan di PT Sari Bumi Kusuma Kalteng sebesar 1,77 keanekaragaman sedang. Dengan demikian keanekaragaman jenis pada lokasi penelitian berada diantara kedua lokasi tersebut. Indeks kekayaan jenis richness R1 dapat mempengaruhi tingkat keanekaragaman jenis. Nilai R1 dapat menunjukkan indeks kekayaan jenis pada suatu komunitas hutan, yang keberadaannya dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan jumlah individu yang terdapat dalam komunitas tersebut. Berdasarkan hasil analisis vegetasi pada lokasi penelitian, dapat diketahui bahwa pada areal dengan kelerengan datar-sedang mempunyai nilai R1 yang tinggi, yaitu sebesar 6,23 sedangkan pada kelerengan agak curam-curam mempunyai nilai R1 sedang, yaitu sebesar 4,05. Dengan demikian areal dengan kelerengan datar-sedang mempunyai jumlah jenis keragaman α yang lebih tinggi, yaitu 33 jenis, dibanding areal dengan kelerengan agak curam-curam, sebesar 22 jenis, meskipun jumlah individunya lebih besar. Jumlah individu tingkat semai sebesar 20.238 batangha pada kelerengan datar- landai dan sebesar 28.500 batangha pada kelerengan agak curam-curam. Jumlah ini telah memenuhi persyaratan minimal jumlah semai sebesar 1000 semaiha sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 200Kpts-II1994 Dephut 1994 atau 20.000 semaiha sesuai Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor 151KptsIV-BPHH1993 Ditjen PH 1993. Kelerengan datar-landai Kelerengan agak curam-curam No Nama lokal Nama latin KR FR INP Nama lokal Nama latin KR FR INP 1 Meranti merah Shorea spp 32,3529 14,6067 46,9597 Meranti merah Shorea spp 34,6491 23,6364 58,2855 2 Kayu arang Dyospyros 11,7647 5,6180 17,3827 Kayu arang Dyospyros 19,7368 16,3636 36,1005 3 Jambuan Syzigium sp 4,7059 5,6180 10,3239 Keranji Diallium 12,2807 9,0909 21,3716 Tabe l 18. Indek keanekaragaman jenis tingkat semai pada hutan bekas tebangan Et+0 Menurut Sukanda dan Tampubolon 1987 dalam Indrawan 2000 jumlah tingkat semai di areal IUPHHK PT ITCI pada tegakan nol tahun setelah penebangan Et+0 sebesar 27.550 batangha sedangkan menurut Indrawan dan Kusmana 1987 dalam Indrawan 2000 jumlah tingkat semai di areal PT Inhutani I Berau pada tegakan nol tahun setelah penebangan Et+0 sebesar 92.600 batangha. Indek kemerataan jenis evenness E juga dapat menunjukkan tingkat penyebaran jenis pada suatu komunitas, dimana semakin besar nilai E maka semakin merata komposisi penyebaran jenisnya tidak didominasi beberapa jenis saja. Berdasarkan hasil analisis vegetasi pada lokasi penelitian, dapat diketahui bahwa areal dengan kelerengan datar-sedang dan kelerengan agak curam-curam mempunyai tingkat kemerataan E semai yang tinggi, masing- masing sebesar 0,84 dan 0,78 sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar vegetasi tingkat semai menyebar merata dalam komunitas hutan. Indek kesamaan komunitas index of similarity tingkat semai di areal dengan kelerengan datar- landai 0-15 dan kelerengan agak curam-curam 15-30 sebesar 76,36 sehingga komunitas di kedua areal tersebut masih relatif sama.

5.3.2 Analisis vegetasi tingkat pancang a. I ndek nilai penting t ingkat pancang

Berdasarkan hasil analisis vegetasi tingkat pancang, jenis meranti merah Shorea spp mendominasi lokasi penelitian pada kelerengan datar- landai dengan INP sebesar 51,11 sedangkan jenis kayu arang Dyiospyros sp mendominasi pada kelerengan agak curam-curam dengan nilai INP sebesar 30,3. Urutan kedua masih ditempati kedua jenis ini dengan INP yang sedikit berbeda, yaitu jenis kayu arang pada kelerengan datar-landai dengan INP sebesar 20,79 dan meranti merah pada kelerengan agak curam-curam dengan INP 28,92. Urutan ketika ditempati oleh No Kelerengan Indek keaneka- Indek kekayaan Indek kemerata Keragaman Jumlah raman jenis H jenis R1 an jenis E α Nha 1 Datar-landai 2,93 6,23 0,84 33 20.238 2 Agak curam-curam 2,44 4,05 0,78 22 28.500 medang Litsea bijuga dan keranji Diallium sp masing- masing pada kelerengan datar- landai dan agak curam-curam. Sesuai hasil penelitian Indrawan 2000, pada tingkat pancang jenis bunyau Shorea lamellata, keruing Dipterocarpus gaertner dan meranti merah Shorea parvifolia mempunyai peluang kehadiran yang paling tinggi pada suatu komunitas hutan, baik pada hutan primer maupun sekunder. Pada penelitian ini, jenis meranti masih tetap mendominasi lokasi penelitian namun jenis keruing berada pada urutan ke-4 pada kelerengan datar- landa i dan pada urutan ke-6 pada kelerengan agak curam- curam. Pada hutan sekunder ET+0 di PT Ratah Timber Co, jenis meranti Shorea gibbosa dan Shorea parvifolia mendominasi tingkat pancang dengan INP keduanya sebesar 18,07 dan pada penelitian ini jenis meranti merah Shorea spp1 mendominasi tingkat pancang dengan INP sebesar 28,92 - 51,11. Empat jenis dominan tingkat pancang yang terdapat di lokasi penelitian disajikan dalam Tabel 19 sedangkan data hasil analisis INP tingkat pancang selengkapnya disajikan pada Lampiran 6. Tabel 19. Empat jenis dominan tingkat pancang pada hutan bekas tebangan Et+0 b. Keanekarag aman jenis tingkat pancang Berdasarkan hasil analisis vegetasi tingkat pancang diketahui bahwa keanekaragaman jenis pada lokasi penelitian, baik pada kelerengan datar- landai maupun agak curam-curam, berada pada tingkat sedang dengan nilai H’ masing- masing sebesar 2,78 dan 2,77. Indrawan 2000 mendapatkan nilai H’ tingkat pancang pada areal hutan bekas tebangan Et+0 di PT Ratah Timber Co Kaltim sebesar 4,17 keanekaragaman tinggi sedangkan Pamoengkas 2006 mendapatkan nilai H’ tingkat pancang pada areal hutan bekas tebangan Et+0 di PT Sari Bumi Kusuma Kalteng sebesar 1,97 Kelerengan datar-landai Kelerengan agak curam-curam No Nama lokal Nama latin KR FR INP Nama lokal Nama latin KR FR INP 1 Meranti mrh Shorea spp 34,630 16,484 51,114 Kayu arang Dyospyros 16,6667 13,6364 30,3030 2 Kayu arang Dyospyros 10,895 9,890 20,785 Meranti mrh Shorea spp 9,2262 19,6970 28,9232 3 Medang Litsea bijuga 8,171 8,791 16,962 Keranji Diallium 14,2857 13,6364 27,9221 4 Keruing Dipterocarpus spp 6,226 4,396 10,621 Mahawai Mizzethia 8,6310 7,5758 16,2067

Dokumen yang terkait

Forest Fire Threaten Indonesia Forest Plantation: a Case Study in Acacia mangium Plantation

0 4 16

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Study on Spatial and Temporal Changes of Forest Cover Due to Canal Establishment in Peat Land Area, Central Kalimantan

0 6 29

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 20 311

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

The Linkage Between Growth, Unemployment and Income Inequality on Poverty in Central of Java Province, 2004-2010

1 8 184

Stand structure dynamic for forest yield regulation based on number of trees : case on a logged over area of a low and dry-land of tropical rain natural forest in Kalimantan

1 16 186

The Growth of Red Meranti (Shorea leprosula Miq.) with Selective Cuttingand Line Planting in areas IUPHHK-HA PT. Sarpatim Central Kalimantan

0 3 86

Analysis of Land and Forest Fires Hazard Zonation in Spatial Planning (Case Study in Palangka Raya City, Central Kalimantan Province).

2 16 135