Evaluasi model Persamaan ingrowth, upgrowth dan mortality

ingrowth semakin tidak signifikans pada kerapatan pohon di atasnya. Keberadaan upgrowth ternyata tidak berpengaruh pada kerapatan pohon yang ada kecuali pada tingkat pohon berdiameter 40-49 cm serta siklus tebangnya. Mortality tidak signifikans berpengaruh kecuali pada pohon berdiameter 40-49. Riap sebagai dasar pembentukan ingrowth dan upgrowth hanya signifikans mempengaruhi kerapatan pohon berdiameter 40-49 cm dan siklus tebang. Kerapatan pohon Nha dan luas bidang dasar m 2 ha cukup berpengaruh terhadap semua parameter indikator. Karena model ini sangat menekankan aspek kerapatan untuk mengontrol dinamika hutan. Intensitas tebang membawa efek pada kematian permudaan namun keberadaannya kurang signifikans bersama dengan mortality. Kerapatan pohon masak tebang berpengaruh pada kerapatan pohon berdiameter 40- 49 cm serta siklus tebang, karena waktu siklus tebang sangat ditentukan oleh pencapaian kerapatan pohon masak tebang. Makin banyak target Nha yang ditetapkan maka semakin panjang siklus tebangnya.

5.3 Analisis Vegetasi Tegakan Tinggal

Hutan hujan tropis di Kalimantan mengandung 10.000-15.000 jenis tumbuhan berbunga dan 3.000 jenis diantaranya adalah jenis pohon termasuk 267 jenis dari famili Dipterocarpaceae McKinnon et al. 2000. Kekayaan sumber daya hutan tersebut seharusnya dapat dimanfaat untuk kesejahteraan seluruh bangsa melalui pengelolaan yang efektif, efisien dan lestari. Daftar jenis pohon yang terdapat di areal PT Gunung Meranti disajikan dalam Lampiran 1. Tegaka n tinggal residual trees adalah semua vegetasi pada areal hutan bekas teba ngan logged over forest yang senantiasa tumbuh dan berkembang sampai mendekati kondisi seperti semula hutan klimak. Pemanfaatan tegakan tinggal pada tingkat po hon seharusnya mempe rhatika n strukt ur dan komposisinya serta daya dukung lingkungan agar dapat tercipta sistem pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan kelestarian. Pada penelitian ini, data tegakan tinggal tingkat semai, pancang, tiang dan pohon yang dianalisis diambil dari areal bekas tebangan Et+0, untuk mengetahui dominansi dan keanekaragaman jenisnya.

5.3.1 Analisis vegetasi tingkat semai a. Indek nilai penting tingkat semai

Indek nilai penting INP dapat menggambarkan dominasi suatu jenis dalam suatu komunitas dan merupakan cerminan dari kerapatan, frekwensi dan dominansinya Goldsmith et al. 1986; Soerianegara Indrawan 2005. Berdasarkan hasil analisis vegetasi tingkat semai di loka si penelitian jenis meranti merah Shorea spp mempunyai kerapatan dan frekwensi yang paling tinggi baik pada kelerengan datar- landai maupun curam-agak curam dengan INP masing- masing sebesar 46,96 dan 58,29 menyusul jenis kayu arang Dyospyros sp dengan INP masing- masing sebesar 17,38 dan 36,1. Pada kelerengan datar- landai kerapatan jenis kayu arang cukup tinggi namun frekwensinya relatif rendah yang mengindikasikan keberadaan jenis ini lebih mengelompok pada kelerengan datar- landai dibanding pada kelerengan agak curam- curam. Urutan ke tiga ditempati jenis jambuan Syzigium sp pada kelerengan datar- landai dan jenis keranji Diallium sp pada kelerengan agak curam-curam. Menurut Indrawan 2000 jenis bunyau Shorea lamellata, kayu hitam Diospyros sp, meranti merah Shorea parvifolia da n mahang Macaranga pruinosa mempunyai peluang kehadiran yang paling tinggi pada suatu komunitas hutan, baik pada hutan primer maupun sekunder. Pada penelitian ini, ketiga jenis pertama telah ditemukan namun jenis ke empat mahang belum ditemukan. Di masa datang, peluang kemunculan jenis mahang akan sangat besar sebagai respon dari pembuatan jalur tanam karena jenis ini lebih menyukai tempat-tempat yang relatif terbuka. Tiga jenis dominan tingkat semai yang terdapat di lokasi penelitian disajikan dalam Tabel 17 sedangkan data hasil analisis INP tingkat semai selengkapnya disajikan pada Lampiran 5. b. Keanekaragaman jenis tingkat semai Indek keanekaragaman jenis species diversity H’ dapat menunjukkan tingkat keanekaragaman vegetasi pada suatu komunitas hutan, sehingga makin tinggi nilai H’ maka semakin banyak jenis yang menyusun komunitas hutan. Berdasarkan hasil analisis vegetasi tingkat semai diketahui bahwa keanekaragaman jenis pada lokasi

Dokumen yang terkait

Forest Fire Threaten Indonesia Forest Plantation: a Case Study in Acacia mangium Plantation

0 4 16

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Study on Spatial and Temporal Changes of Forest Cover Due to Canal Establishment in Peat Land Area, Central Kalimantan

0 6 29

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 20 311

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

The Linkage Between Growth, Unemployment and Income Inequality on Poverty in Central of Java Province, 2004-2010

1 8 184

Stand structure dynamic for forest yield regulation based on number of trees : case on a logged over area of a low and dry-land of tropical rain natural forest in Kalimantan

1 16 186

The Growth of Red Meranti (Shorea leprosula Miq.) with Selective Cuttingand Line Planting in areas IUPHHK-HA PT. Sarpatim Central Kalimantan

0 3 86

Analysis of Land and Forest Fires Hazard Zonation in Spatial Planning (Case Study in Palangka Raya City, Central Kalimantan Province).

2 16 135