52
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sate gambar dapat digunakan dalam kegitan bercerita dengan alat peraga, misalnya ketika anak akan bercerita
tentang kancil si Pencuri ketimun, siswa dapat menggunakan sate gambar dengan gambar kancil, kebun mentimun, dan pak tani. Bercerita menggunakan sate
gambar hampir sama seperti seorang dalang yang bercerita dengan wayang- wayangnya. Perbedaannya, siswa tidak harus memenuhi pakem mendalang dan
menggunakan layar putih untuk menampilkan siluet. Gambar-gambar yang digunakan siswa bercerita dapat mewakili tokoh atau latar cerita yang dibawakan.
Pemilihan media sate gambar sebagai alat peraga bercerita juga berdasarkan pertimbangan ekonomis. Media yang digunakan dalam pembelajaran
seharusnya terjangkau, baik dari sisi guru maupun siswa. Sate gambar merupakan media sederhana yang dapat dibuat dengan berbagai macam barang, seperti
triplek, kardus, lembaran koran, atau benda apa saja yang dapat dibentuk gambar dan disangga dengan tusukan bambu. Sate gambar sangat tepat untuk digunakan
sebagai media pembelajaran bercerita dengan alat peraga karena selain murah, mudah didapatkan, dan menarik, juga memudahkan siswa dalam menyampaikan
cerita.
2.2.3 Metode Pembelajaran Time Token Arends
Suatu metode memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Metode turut menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran.
Sebelum menerapkan sebuah metode pembelajaran, guru haru paham betul karakteristik metode tersebut. Djamarah dan Zain menegaskan bahwa kegagalan
guru mencapai tujuan pembelajaran akan terjadi apabila pemilihan dan penentuan
53
metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dari masing- masing metode pembelajaran 2006:78. Oleh karena itu, sebelum menerapkan
sebuah metode guru harus memahami kelebihan dan kekurangan dari suatu metode pembelajaran.
Metode pembelajaran time token arends sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk
menghindari siswa mendominasi pembicaraan, atau siswa diam sama sekali Suprijono 2009. Time token arends menuntut semua siswa mendapatkan proses
yang porsinya sama. Semua siswa dipaksa menggunakan kesempatannya dalam pembelajaran sehingga diharapkan memiliki kemampuan yang sama.
Basuki 2009 menambahkan bahwa metode time token arends adalah sebuah pola belajar yang dapat digunakan untuk mengajarkan siswa
mengembangkan keterampilan dan keberanian berpendapat dan menilai unjuk kerja rekan-rekannya. Model ini dirancang sedemikian rupa sehingga dalam suatu
pertemuan belajar tidak ada siswa yang mendominasi pembicaraan atau sebaliknya tidak berpendapat berbicara sama sekali. Oleh karena itu, guru sebagai
fasilitator dalam proses belajar mengajar sebaiknya mempersiapkan sejenis kupon yang dibagikan kepada seluruh siswa sebagai “alat tukar” untuk kesempatan
berbicara atau mengungkapkan pendapat. Metode ini tentunya akan efektif pula apabila diterapkan dalam pembelajaran bercerita. Dalam pembelajaran, siswa
dituntut untuk menggunakan kesempatannya bercerita dan memberikan komentar atau tanggapan terhadap temannya yang melakukan kegiatan bercerita.
54
Suprijono 2009:133 mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan metode time token arends sebagai berikut.
1 Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi cooperative learning CL
2 Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi
sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan. 3
Apabila telah selesai berbicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara siswa menyerahkan satu kupon.
4 Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. Siswa yang
masih memiliki kupon harus berbicara hingga semua kupon yang dimiliki habis.
5 Dan seterusnya.
Dalam pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan metode time token arends langkah yang digunakan tidak sama persis dengan yang
diungkap Suprijono, tetapi ada sedikit penyesuaian dan modifikasi. Dalam pembelajaran bercerita dengan alat peraga, siswa mendapat 1 kupon bercerita dan
2 kupon berkomentar yang harus dipergunakan sepanjang proses pembelajaran. Kupon tersebut menja
di “pintu” untuk mendapatkan kesempatan bicara, baik bercerita maupun berkomentar. Dengan menggunakan metode time token arends
diharapkan semua siswa mampu menggunakan setiap waktu yang diberikan untuk bercerita dan berkomentar sehingga setiap siswa mampu mencapai indikator yang
ditetapkan dalam pembelajaran bercerita menggunakan alat peraga. Berdasarkan uraian di atas,dapat disimpulkan bahwa metode time token
arends dapat digunakan untuk mengajarkan siswa mengembangkan keterampilan
55
dan keberanian berpendapat dan menilai unjuk kerja rekan-rekannya serta meningkatkan keterampilan berbicara karena setiap siswa dituntut untuk
menghabiskan jatah kupon berbicara yang dimilikinya. Metode ini dapat pula digunakan untuk meningkatkan keterampilan bercerita siswa.
2.2.4 Pembelajaran Bercerita dengan Alat Peraga Menggunakan Sate