Observasi Refleksi Proses Tindakan Siklus II

83 Pada proses ini, setiap siswa dituntut aktif, siap, terampil serta berkonsentrasi. Setelah semua siswa bercerita di depan kelas. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru mengumumkan siswa dengan nilai terbaik dalam kegiatan bercerita yang dilakukan. Guru memberi penghargaan kepada siswa tersebut. Hal ini bermaksud untuk memotivasi siswa melakukan yang terbaik dalam setiap pembelajaran. Setelah itu, siswa bersama guru menyimpulkan dan merefleksikan pembelajaran pada hari itu.

3.1.2.3 Observasi

Pada siklus II masih dilakukan pengamatan untuk melihat peningkatan keterampilan siswa bercerita dengan alat peraga dan perubahan perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode time token arends pada siklus II. Pengamatan siklus II lebih berfokus pada perilaku siswa yang memberikan respon kurang baik pada pembelajaran siklus I. Peneliti mengamati apakah siswa tersebut mengalami perubahan perilaku menjadi baik atau tetap seperti pada siklus I. Siswa yang memperlihatkan sikap baik diberi motivasi dan penguatan untuk mempertahankan sikap baik tersebut, sedangkan siswa yang bersikap kurang baik diberi pengertian dan dorongan agar mengikuti pelajaran dengan baik. Observasi dilaksanakan peneliti dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan berupa lembar observasi siswa, lembar deskripsi perilaku ekologis, lembar catatan lapangan, lembar catatan harian, pedoman wawancara, lembar sosiometri, dan dokumentasi foto. Pelaksanaannya melibatkan siswa, guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang bersangkutan, dan rekan sejawat yang 84 membantu peneliti. Data hasil observasi digunakan untuk mengetahui perubahan sikap dan perilaku siswa selama melaksanakan pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode time toke arends pada siklus II. Berdasarkan data tersebut, peneliti melakukan refleksi akhir untuk mengukur keberhasilan pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode time toke arends.

3.1.2.4 Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir tindakan siklus kedua. Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan dan perubahan perilaku siswa setelah dilakukan perubahan –perubahan tindakan pada siklus II. Dari refleksi tersebut juga dapat diketahui keefektifan penggunaan media sate gambar dan metode time token arends dalam meningkatkan keterampilan siswa bercerita dengan alat peraga. Refleksi dilakukan dengan menganalisi hasil tes dan nontes siswa. Refleksi siklus II dilakukan berdasarkan hasil tes dan hasil nontes pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode pembelajaran time token arends yang telah terlaksana pada siklus II. Hasil tes menunjukkan bahwa target penelitian sudah tercapai. Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa pada siklus II sebesar 75,92 sudah memenuhi batas ketuntasan yang ditentukan oleh peneliti, yaitu 75. Siswa yang memperoleh nilai di atas 75 atau yang termasuk tuntas sebanyak 19. Sementara itu, 12 siswa lainnya masih belum tuntas. Tingkat ketuntasan klasikal mencapai 61,29 yang berarti telah memenuhi ketuntasan klasikal yang ditetapkan peneliti yaitu 60. Hasil tes siklus II sudah 85 memenuhi target ketuntasan penelitian, yaitu nilai rata-rata yang diperoleh siswa sama dengan atau melebihi 75. Dengan demikian, indikator bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode pembelajaran time token arends sudah tercapai. Ketercapaian indikator tersebut diakibatkan perbaikan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Melalui metode time token arends dan sate gambar sebagai media bercerita siswa mampu meningkatkan keterampilannya bercerita. Penukaran sate gambar pada siklus II bertujuan agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan dengan pembelajaran serta lebih kreatif dalam bercerita. Tujuan yang diharapkan peneliti tersebut tercapai. Selama pembelajaran siklus II, siswa tampak lebih antusias dan serius. Selain itu, hasil tes yang dicapai juga lebih baik dibandingkan pada siklus I. Penerapan metode time token arends secara berpasangan juga membantu keberhasilan peneliti meningkatkan keterampilan bercerita dengan alat peraga siswa. Penukaran kupon bercerita secara berpasangan membuat siswa lebih percaya diri dan berani bercerita di depan kelas. Siswa juga lebih kreatif dalam mendialogkan cerita. Dengan demikian, indikator bercerita dengan alat peraga yang ditetapkan peneliti dapat tercapai. Berdasarkan Instrumen nontes yang digunakan peneliti mengungkap perilaku siswa selama pembelajaran, siswa mengalami perbaikan perilaku dibanding siklus I. Berdasarkan hasil observasi siswa yang dilakukan, dapat diketahui bahwa keaktifan siswa menjawab dan bertanya sebesar 83,87 atau sama dengan 26 siswa. Siswa yang aktif bercerita dan bercerita di dalam kelompoknya sebanyak 86 27 siswa atau sebesar 87,10, sedangkan siswa yang aktif bertanya dan berkomentar terhadap kegiatan bercerita siswa lain sebesar 74,19 atau sebanyak 23 siswa. Rata-rata keaktifan siswa mencapai 81,72. Hasil tersebut menunjukan bahwa siswa sudah aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil catatan harian guru, kepercayaan diri siswa pada siklus II lebih baik dibandingkan pada siklus I. Siswa lebih mantap dalam bercerita dan berkomentar. Siswa juga tidak malu-malu lagi ketika harus berlatih dalam kelompoknya. Dalam menukarkan kupon siswa tidak lagi saling menunggu siswa lain menukarkan terlebih dulu sehingga pembelajaran lebih lancar dan waktu pembelajaran sesuai dengan rencana. Sebagian besar siswa sudah menunjukan kekritisannya. Siswa lebih terbuka mengemukakan kesulitan dan pendapat mereka. Bahkan ada salah satu siswa yang protes dengan pengulangan pembelajaran yang dilakukan. Setelah diberi pemahaman, siswa tersebut mau mengerti dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Dalam berkomentar, komentar-komentar siswa lebih berbobot dibandingkan pada komentar mereka pada siklus I. Siswa sudah dapat memberikan argumen yang tepat dalam komentarnya. Siswa juga sudah dapat mempertanggungjawabkan komentar yang diberikannya. Berdasarkan hasil deskripsi perilaku ekologis, situasi kelas cukup kondusif. Siswa melaksanakan pembelajaran dengan baik dan tertib. Sebagian besar siswa mau memperhatikan pada saat guru menyampaikan materi, meskipun masih ada beberapa siswa yang berbicara dengan teman. Pada waktu membentuk kelompok, siswa sibuk mengatur tempat duduknya sehingga menyebabkan suasana kelas 87 menjadi gaduh. Namun, setelah siswa menemukan anggota kelompoknya, mereka segera duduk dengan rapi dan susana kelas menjadi tenang kembali. Berdasarkan hasil catatan lapangan, kedisplinan dan tanggung jawab siswa selama pembelajaran sudah baik. Siswa duduk rapi dan tenang selama pembelajaran, walaupun ada beberapa siswa yang masih berjalan-jalan di kelas. Namun, siswa mengerjakan tugas dan perintah guru dengan baik dan tepat waktu. Hanya saja siswa lebih sering mengajak guru bercanda. Walaupun begitu, tugas yang diberikan guru dilaksanakan dengan baik. Kemampuan bekerja sama dan berbagi siswa juga dapat diamati dari hasil catatan harian guru. Berdasarkan hasil catatan harian guru, diketahui bahwa siswa sudah lebih mampu bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Siswa tidak lagi bercerita di depan satu atau dua rekannya, tetapi sudah mampu bercerita di depan semua anggota kelompoknya. Kemampuan berbagi siwa juga lebih baik. Sebagian besar siswa menyatakan perasaan dan kesan positif dalam catatan harian siswa siklus II. Mereka merasa senang dalam pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode pembelajaran time token arends. R1 mengungkapkan bahwa ia sangat senang dengan pembelajaran bercerita. Pembelajaran bercerita membantunya lebih percaya diri berbicara di depan kelas. Lain halnya dengan R29 yang menyatakan, “ Pembelajaran bercerita sangat menyenangkan. Saya suka melihat ekspresi yang lucu dari teman-teman saya”. Sementara itu, R31 yang selalu mendapat nilai terendah mengungkapkan bahwa pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode time token arends membuatnya berani mencoba berbicara di depan kelas. R31 88 juga mengungkapkan bahwa ia akan selalu berusaha meningkatkan kepercayaan dirinya. Hasil refleksi tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode time token arends pada siklus II telah berlangsung dengan baik dan menunjukkan hasil yang memuaskan. Keterampilan bercerita dengan alat peraga siswa meningkat secara signifikan. Selain itu, perilaku siswa selama melaksanakan pembelajaran mengalami perbaikan. Perilaku siswa telah menunjukkan karakter keaktifan, kepercayaan diri, kekritisan, kedisiplinan dan tanggung jawab, serta kemampuan bekerja sama dan berbagi. Dengan demikian, hasil penelitian yang ditargetkan telah tercapai.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan bercerita dengan alat peraga siswa kelas VII. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP N 3 Singorojo, Kendal Tahun Ajaran 2010 2011. Penelitian dilakukan di sekolah tempat dulu peneliti belajar, hal ini bertujuan agar peneliti lebih mudah dalam mengadakan penelitian. Secara keseluruhan siswa kelas VII SMP Negeri 3 Singorojo berjumlah 98 siswa yang terbagi menjadi 3 kelas. Penelitian hanya dilakukan di kelas VIIB yang berjumlah 31 siswa, terdiri atas 13 siswa putra dan 19 siswa putri. Pertimbangan dipilihnya kelas VIIB sebagai fokus subjek penelitian didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut 1 keterampilan bercerita dengan alat peraga siswa kelas VIIB berdasarkan daftar hasil belajar siswa hasilnya masih rendah dibandingkan kelas VIIA dan VIIC, 2 siswa kelas VIIB kurang berminat dan merasa kesulitan dalam pembelajaran

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Time Token Arends Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

6 48 148

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS DENGAN MEDIA Peningkatan Keaktifan Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Time Token Arends dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Tahun 2015/2

0 3 14

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS DENGAN MEDIA Peningkatan Keaktifan Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Time Token Arends dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Tahun 2015/2

0 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN PKN Peningkatan Keterampilan Mengemukakan Pendapat Siswa Melalui Metode Time Token pada Pembelajaran PKn Kelas IV SDN Ngembat Padas 3 Gemolong Sragen

1 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN PKN Peningkatan Keterampilan Mengemukakan Pendapat Siswa Melalui Metode Time Token pada Pembelajaran PKn Kelas IV SDN Ngembat Padas 3 Gemolong Sragen

1 2 16

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI METODE TIME Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Metode Time Token Arends Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SD N Karangwuni 01 Weru Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS PADA PEMBELAJARAN Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V Melalui Metode Time Token Arends Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD Negeri Plosokerep 2 Sragen Tahu

0 0 17

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS DALAM PEMBELAJARAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI 01 DUKUH KECAMATAN NGARGOYOSO

0 0 17

Peningkatan Keterampilan Berbicara Ragam Krama Pada Siswa Kelas VIII F SMP N 17 Semarang dengan Teknik Time Token Menggunakan Media Gambar Tahun Ajaran 2008/2009.

0 0 3

PENERAPAN METODE TIME TOKEN ARENDS DAN TALKING STICK DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS III SDN 1 BANYU URIP TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 14