156
Berdasarkan uraian hasil catatan harian guru, wawancara, dan dokumentasi foto tersebut, dapat diketahui bahwa kepercayaan diri siswa dalam
kegiatan pembelajaran masih perlu ditingkatkan. Keberanian siswa untuk berbicara di depan kelas masih rendah. Menurut para siswa, mereka jarang diberi
kesempatan untuk berbicara di depan kelas. Hanya siswa-siswa tertentu yang biasa berbicara di depan kelas, siswa tersebut adalah siswa-siswa pandai di kelas.
Hal ini menjadi refleksi bagi guru untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa sehingga semua siswa memiliki kepercayaan diri.
4.1.2.3.3 Kekritisan Siswa Siklus I
Kekritisan siswa menunjukan kepekaan siswa terhadap kondisi yang ada. Kekritisan siswa juga menunjukan pola pikir dan kecermatan siswa menanggapi
masalah. Kekritisan siswa yang diamati guru adalah kekritisan siswa dalam pembelajaran dan kekritisan siswa dalam memberikan tanggapan terhadap
kegiatan bercerita siswa lain. Dalam observasi siswa, kekritisan siswa tampak pada keaktifan siswa
menjawab dan bertanya apabila menemukan kesulitan dan aktif bertanya atau memberi komentar terrhadap kegiatan bercerita temannya. Berdasarkan hasil
observasi siswa terdapat 20 siswa atau sebesar 64,52 siswa yang aktif menjawab dan bertanya apabila menemukan kesulitan. Sebesar 48,39 atau 15 siswa aktif
bertanya dan memberi komentar terhadap kegiatan bercerita siswa lainnya. Hal ini menunjukan bahwa sebagian siswa memilki kemauan untuk bersikap kritis.
Hanya saja bobot kekritisan tersebut masih perlu ditingkatkan.
157
Berdasarkan catatan harian guru, kekritisan siswa selama proses pembelajaran sudah cukup baik. Beberapa siswa sudah berani bertanya ketika
mengalami kesulitan, walaupun hanya sebagian kecil. Siswa yang berani mengemukan kesulitannya adalah siswa-siswa yang pandai di kelas. Sementara
siswa lainnya tidak mau mengungkapkan kesulitan yang diialami. Untuk berkomentar, kekritisan siswa juga masih harus ditingkatkan. Komentar-komentar
yang diberikan belum beragam. Komentar antarsiswa masih banyak yang isinya sama. Hal ini disebabkan karena siswa tidak menguasai masalah yang akan
dikomentari. Selain itu siswa juga belum bisa menjelaskan jika guru memberi pertanyaan balikan. Pada kegiatan ini, siswa merasa yang penting berkomentar
dan menukarkan kupon yang dimiliki. Siswa tidak memikirkan mengenai bobot maupun kedalaman komentar yang diberikan. Kekritisan siswa juga tampak pada
foto yang berhasil didokumentasikan selama pembelajaran berlangsung. Berikut adalah gambar yang menunjukan kekritisan siswa.
Gambar 4. Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I yang
Menunjukan Kekritisan Siswa
Gambar 4 menunjukan kekritisan siswa selama proses pembelajaran. Pada gambar pertama tampak siswa yang sedang menanggapi kegiatan bercerita siswa
158
lain. Pada gambar berikutnya tampak guru sedang menjawab pertanyaan siswa yang mengalami kesulitan. Karena kesulitan yang dialami siswa bersifat personal,
maka guru menjelaskannya secara personal agar siswa lebih paham. Berdasarkan uraian hasil observasi siswa, catatan harian guru, dan
dokumentasi foto dapat disimpulkan bahwa kekritisan siswa masih dalam kategori cukup. Hanya beberapa siswa yang berani mengemukakan pendapat dan kesulitan
yang mereka rasakan. Sebagian besar siswa yang memiliki kekritisan yang tinggi dan berani mengungkapkan hanya siswa-siswa tertentu dalam kasus ini hanya
siswa-siswa yang pandai. Oleh karena itu, guru harus mampu membangkitkan kekritisan siswa dan menanamkan keberanian mengungkapkan agar semua siswa
berani mengemukakan pendapat dan kesulitan yang dihadapi. Pembelajaran akan dikatakan berhasil jika semua siswa menguasai keterampilan yang diharapkan,
bukan hanya pada beberapa siswa yang dianggap pandai. Selain dibutuhkan keberanian, pengetahuan siswa juga perlu ditingkatkan sehingga pertanyaan,
pendapat, maupun komentar-komentar yang diberikan siswa selama pembelajaran memiliki bobot.
4.1.2.3.4 Kedisplinan dan Tanggung Jawab Siswa Siklus I