126
dicapai belum maksimal. Siswa mengaku belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan model tersebut sehingga sebagian siswa merasa canggung
dan takut mencoba. Siswa juga belum terbiasa untuk berbicara di depan kelas. Hal tersebut ditunjukan dengan keraguan siswa menukarkan kupon bercerita yang
dimiliki dan sikap malu-malu siswa ketika bercerita di depan kelas. Hal lain yang turut mempengaruhi belum maksimalnya perolehan hasil tes siswa adalah
hubungan siswa dan guru selama proses pembelajaran masih terlihat kurang akrab. Hal ini disebabkan guru selaku peneliti baru beberapa kali bertemu dengan
siswa. Jalinan guru dan siswa yang belum akrab ini mengakibatkan siswa masih canggung dan malu bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan. Kendala
tersebut menjadi bahan refleksi bagi guru sebagai peneliti untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus II.
Nilai tes siklus I diperoleh dari penjumlahan skor dua indikator penilaian yang terbagi atas 11 aspek, yaitu 1 kepercayaan diri, 2 volume suara, 3 sikap
wajar dan tidak kaku, 4 penguasaan topik, 5 kelancaran, 6 pilihan kata, 7 variasi intonasi, 8 ekspresifitas dan mimik, 9 kemenarikan penyajian cerita,
10 penggunaan alat peraga, dan 11 kemampuan siswa berkomentar. Berikut akan dijelaskan hasil tes bercerita dengan alat peraga menggunakan sate gambar
dan metode pembelajaran time token arends tiap aspek.
4.1.2.2.1 Hasil Tes Bercerita dengan Alat Peraga Menggunakan Sate
Gambar dan Metode Pembelajaran Time Token Arends Aspek Kepercayaan Diri Siklus I
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan bercerita. Kepercayaan diri siswa dapat terlihat dari kemantapan siswa ketika
127
bercerita dan berkomentar. Siswa yang memiliki kepercayaan diri tinggi tentunya akan bercerita dan berkomentar dengan mantap, berani menatap pendengar, dan
tidak ragu-ragu dalam bercerita. Orang yang percaya diri tidak akan mengalami demam panggung atau kecemasan dalam berbicara. Ia tidak lagi berkeringat atau
merasa suaranya serak seperti tercekat di tenggorokan, Kepercayaan diri selain salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan bercerita, kepercayaan diri juga
termasuk karakter yang akan mempengaruhi keberhasilan seseorang di lingkungannya. Hasil tes bercerita dengan alat peraga aspek percaya diri dapat
dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Hasil Tes Bercerita dengan Alat Peraga Aspek Percaya Diri
Siklus I
Kategori Skor
F Bobot
Skor Rata-rata
BS Nilai
Sangat Baik
5 10031=
3,23 kategori
cukup 100315X100=
64,52 belum tuntas
Baik 4
8 32
25,81 Cukup
3 22
66 70,97
Kurang 2
1 2
3,23 Gagal
1 Jumlah
31 100
100 3,23
64,52 Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa hasil tes bercerita dengan alat peraga
aspek percaya diri termasuk dalam kategori cukup. Sebanyak 8 siswa atau 25,81 memperoleh skor berkategori baik. Hal ini bermakna bahwa 25,81 siswa
mampu bercerita dengan percaya diri. Siswa berani bercerita tanpa dibujuk dan ditunjuk. Siswa juga terlihat mantap dan berani menatap siswa lain ketika
bercerita. Sebanyak 22 siswa memperoleh skor berkategori cukup atau sebesar 70,97 yang berarti sebanyak 22 siswa bercerita dengan cukup percaya diri.
128
Siswa berani bercerita, tetapi masih terlihat malu-malu. Sementara 1 siswa memperoleh skor dengan kategori kurang. Siswa tersebut harus ditunjuk dan
dibujuk untuk bercerita di depan kelas, selain itu ketika bercerita siswa tersebut tampak ragu-ragu dan malu-malu. Sementara itu, tidak ada satu pun siswa yang
mendapat skor berkategori sangat baik dan gagal. Bobot skor rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 3,23 dan termasuk dalam kategori cukup. Rata-rata nilai
yang diperoleh siswa sebesar 64,52. Hal ini menunjukan bahwa siswa belum mencapai batas ketuntasan yang ditetapkan peneliti. Siswa belum dapat mencapai
batas ketuntasan disebabkan siswa belum terbiasa dengan suasana kelas, guru, dan gaya pembelajaran yang baru bagi mereka. Oleh karena itu, guru perlu
memikirkan solusi atas permasalahan tersebut sehinggga kepercayaan diri siswa meningkat.
4.1.2.2.2 Hasil Tes Bercerita dengan Alat Peraga Menggunakan Sate