55
dan keberanian berpendapat dan menilai unjuk kerja rekan-rekannya serta meningkatkan keterampilan berbicara karena setiap siswa dituntut untuk
menghabiskan jatah kupon berbicara yang dimilikinya. Metode ini dapat pula digunakan untuk meningkatkan keterampilan bercerita siswa.
2.2.4 Pembelajaran Bercerita dengan Alat Peraga Menggunakan Sate
Gambar dan Metode Time Token Arends
Pembelajaran bercerita dengan alat peraga adalah pembelajaran yang membantu siswa untuk meningkatkan daya nalar, kreativitas, dan imajinasi siswa
yang diwujudkan dalam kegiatan bercerita menggunakan alat bantu. Pembelajaran bercerita dengan alat peraga pada penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan media sate gambar dan metode time token arends sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam bercerita dengan alat peraga. Guru
merupakan fasilitator, motivator, sekaligus sutradara dalam pembelajaran. Guru harus mampu menjembatani, memotivasi, sekaligus mengatur lingkungan belajar
siswa sehingga siswa bergairah dalam pembelajaran. Langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran bercerita dengan
alat peraga menggunakan sate gambar dan metode time token arends berpedoman pada metode time token arends. Guru menciptakan keadaan yang membuat siswa
bercerita dengan alat peraga di depan kelas. Sebelum menunjukan kemampuannya bercerita di depan kelas, siswa diberi kesempatan berlatih dalam kelompok-
kelompok kecil. Tujuan dari pembelajaran ini adalah setiap siswa memiliki kemampuan bercerita dengan alat peraga. Keberhasilan tujuan dapat dilihat dari
tercapainya dua indikator yang tetapkan, yaitu 1 siswa mampu bercerita dengan
56
memperhatikan kondisi diri sendiri, keseluruhan isi cerita, dan teknik bercerita yang baik menggunakan alat peraga dan 2 siswa mampu menanggapi kegiatan
bercerita siswa lain dengan memperhatikan teknik bercerita yang baik dan keefektifan penggunaan media alat peraga saat bercerita. Dua indikator tersebut
dijabarkan ke dalam sebelas aspek penilaian yang meliputi sebelas aspek penilaian, yaitu 1 kepercayaan diri, 2 volume suara, 3 sikap wajar dan tidak
kaku, 4 penguasaan topik, 5 kelancaran, 6 pilihan kata, 7 variasi intonasi, 8 ekspresifitas dan mimik, 9 kemenarikan penyajian cerita, 10 penggunaan
alat peraga, dan 11 kemampuan siswa berkomentar. Sebagai sebuah model, pembelajaran bercerita dengan alat peraga
menggunakan sate gambar melalui metode time token arends mempunyai empat komponen, yaitu sintaks, sistem sosial, peran guru, dan sarana pendukung.
Keempat hal tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1
Sintaks Secara garis besar, langkah-langkah pembelajaran bercerita dengan alat
peraga menggunakan sate gambar dan metode time token arends terbagi atas beberapa fase, yaitu persiapan, pendalaman materi, pelatihan mandiri, unjuk
kemampuan, dan evaluasi. Kelima fase tersebut terjabar dalam langkah-langkah pembelajaran yang terkandung dalam tiga kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kelima fase tersebut diperjelas dengan tabel berikut.
57
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Bercerita dengan Alat Peraga Menggunakan
Sate Gambar dan Metode Time Token Arends
Fase Langkah Pembelajaran
Persiapan a.
Guru mengkondisikan siswa. b.
Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab dengan siswa tentang tujuan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan dan manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran tersebut.
c. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk
meningkatkan keterampilan bercerita. Pendalaman
materi d.
Guru memberi contoh penerapan media sate gambar sebaga alat peraga bercerita.
e. Guru menunjuk dua siswa secara acak untuk bercerita
dengan alat peraga di depan. f.
Guru meminta siswa untuk berpendapat secara lisan mengenai kegiatan bercerita yang dilakukan.
g. Guru menegaskan pendapat siswa dan memberi
pemahaman mengenai bercerita dengan alat peraga. Pelatihan mandiri
h. Siswa membentuk kelompok dengan anggota 4-5
siswa. i.
Setiap siswa mendapat dua jenis kupon yang terdiri atas satu kupon bercerita dan dua kupon berkomentar.
Setelah itu, siswa berlatih bercerita dan berkomentar di dalam kelompoknya dengan menerapkan metode time
token arends.
j. Siswa membuat kerangka cerita berdasarkan sate
gambar yang dibuat. Kemudian siswa bercerita dan berkomentar
di dalam
kelompoknya dengan
menukarkan kupon yang dimiliki. k.
Masing-masing anggota kelompok melakukan penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan temannya.
Unjuk kemampuan
l. siswa bercerita di depan kelas dan menanggapi
kegiatan bercerita temannya. Pelaksanaan kegiatan bercerita dan berkomentar tersebut dilakukan siswa
dengan menukarkan kupon bicara yang dimiliki.
Evaluasi m.
Guru bersama siswa melakukan refleksi. n.
Guru memberikan evaluasi terhadap pembelajaran. o.
Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
p. Guru memotivasi siswa agar rajin berlatih bercerita.
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat diketahui langkah-langkah pembelajaran
tiap fase. Pada fase persiapan, guru mengondisikan siswa dan melakukan
58
apersepsi melalui kegiatan tanya jawab dengan siswa tentang tujuan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan manfaat yang akan diperoleh siswa
setelah mengikuti pembelajaran tersebut. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk meningkatkan keterampilan bercerita. Pada fase pendalaman materi, guru
memberi contoh penerapan media sate gambar sebaga alat peraga bercerita. Caranya dengan menampilkan contoh kegiatan bercerita dengan alat peraga.
Secara klasikal, guru meminta siswa untuk berpendapat secara lisan mengenai kegiatan bercerita yang dilakukan. Kemudian, guru menegaskan pendapat siswa
dan memberi pemahaman mengenai bercerita dengan alat peraga. Kemudian, pada fase pelatihan mandiri siswa membentuk kelompok. Setiap siswa mendapat dua
jenis kupon yang terdiri atas satu kupon bercerita dan dua kupon berkomentar. Setelah itu, siswa berlatih bercerita dan berkomentar di dalam kelompoknya
dengan menerapkan metode time token arends. Pertama, siswa membuat kerangka cerita berdasarkan sate gambar yang dibuat. Kemudian siswa bercerita dan
berkomentar di dalam kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok melakukan penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan temannya. Fase
selanjutnya adalah unjuk kemampuan. Pada fase ini, siswa bercerita di depan kelas dan menanggapi kegiatan bercerita temannya. Pelaksanaan kegiatan
bercerita dan berkomentar tersebut dilakukan siswa dengan menukarkan kupon bicara yang dimiliki. Fase terakhir adalah evaluasi. Pada fase evaluasi, guru
bersama siswa melakukan refleksi, mengevaluasi, dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memotivasi siswa agar rajin berlatih
berbicara maupun bercerita, khususnya bercerita dengan alat peraga.
59
2 Sistem Sosial
Sistem sosial yang berlangsung dalam pembelajaran ini adalah keterlibatan guru dan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan lingkungan.
Kedudukan guru pada hakikatnya sebagai fasilitator, sedangkan siswa berkedudukan sebagai subjek pembelajaran sehingga bebas menggali
pengetahuan-pengetahuan dari luar lingkungan sekolah yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Di dalam pembelajaran, guru harus dengan
sengaja memilih kegiatan dan mengatur lingkungan belajar siswa dengan merancang kegiatan yang akan dilakukan. Oleh karena itu, model ini termasuk
model terstruktur. Akan tetapi, kerjasama antarsiswa sangat diperhatikan, terutama dalam kegiatan latihan berkelompok. Siswa dapat saling mengkritik dan
memberi saran terhadap kegiatan bercerita siswa lain. Keberhasilan penggunaan kupon bicara dalam pembelajaran ini juga tergantung pada kerja sama dan
kemauan siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sungguh-sungguh.
3 Peran Guru
Selama proses pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar, guru bertindak sebagai model, fasilitator, konsultan, sekaligus
motivator bagi siswa. Guru melakukan pemodelan secara klasikal. Guru merangsang minat siswa dengan memberi contoh kegiatan bercerita dengan alat
peraga menggunakan sate gambar. Apabila siswa mengalami kesulitan, guru memberikan masukan-masukan dan saran. Guru juga bisa bertindak sebagai
instruktur dengan cara penyampaian yang memotivasi dan mengarahkan siswa
60
untuk mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat menunjang kemampuan bercerita dengan alat peraga.
4 Sistem Pendukung
Sistem pendukung dalam melaksanaan model pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar melalui metode time token arends
adalah berbagai sarana, alat, atau media yang dapat memudahkan siswa memahami kegiatan bercerita dengan alat peraga, salah satunya adalah sate
gambar. Sate gambar merupakan alat bantu bercerita siswa. Selain itu, sarana dan prasarana seperti perpustakaan yang di dalamnya terdapat banyak buku cerita
seperti novel, cerpen, dan buku cerita bergambar juga dapat dimanfaatkan siswa untuk memudahkan kegiatan bercerita.
2.3 Kerangka Berpikir
Bercerita merupakan kegiatan menuturkan suatu hal yang berisi informasi atau gagasan, misalnya terjadinya sesuatu, kejadian yang sesungguhnya terjadi
ataupun yang rekaan, atau lakon dengan kekuatan kata-kata sebagai bentuk pengungkap ekspresi jiwa. Kegiatan bercerita sangat fungsional. Bercerita dapat
berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan berupa penjelasan, gambaran sesuatu hal, hiburan, dan peningkat keterampilan berbicara. Bercerita
adalah salah satu bentuk atau cara yang dilakukan dalam upaya menjalin komunikasi. Dengan keterampilan bercerita, seseorang dapat menyampaikan
berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dibaca, dan ungkapan kemauan dan keinginan
membagikan pengalaman yang diperoleh.