235
4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode time token arends didasarkan pada hasil tes dan nontes
siklus I dan siklus II. Pembahasan meliputi peningkatan proses pembelajaran, peningkatan keterampilan bercerita dengan alat peraga siswa, dan perubahan
perilaku siswa setelah melaksanakan pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode time token arends. Pembahasan ketiga hal
tersebut dapat dilihat pada uraian berikut.
4.2.1 Peningkatan Proses Pembelajaran Bercerita dengan Alat Peraga
Menggunakan Sate Gambar danMetode Time Token Arends
Proses pembelajaran pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode time token arends dilakukan dalam dua
tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri atas dua pertemuan. Setiap pertemuan terdiri atas tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan
penutup. Kegiatan inti berisi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Meskipun demikian, proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus I tidak sama persis
dengan proses pembelajaran pada siklus II. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya refleksi atas pembelajaran siklus I untuk proses perbaikan pada siklus II
sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Peningkatan proses pembelajaran tersebut dipaparkan sebagai berikut.
Pada pertemuan pertama tahap pendahuluan, guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. Siswa dianjurkan merapikan baju dan tempat
duduk. Setelah siswa siap mengikuti pembelajaran, guru melakukan apersepsi
236
dengan menanyakan pengalaman siswa tehadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita baik membaca, menulis, menyimak, maupun
melakukan kegiatan bercerita. Selain itu, guru juga menanyakan pendapat siswa mengenai bercerita. Berdasarkan hasil observasi siswa, siswa cukup antusias. Hal
tersebut ditandai dengan keaktifan siswa menjawab dan bertanya sebesar 64,52 atau sebanyak 20 siswa. Sebagian besar siswa yang mau bertanya adalah siswa-
siswa yang pandai di kelas. Sementara, masih ada beberapa siswa yang memendam saja pertanyaan yang ada dibenaknya. Hal tersebut dapat ditangkap
dari wajah bingung siswa ketika guru menjelaskan. Beberapa siswa juga tampak berperilaku negatif. Berdasarkan catatan lapangan, ada beberapa siswa yang
tampak mengantuk. Penempatan jam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada jam terakhir membuat siswa bermalas-malasan. Akan tetapi, ketika guru memberi
contoh bercerita dengan alat peraga siswa mulai antusias dengan pembelajaran.
Sementara itu, berdasarkan catatan harian guru kegiatan pendahuluan pada siklus II lebih baik dibandingkan siklus I. Kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran baik. Siswa sudah masuk kelas setelah bel pelajaran berbunyi. Sebagian siswa juga sudah duduk rapi. Pada kegiatan tanya jawab, siswa
juga lebih aktif dan percaya diri.
Pada tahap inti pertemuan pertama siklus I, siswa diberi pemahaman tentang hakikat bercerita dengan alat peraga dan pemanfaatan sate gambar sebagai
alat perga bercerita serta penerapan metode time token arends dalam pembelajaran. Kegiatan tersebut dilakukan dan proses tanya jawab dengan siswa
dan ceramah. Berdasarkan catatan harian guru, selama proses tersebut, siswa
237
terlihat kurang aktif menanggapi, berkomentar, dan bertanya. Pada kegiatan latihan berkelompok masih ada beberapa siswa yang terlihat kurang aktif. Pada
saat bercerita, hanya beberapa siswa yang mau berlatih.
Sementara kegiatan inti pertemuan pertama pada siklus II, guru memberi pemecahan kesulitan yang dirasakan siswa dalam bercerita dengan
alat peraga pada pertemuan sebelumnya, salah satunya dengan memutarkan rekaman beberapa contoh kegiatan bercerita dengan alat peraga.
Guru juga memberi pendalaman materi tentang teknik bercerita dan berkomentar yang baik,
dan pemanfaatan sate gambar dalam kegiatan bercerita.
Berdasarkan hasil deskripsi perilaku ekologis, selama proses tersebut, siswa menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dengan serius,
berdisiplin, dan bersungguh-sungguh. Siswa diberi penguatan dan pemahaman pada aspek-aspek bercerita dengan alat peraga yang nilainya
masih belum tuntas pada pertemuan siklus I, yaitu eksperesifitas dan mimik,
variasi intonasi, penggunaan alat peraga, dan kemampuan berkomentar agar siswa
dapat bercerita dengan lebih baik. Siswa memperhatikan dengan sungguh- sungguh dan aktif bertanya. Berdasarkan hasil catatan harian guru,
kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik, tertib, dan lancar. Siswa terlihat aktif dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan latihan berkelompok.
Siswa juga aktif bertanya pada saat mengalami kesulitan dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh pada saat dijelaskan oleh guru.
Pada saat menukarkan kupon siswa tampak aktif dan percaya diri. Siswa tidak lagi saling menunggu siswa lain menukarkan kupon bercerita atau
238
berkomentar yang dimiliki sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan alokasi waktu yang telah ditetapkan sebelumnya tepat dengan
waktu pembelajaran yang dilaksanakan.
Peningkatan proses pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode time token arends dari siklus I ke siklus II
dapat diketahui dengan membandingkan hasil dokumentasi foto. Peningkatan tersebut diperlihatkan pada gambar 10 berikut ini.
Siklus I Siklus II
Gambar 10. Perbandingan Proses Pembelajaran Bercerita dengan Alat
Peraga menggunakan Sate Gambar dan Metode Time Token Arends Siklus I dan Siklus II
Gambar 10 memperlihatkan proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus I dan siklus II. Gambar siklus I yang pertama menunjukan sikap siswa yang
bermalas-malasan selama proses pembelajaran. Siswa terlihat mengantuk dan tidak antusias dengan pembelajaran. Sementara itu, gambar siklus I yang kedua
239
menunjukan beberapa siswa yang tampak mondar-mandir di dalam kelas ketika kegiatan latihan berkelompok berlangsung. Gambar tersebut menunjukan siswa
belum berdisiplin dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan guru. Pada gambar siklus II yang pertama, siswa terlihat sangat bersemangat dan antusias
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Siswa lebih bersungguh-sungguh dan berfokus memperhatikan penjelasan guru. Gambar berikutnya memperlihatkan
aktivitas siswa pada saat menyimak video contoh kegiatan bercerita dengan alat peraga. Siswa tampak duduk rapi dan menyimak dengan serius.
Kegiatan inti pertemuan kedua pada siklus I adalah siswa bercerita dengan alat peraga di depan kelas. Berdasarkan catatan harian guru, kegiatan tersebut
sudah berlangsung cukup baik. Namun, hanya beberapa siswa yang berani menukarkan kupon bercerita secara individual. Hal ini menyebabakan guru
mengambil inisiatif siswa boleh menukarkan kupon bercerita yang dimiliki secara berpasangan. Dalam menukarkan kupon, siswa masih saling menunggu siswa lain
menukarkan kupon mereka terlebih dahulu sehingga pembelajaran tidak berjalan lancar. Waktu yang dibutuhkan melebihi dari alokasi waktu yang telah
direncanakan. Kegiatan inti pertemuan kedua pada siklus II tidak jauh berbeda dengan
siklus I. Kegiatan yang dilakukan juga bercerita dengan alat peraga di depan
kelas. Namun, dari awal kegiatan berlangsung siswa bercerita secara berpasangan. Selain itu, siswa juga saling menukarkan sate gambar.
Hal ini bertujuan agar siswa tidak merasa jenuh dengan kegiatan bercerita yang dilakukan
sekaligus menggali daya kreatif siswa. Berdasarkan catatan harian guru, pada
240
siklus II siswa sudah lebih siap dan percaya diri dalam pembelajaran. Siswa tidak lagi saling menunggu untuk menukarkan kupon bercerita maupun
berkomentar sehingga waktu pembelajaran dapat sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
Proses pembelajaran ditutup dengan kegiatan penutup. Pada setiap pertemuan, baik siklus I maupun siklus II, siswa dan guru melakukan refleksi dan
menyimpulkan hasil pembelajaran. Pada siklus I, guru memberi masukan terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Siswa dihimbau dan diberi tugas untuk
berlatih bercerita dengan alat peraga di rumah. Sementara pada siklus II, guru memberi motivasi kepada siswa untuk selalu berlatih bercerita, karena
kegiatan bercerita banyak memberi manfaat. Akhir pembelajaran dilanjutkan
dengan siswa mengisi catatan harian dan sosiometri yang telah dibagikan oleh guru. Selain itu, guru juga melakukan wawancara setelah pembelajaran usai.
4.2.2 Peningkatan