Daur tanaman me ranti pada jalur tanam

Shorea leprosula pada daur ke-2 diperlukan waktu yang lebih panjang, yaitu 39 tahun Gambar 16. Gambar 16. Respon pertumbuhan volume m 3 ha tanaman Shorea leprosula terhadap pemanenan dan asumsi penurunan kualitas tempat tumbuh pada daur ke-2 Untuk memperpendek waktu daur ke-2 supaya mendekati waktu daur ke-1 32 tahun diperluka n teknik silvikultur intensif berupa perbaikan kualitas tempat tumbuh, baik melalui pembukaan jalur yang optimal maupun perbaikan sifat kimia tanah dengan pemberian bahan organik mulsa, pupuk dan kapur secara berimbang. Pemakaian bibit unggul hasil pemuliaan pohon serta pengendalian hama terpadu juga dapat mempersingkat daur tanaman. Meskipun pe nanaman pada sistem TPTII menerapkan sistem tebang habis pada jalur tanam, namun asumsi di atas belum sepenuhnya dapat diterapkan karena masih terdapat jalur antara yang mampu menopang kondisi lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu penelitian lanjutan untuk mengetahui tingkat penurunan kualitas tempat tumbuh pada jalur tanam perlu dilakukan. b Analisis sensitifitas Berdasarkan hasil simulasi pada beberapa parameter penentu dan dengan memperhatikan grafik hasil analisis diperoleh besaran parameter indikator yang tidak jauh berbeda dengan nilai semula, maka parameter penentu tersebut dikatakan tidak sensitif. Apabila hasil simulasi pada beberapa parameter penentu menyebabkan perubahan yang signifikans terhadap parameter indikator maka parameter penentu tersebut dikatakan sensitif. Hasil simulasi dengan beberapa parameter penentu disajikan dalam Tabel 14. 17:08 11 Jul 2010 Page 1 0.00 18.75 37.50 56.25 75.00 Y ears 1: 1: 1: 100 200 1: Vol 1 1 1 1 32 71 Tabel 14. Sensitifitas parameter-parameter dalam model Keterangan: s: sensitif; ts: tidak sensitif Jarak tanam dan kerapatan belum berpengaruh pada riap karena tanaman masih berumur 2 tahun. Pada tanaman penunjang berumur 11 dan 16 tahun, kematian tanaman belum tentu disebabkan oleh jarak tanam, karena banyak ditemukan tanaman tumbuh besar meskipun jaraknya relatif dekat. Namun jarak tanam dapat menentukan kerapatan jumlah tanamanha dan sangat berpengaruh terhadap etat volume. Makin ba nyak jumlah tanaman per ha maka semakin tinggi etat volume. Pertumbuhan tanaman, baik pertumbuhan diameter maupun tinggi, sangat berpengaruh terhadap diameter, volume dan etat volume. Makin tinggi pertumbuhan tanaman maka semakin besar diameter dan volume pohon sehingga makin besar pula etat volumenya. Pada penelitian ini faktor kelerengan datar- landai 0-15 dan agak curam- curam 15 -30 belum memberi pengaruh yang signifikan terhadap riap tanaman, besaran diameter, volume dan etat volume. Waktu atau siklus tebang yang ditetapkan sangat berpengaruh terhadap diameter dan volume tanaman serta memberi kontribusi yang signifikans terhadap etat volume.

5.2 Tegakan Tinggal dalam Jalur Antara

5.2.1 Pertumbuhan tegakan tinggal Berdasarkan hasil pengukuran terhadap diameter dan tinggi semua vegetasi tegakan tinggal berdiameter 10 cm ke atas keliling 31,4 cm ke atas selama 4 periode pengukuran, yaitu tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 dapat diketahui pertumbuhan pohon-pohon penyusun komunitas hutan. Rekapitulasi pertumbuhan pohon disusun berdasarkan kelompok jenis, yaitu kelompok meranti yang terdiri dari jenis meranti Shorea spp, bangkirai Shorea No Parameter penentu Parameter indikator Riap Diameter Volume Etat volume 1 Jarak tanam ts ts ts s 2 Kerapatan ts ts ts s 3 Pertumbuhan diameter s s s 4 Pertumbuhan tinggi s s s 5 Kelerengan ts ts ts ts 6 Waktu siklus tebang ts s s s leavis , kelapis Shorea johorensis, mahusum Shorea fatoiensis; kelompok dipterocarp non meranti terdiri dari keruing Dipterocarpus spp, kapur Dryobalanops spp, resak Vatica spp, hopea Hovea spp, mersawa Anisoptera spp, pelepek Parashorea spp; kelompok komersial lain ditebang terdiri dari kelompok rimba campuran seperti kempas Koompassia malaccensis, nyatoh Palaquium sp, Scapium podocarpum dan kelompok kayu indah seperti marijang Sindora sp dan ulin Eusideroxylon zwagery serta kelompok komersial lain tidak ditebang seperti keranji Diallium sp, medang Litsea sp, kayu arang Diospyros sp, tarap Arthocarpus sp, pantung Dyera costulata, kumpang Myristica iners, kayu bawang Scorodocarpus sp, jambuan Syzigium sp dan lain- lain semua pohon selain kelompok di atas. Pertumbuhan diameter tahunan rata-rata MAI kelompok jenis meranti, dipterocarp non meranti, komersial lain ditebang rimba campuran dan ka yu inda h serta komersial lain tidak ditebang disajikan dalam Tabel 15. Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa pertumbuhan diameter pohon-pohon dalam tegakan hutan relatif kecil dan semuanya masih berada dibawah 1 cmth. Kelompok meranti mempunyai pertumbuhan diameter antara 0,38 sampai 0,69 cmth, kelompok dipterocarp non meranti antara 0,38 sampai 0,76 cmth, kelompok komersial lain ditebang antara 0,22 sampai 0,41 cmth dan kelompok komersial lain tidak ditebang antara 0,21 sampai 0,43 cmth. Tabel 15. MAI diameter pada empat kelompok jenis pohon di lokasi penelitian Pola penyebaran kecepatan pertumbuhan diameter pada empat kelompok pohon berdasarkan kelas diameternya dapat dilihat pada Gambar 17. Semua kelompok pohon mempunyai pertumbuhan tahunan rata-rata MAI paling tinggi pada saat Kelas MAI diameter cmth diameter Meranti Dipt n meranti Komersial lain Komersial lain cm ditebang tidak ditebang 10-19 0,3809 0,3791 0,2158 0,2108 20-29 0,5839 0,6271 0,3408 0,3458 30-39 0,6869 0,7551 0,4058 0,4208 40-49 0,6899 0,7631 0,4108 0,4358 50-50 0,5929 0,6511 0,3558 0,3908 60 ke atas 0,3959 0,4191 0,2408 0,2858

Dokumen yang terkait

Forest Fire Threaten Indonesia Forest Plantation: a Case Study in Acacia mangium Plantation

0 4 16

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Study on Spatial and Temporal Changes of Forest Cover Due to Canal Establishment in Peat Land Area, Central Kalimantan

0 6 29

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 20 311

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

The Linkage Between Growth, Unemployment and Income Inequality on Poverty in Central of Java Province, 2004-2010

1 8 184

Stand structure dynamic for forest yield regulation based on number of trees : case on a logged over area of a low and dry-land of tropical rain natural forest in Kalimantan

1 16 186

The Growth of Red Meranti (Shorea leprosula Miq.) with Selective Cuttingand Line Planting in areas IUPHHK-HA PT. Sarpatim Central Kalimantan

0 3 86

Analysis of Land and Forest Fires Hazard Zonation in Spatial Planning (Case Study in Palangka Raya City, Central Kalimantan Province).

2 16 135