158
lain. Pada gambar berikutnya tampak guru sedang menjawab pertanyaan siswa yang mengalami kesulitan. Karena kesulitan yang dialami siswa bersifat personal,
maka guru menjelaskannya secara personal agar siswa lebih paham. Berdasarkan uraian hasil observasi siswa, catatan harian guru, dan
dokumentasi foto dapat disimpulkan bahwa kekritisan siswa masih dalam kategori cukup. Hanya beberapa siswa yang berani mengemukakan pendapat dan kesulitan
yang mereka rasakan. Sebagian besar siswa yang memiliki kekritisan yang tinggi dan berani mengungkapkan hanya siswa-siswa tertentu dalam kasus ini hanya
siswa-siswa yang pandai. Oleh karena itu, guru harus mampu membangkitkan kekritisan siswa dan menanamkan keberanian mengungkapkan agar semua siswa
berani mengemukakan pendapat dan kesulitan yang dihadapi. Pembelajaran akan dikatakan berhasil jika semua siswa menguasai keterampilan yang diharapkan,
bukan hanya pada beberapa siswa yang dianggap pandai. Selain dibutuhkan keberanian, pengetahuan siswa juga perlu ditingkatkan sehingga pertanyaan,
pendapat, maupun komentar-komentar yang diberikan siswa selama pembelajaran memiliki bobot.
4.1.2.3.4 Kedisplinan dan Tanggung Jawab Siswa Siklus I
Kedisiplinan dan tanggung jawab siswa merupakan karakter yang harus dimiliki siswa. Kedisiplinan dan tanggung jawab siswa tampak pada kesiapan
siswa menerima pembelajaran, ketenangan dan kerapian selama proses pembelajaran, serta tanggung jawab siswa melaksanakan tugas yang diberikan
guru.
159
Berdasarkan hasil catatan guru, siswa belum siap melaksanakan pembelajaran. Siswa terlambat masuk kelas setelah bel pelajaran berbunyi.
Beberapa siswa yang tampak berbicara sendiri dan bermalas-malasan ketika pembelajaran akan dimulai. Guru harus bisa membuka pembelajaran semenarik
mungkin sehingga siswa antusias terhadap pembelajaran. Setelah pembukaan yang berhasil, siswa mulai merespon positif terhadap pembelajaran. Masalah lain
berhubungan dengan rendahnya tanggung jawab siswa. Tidak semua siswa membawa sate gambar yang telah diminta guru dibuat pada pembelajaran
kesenian sebelumnya. Beberapa siswa juga membawa sate gambar yang belum selesai sempurna. Hal tersebut menunjukan kedisplinan dan tanggung jawab siswa
masih rendah. Guru harus dapat menanamkan kedisplinan dan tanggung jawab siswa agar menjadi lebih baik lagi.
Berdasarkan hasil observasi siswa, masih tampak perilaku negatif siswa yang menunjukan siswa belum disiplin dan tanggung jawab. Sebanyak 15 siswa
atau sebesar 48,39 tampak mengobrol sendiri, sebanyak 5 siswa atau sebesar 16,13 tampak mengantuk di dalam kelas, dan sebanyak 7 siswa atau sebesar
22,58 jalan-jalan di dalam kelas. Perilaku-perilaku negatif tersebut seharusnya tidak tampak apabila siswa memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab yang
tinggi. Hasil catatan guru dan observasi yang diuraikan tersebut sesuai dengan
hasil dokumentasi foto yang berhasil dikumpulkan selama proses pembelajaran. Berikut adalah gambar yang dapat digunakan sebagai pengukur kedisiplinan dan
tanggung jawab siswa.
160
Gambar 5. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I yang Menunujukan
Kedisiplinan dan Tanggung Jawab Siswa
Gambar 5 memperlihatkan aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I yang
menunjukan kedisiplinan dan tanggung jawab siswa. Pada gambar pertama, tampak bangku bagian depan kosong. Siswa tersebut masih berada di kantin dan
belum masuk ketika bel pelajaran berbunyi. Pada gambar kedua, tampak beberapa siswa yang duduknya tidak rapi. Beberapa siswa menyandarkan tubuhnya ke
tembok. Posisi duduk seperti itu membuat siswa tidak menagkap pembelajaran dengan baik. Siswa akan mudah merasa mengantuk ketika guru menjelaskan.
Gambar ketiga memperlihatkan guru sedang berusaha mengkondisikan kelas yang gaduh karena pembentukan kelompok. Sementara itu, gambar terakhir
menunjukan siswa sedang serius mendengarkan penjelasan guru mengenai kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran bercerita dengan alat peraga
menggunakan sate gambar dan metode pembelajaran time token arends. Dari
161
beberapa gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam kedisiplinan siswa sudah cukup tetapi maih harus ditingkatkan.
Berdasarkan pengakuan langsung siswa yang mendapat nilai terendah pada saat wawancara, siswa merasa kurang siap karena belum pernah
melaksanakan pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar dan metode pembelajaran time token arends semacam ini. Menurut siswa,
guru mata pelajaran selama ini tidak pernah menggunakan metode khusus dalam pembelajaran bercerita dengan alat peraga. Siswa masih canggung dan bingung
dengan instruksi guru. Oleh karena itu, ketika pembentukan kelompok dan awal penerapan metode time token arends ini kelas kurang kondusif. Sebagian besar
siswa saling bertanya antarteman bukan pada guru sehingga kelas menjadi gaduh. Kedisiplinan siswa juga dapat dilihat dari situasi kelas selama
pembelajaran berlangsung. Berdasarkan catatan lapangan, situasi kelas masih belum kondusif. Pada saat Tanya jawab dan pendalaman materi, banyak anak
yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Beberapa siswa tampak mengobrol dengan temannya, ditambah lagi banyak siswa dari kelas sebelah yang
berada di pintu dan jendela karena tidak adanya pembelajaran membuat kelas benar-benar tidak kondusif. Guru yang ikut serta penelitian pun tidak mampu
membuat siswa tenang. Oleh karena itu, guru mencoba mengadakan tanya jawab dengan permainan. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan boleh menunjuk salah
satu siswa lain untuk menunjuk pertanyaan berikutnya. Cara ini cukup efektif untuk menarik minat siswa. Siswa mulai tenang dan memperhatikan penjelasan
guru. Agar suasana kelas cukup kondusif, guru meminta salah satu siswa yaitu
162
R13 untuk menutup pintu. Hal ini agar siswa fokus dan tidak terganggu dengan siswa kelas sebelah yang tidak ada kegiatan pebelajaran.
Sate gambar sebagai alat bercerita dibuat siswa ketika pembelajaran kesenian sebelum proses pembelajaran bercerita. Kesiapan siswa mempersiapkan
sate gambar yang sudah diminta guru sebelumnya menunjukan kedisplinan dan tanggung jawab siswa. Berdasarkan deskripsi perilaku ekologis, dari 31 siswa
terdapat 3 siswa yang belum menyelesaikan sate gambarnya, 1 siswa mengaku sate gambarnya tertinggal di rumah, dan 1 siswa lagi tidak membawa sate gambar
dengan alasan rusak ketika dibawa dengar motor. Untuk mengatasi hal tersebut, guru telah mengantisipasi dengan membawa beberapa sate gambar yang dapat
digunakan siswa. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan walaupun ada kendala semacam ini.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan dan tanggung jawab siswa dalam melaksanakan pembelajaran bercerita dengan
alat peraga menggunakan sate gambar dan metode pembelajaran time token arends masih rendah. Beberapa siswa tampak belum siap dengan pembelajaran,
baik sebelum dimulai maupun ketika mempersiapkan sate gambar sebagai alat peraga bercerita. Siswa juga masih terlihat gaduh ketika pembentukan kelompok.
Hal ini menunjukan kedisiplinan dan tanggung jawab siswa masih perlu ditingkatkan.
4.1.2.3.5 Kerja sama dan Kemampuan Berbagi Siswa Siklus I