Media Sate Gambar Sebagai Alat Peraga Bercerita

50 tujuan yang hendak dicapai, metode dan teknik yang digunakan, materi yang diajarkan, tingkatan dan kondisi siswa, situasi belajar, dan kreativitas guru. Selain itu, penggunaan media juga harus memperhatikan ketepatan validitas, ketersediaan, mutu teknis, dan biaya. Jika hal-hal tersebut diperhatikan dengan baik, pembelajaran yang berlangsung akan menarik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2.2.2.4 Media Sate Gambar Sebagai Alat Peraga Bercerita

Media sate gambar merupakan modifikasi dari wayang. Wayang adalah gambar atau tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kayu, dan sebagainya untuk mempertunjukan sesuatu lakon atau cerita Darminta dalam Akhmaliyah 2009:34. Perbedaannya dengan wayang, sate gambar tidak harus terbuat dari kulit atau kayu, gambar dapat terbuat dari apa saja yang penting gambar dapat disangga dengan gagang, selain itu gambar dalam sate gambar tidak harus gambar tiruan manusia, melainkan beraneka gambar seperti hewan, rumah, dan sebagainya. Sate ejaan lamanya “satay”. Sate adalah lauk-pauk yang terbuat dari daging atau ayam, diiris selebar 1-2 cm. Kemudian dapat diberi bumbu atau tidak, lalu ditusuk dengan tusuk sate kemudian dipangang diatas bara api. Biasanya sate disajikan dengan saus kacang atau saus kecap dan dimakan bersama nasi hangat, lontong, terkadang dengan ketupat Lasmanawati 2009. Hal senada juga diungkap oleh Muaris 2010:1, menurutnya sate adalah makanan berbentuk potongan-potongan kecil dari bahan pangan. Kemudian diberi bumbu, ditusuk dengan tusukan sate yang terbuat dari potongan bambu dan dipanggang. Kata 51 sate merujuk pada gagang bukan pada yang ditusuk. Dengan demikian, ada sate kerang, sate kambing, sate tahu, sate usus, dan lainnya. Merujuk pendapat- pendapat tersebut, apabila potongan-potongan gambar yang ditusuk dengan lidi atau penusuk lain maka dapat disebut sebagai sate gambar. Hal senada diungkap Suyatno 2009. Menurut Suyatno, sate gambar adalah gambar suatu benda yang diberi gagang sehingga dapat dipegang dalam jarak dekat dan mudah digeser dan digerakkan. Sate gambar dapat diterapkan pada berbagai pembelajaran. Misalnya, guru Geografi akan mengenalkan peta Indonesia tidak perlu menunjuk peta di papan secara klasikal. Guru itu dapat menggunting gambar pulau dari atlas kemudian ditempel di karton agar keras dan awet kemudian diberi gagang. Siswa akan memegang sate gambar satu per satu berdasarkan pulau di Indonesia. Siswa tersebut lalu mengidentifikasi gambar pulau dan menyampaikan hasil identifikasinya ke kelompok atau kelas. Begitu pula, guru biologi saat membelajarkan organ tubuh dapat menggunakan sate gambar organ tubuh untuk memperjelas pemahaman. Siswa diberikan sate organ jantung, siswa lain sate organ paru-paru, yang lain sate organ usus. Siswa mengidentifikasikan isi gambar dalam sate itu kemudian menyampaikan hasilnya. Lalu, siswa satu bertemu dengan siswa lain dalam kelompok untuk mengurutkan gambar berdasarkan susunan organ tubuh manusia. Contohnya, pemegang sate organ jantung bertemu dengan pemegang sate parau-paru, usus, ginjal, lambung, empedu, dan seterusnya. Dalam kelompok, mereka menghubungkan antarorgan tersebut. 52 Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sate gambar dapat digunakan dalam kegitan bercerita dengan alat peraga, misalnya ketika anak akan bercerita tentang kancil si Pencuri ketimun, siswa dapat menggunakan sate gambar dengan gambar kancil, kebun mentimun, dan pak tani. Bercerita menggunakan sate gambar hampir sama seperti seorang dalang yang bercerita dengan wayang- wayangnya. Perbedaannya, siswa tidak harus memenuhi pakem mendalang dan menggunakan layar putih untuk menampilkan siluet. Gambar-gambar yang digunakan siswa bercerita dapat mewakili tokoh atau latar cerita yang dibawakan. Pemilihan media sate gambar sebagai alat peraga bercerita juga berdasarkan pertimbangan ekonomis. Media yang digunakan dalam pembelajaran seharusnya terjangkau, baik dari sisi guru maupun siswa. Sate gambar merupakan media sederhana yang dapat dibuat dengan berbagai macam barang, seperti triplek, kardus, lembaran koran, atau benda apa saja yang dapat dibentuk gambar dan disangga dengan tusukan bambu. Sate gambar sangat tepat untuk digunakan sebagai media pembelajaran bercerita dengan alat peraga karena selain murah, mudah didapatkan, dan menarik, juga memudahkan siswa dalam menyampaikan cerita.

2.2.3 Metode Pembelajaran Time Token Arends

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Time Token Arends Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

6 48 148

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS DENGAN MEDIA Peningkatan Keaktifan Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Time Token Arends dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Tahun 2015/2

0 3 14

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS DENGAN MEDIA Peningkatan Keaktifan Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Time Token Arends dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Tahun 2015/2

0 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN PKN Peningkatan Keterampilan Mengemukakan Pendapat Siswa Melalui Metode Time Token pada Pembelajaran PKn Kelas IV SDN Ngembat Padas 3 Gemolong Sragen

1 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN PKN Peningkatan Keterampilan Mengemukakan Pendapat Siswa Melalui Metode Time Token pada Pembelajaran PKn Kelas IV SDN Ngembat Padas 3 Gemolong Sragen

1 2 16

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI METODE TIME Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Metode Time Token Arends Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SD N Karangwuni 01 Weru Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS PADA PEMBELAJARAN Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V Melalui Metode Time Token Arends Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD Negeri Plosokerep 2 Sragen Tahu

0 0 17

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS DALAM PEMBELAJARAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI 01 DUKUH KECAMATAN NGARGOYOSO

0 0 17

Peningkatan Keterampilan Berbicara Ragam Krama Pada Siswa Kelas VIII F SMP N 17 Semarang dengan Teknik Time Token Menggunakan Media Gambar Tahun Ajaran 2008/2009.

0 0 3

PENERAPAN METODE TIME TOKEN ARENDS DAN TALKING STICK DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS III SDN 1 BANYU URIP TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 14