Analisis Finansial Proyek Pengusahaan Hutan

dimana: S : nilai tegakan stumpage value B : pendapatan benefit C : pengeluaran cost M : margin keuntungan R : resiko Margin keuntungan dan resiko dapat ditetapkan 15 sampai 30. Dalam kegiatan pengusahaan hutan, nilai tunggak sering disamakan dengan provisi sumber daya hutan PSDH yang merupaka n nilai intrinsik dari hasil hutan. Besaran nilai PSDH mengacu pada SK Menhutbun No. 858Kpts-II1999 Dephutbun 1999a. Analisis finansial dapat menggambarkan posisi pendapatan benefit dan pengeluaran cost suatu kegiatan yang dapat dinyatakan dengan uang, tanpa memandang aspek ekonomi dan manfaat secara keseluruhan, misalnya aspek dan manfaat lingkungan. Analisis finansial dilihat dari sudut usaha atau proyek penanaman modal investasi yang menyandarkan pada harga pasar dan biasanya dinyatakan dalam nilai sekarang present value. Perhatian utama dalam analisis finansial adalah hasil atas modal yang ditanamkan dalam suatu proyek. Termasuk analisis ini adalah besaran upah da n insent if karyawan serta semua ko mpo nen masuka n input dan keluaran output yang terlibat dalam proyek. Perhitungan nilai tegakan hutan yang bersandar pada manfaat langsung dapat menggunakan pendekatan compound atau discount yang dikumpulkan dalam tahun yang sama. Pendekatan untuk menentukan nilai pada tahun ke- n Vn dan nilai sekarang Vo menurut Gray et al. 1999 dan Nair 1993 adalah: Vn = Vo 1+i n da n Vo = Vn 1+i n dimana: i : Suku bunga n : Tahun tahun ke- n Menurut Djamin 1993, FAO 1979, Gray et al. 1999 dan Nair 1993 untuk menilai kelayakan usaha dapat dilakukan dengan analisis Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR dan Benefit Cost Ratio BCR. NPV adalah selisih penerimaan benefit dengan pengeluaran cost yang dinyatakan dalam nilai sekarang present value. IRR adalah nilai discount rate ke-i yang menghasilkan nilai NPV proyek sama dengan nol. Sedangkan BCR adalah perbandingan nilai penerimaan dengan nilai pengeluaran suatu proyek. Agar suatu proyek dapat dikatakan layak, maka nilai NPV ≥ 0, nilai IRR suku bunga berlaku social discount rate da n nilai BCR ≥ 1. NPV yang lebih besar dari nol menjadi indikator adanya keuntungan usaha. Apabila waktu efekt if dilewati maka NPV menurun sampai berada pada titik nol atau negatif. Kondisi ini disebut batas keuntungan kedaluwarsa financial maturity date, yaitu suatu umur yang apabila dilampaui tidak akan memberikan keuntungan lagi. Pada proyek pengusahaan hutan alam produksi yang menggunakan teknik silvikultur TPTJ diperlukan jangka waktu rotasi tebang selama 30 tahun Ditjen BPK, 2005, 2010b. Investasi awal yang ditanamkan pada sistem ini akan menjadi beban yang cukup berat karena akumulasi bunga selama daur. Untuk itu diperlukan kebijakan khus us agar sistem ini dapat berjalan secara layak dan ekonomis seperti penurunan tingkat suku bunga pinjaman, penggunaan hasil tebang penyiapan lahan sebagai investasi awal termasuk untuk biaya pembuatan tanaman serta menggali manfaat tidak langsung dari proyek pembangunan kehutanan. 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Letak dan Luas

Lokasi penelitian bertempat di areal kerja IUPHHK-HA PT Gunung Meranti Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan letak geografis terletak pada koordinat 113 o 39’ - 114 o 3’ BT dan 0 o 21’ - 0 o 48’ LS. Berdasarkan administrasi pemerintahan masuk dalam wilayah Kecamatan Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas serta Kecamatan Sumber Barito, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan administrasi pemangkuan hutan areal kerja IUPHHK-HA PT Gunung Meranti terletak pada daerah: - Kawasan hutan : Hutan prod uks i terbatas - Kelompok hutan : Gunung Pasak Pinggan - BKPH : Kapuas Hulu dan Barito Hulu - KPHCDK : Kapuas dan Murung - Dinas Kehut anan Kabupaten : Kapuas dan Murung Raya - Dinas Kehutanan Propinsi : Kalimantan Tengah Berdasarkan daerah aliran sungai Das termasuk dalam daerah aliran sungai Das Kapuas dan Mendaun di sebelah Selatan dan Das Tabulus di sebelah Utara. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah semua areal IUPHHK PT Gunung Meranti masuk dalam kawasan hutan produksi terbatas. Berdasarkan SK Menhutbun SK IUPHHK Nomor 941Kpts-VI1999 tanggal 14 Oktober 1999 Dephutbun 1999b, luas areal IUPHHK PT Gunung Meranti sebesar 95.265 ha dengan batas-batas seperti tercantum dalam Tabe l 1. Tabel 1. Perbatasan IUPHHK PT Gunung Meranti No. Arah Kawasan Non Kawasan IUPHHK 1 2 3 4 5 Utara Timur Barat Selatan Di tengah areal Eks IUPHHK PT Hutan Domas Raya, Eks PT Fajar Kahayan dan Eks PT Tungggal Pamenang IUPHHK PT Tanjung Raya, Eks PT Tunggal Pamenang Eks IUPHHK PT Fajar Kahayan dan PT Praba Nugraha Eks IUPHHK PT Hutan Domas Raya Kawasan Hutan Lindung Sumber: RKUPHHK PT Gunung Meranti periode 2007-2016 PT GM 2008a Peta areal kerja IUPHHK PT Gunung Meranti berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan Provinsi Kalimantan Tengah disajikan dalam Lampiran 14. 3.2 Penataan Areal Kerja Penataan areal kerja dalam rangka penerapan multisistem silvikultur TPTI dan TPTII dilakukan sejak tahun 2007. Luas areal yang digunakan untuk sistem silvikultur TPTI adalah 60.697 ha dengan siklus tebang 35 tahun sedangkan yang diperuntukkan bagi teknik TPTII seluas 34.568 ha dengan rotasi tebang 30 tahun. Peta penataan areal kerja PT Gunung Meranti dalam rangka penerapan multisistem silvikultur dapat dilihat pada Lampiran 15, sedangkan data penataan areal kerja PT Gunung Meranti disajikan dalam Tabe l 2. Tabel 2. Penataan areal kerja IUPHHK PT Gunung Meranti Sumber: RKUPHHK PT Gunung Meranti periode 2007-2016

3.3 Je nis Tanah

Menurut peta tanah eksploitasi Kalimantan skala 1: 1.000.000 tahun 1964 dalam PT GM 2008a, tanah di wilayah areal kerja IUPHHK PT Gunung Meranti berasal dari batuan induk, batuan beku dengan fisiografi pegunungan patahan dengan solum tanah tebal terdiri dari jenis podsolik merah kuning, latosol dan litosol. Berdasarkan klasifikasi tanah USDA 1990 dalam PT GM 2008a, tanah di areal IUPHHK PT Gunung Meranti terdiri dari 3 dikelompok. Kelompok I terdiri dari tropaquepts, fluvaquepts dan dystropepts yang terletak di sebelah Timur Laut. Kelompok II terdiri dari dystropepts, paleudults dan argtudolts yang terletak di sepanjang areal IUPHHK sebelah Barat, dan kelompok III terdiri dari troposaprists, tropo hemists dan tropo fibrists yang terletak di sebelah Timur. Penyebaran ketiga kelompok tanah tersebut dapat dilihat pada Lampiran 16. Multisistem K.Perlindungan Tidak Efektif Efektif Produksi Jumlah silvikultur ha ha ha ha TPTI 13.024 1.481 46.192 60.697 TPTI Intensif 1.150 2.066 31.352 34.568 Jumlah ha 14.174 3.547 77.544 95.265 Blok kerja

Dokumen yang terkait

Forest Fire Threaten Indonesia Forest Plantation: a Case Study in Acacia mangium Plantation

0 4 16

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Study on Spatial and Temporal Changes of Forest Cover Due to Canal Establishment in Peat Land Area, Central Kalimantan

0 6 29

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 20 311

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

The Linkage Between Growth, Unemployment and Income Inequality on Poverty in Central of Java Province, 2004-2010

1 8 184

Stand structure dynamic for forest yield regulation based on number of trees : case on a logged over area of a low and dry-land of tropical rain natural forest in Kalimantan

1 16 186

The Growth of Red Meranti (Shorea leprosula Miq.) with Selective Cuttingand Line Planting in areas IUPHHK-HA PT. Sarpatim Central Kalimantan

0 3 86

Analysis of Land and Forest Fires Hazard Zonation in Spatial Planning (Case Study in Palangka Raya City, Central Kalimantan Province).

2 16 135