40
fantasi, menumbuhkan minat baca, membangun kedekatan dan keharmonisan, dan menjadi media pembelajaran. Berdasarkan uraian mengenai manfaat cerita di atas,
rasanya kegiatan bercerita memang seharusnya mendapatkan tempat dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Guru sebagai
pendidik sekaligus orang tua kedua bagi siswa harus mampu mengambil manfaat dari cerita maupun kegiatan bercerita, terutama dalam pembentukan kepribadian
siswa.
2.2.1.6 Hakikat Bercerita dengan Alat Peraga
Ada dua jenis bercerita yang dapat dilakukan, yaitu 1 bercerita tanpa alat peraga dan 2 bercerita dengan alat peraga langsung. Dalam subbab ini,
teknik bercerita akan difokuskan pada teknik bercerita dengan alat peraga. Menurut Darmanto 2004 dalam Ristyani 2009:21 bercerita dengan alat
peraga adalah proses bercerita dengan menggunakan alat bantu untuk memudahkan mengekspresikan cerita serta pemahaman pendengar terhadap
cerita. Alat peraga dapat disesuaikan dengan latar dan tokoh dalam cerita. Subyantoro 2007:16-19 mengemukakan berbagai macam teknik dalam
bercerita, yaitu 1 bercerita tanpa alat peraga, 2 bercerita dengan alat peraga langsung, 3 bercerita dengan gambar, 4 bercerita dengan papan flanel, 5
bercerita dengan membacakan cerita. Dalam hal ini penulis menganggap bahwa teknik bercerita nomor 2 sampai dengan 5 yang disampaikan Subyantoro
termasuk bercerita dengan menggunakan alat peraga, karena dalam bercerita, pencerita menggunakan alat bantu.
41
Bercerita dengan alat peraga langsung, alat peraga langsung dalam pengertian ini adalah beberapa jenis binatang atau benda-benda sebenarnya bukan
tiruan atau berupa gambar. Hewan yang biasa digunakan dalam hal ini adalah hewan peliharaan. Misalnya kucing, burung, kelinci, dan sebagainya, dapat juga
hewan-hewan kecil yang tidak berbahaya, seperti kupu-kupu, katak, atau serangga.
Bercerita dengan gambar, gambar yang digunakan sebagai alat bantu dalam bercerita dapat berupa gambar berseri tanpa tulisan, buku bergambar atau
gambar yang dibuat sendiri oleh pencerita. Hal terpenting dalam gambar tersebut adalah isi dan makna gambar tersebut bagi anak. Gambar yang dipilih hendaknya
sesuai dengan tahap perkembangan anak, isinya menarik, mudah dimengerti dan membawa pesan, baik dalam hal pembentukan perilaku positif maupun
pengembangan kemampuan dasar. Bercerita dengan menggunakan papan flanel, alat yang digunakan adalah
papan flanel dan guntingan gambar-gambar berwarna menarik yang melukiskan hal-hal orang, binatang, dan benda yang akan muncul dalam bercerita. Sambil
bercerita, pencerita meletakan gambar-gambar tersebut pada papan flanel dalam susunan yang menjelaskan isi cerita, membuat adegan-adegan. Gambar yang tidak
perlu lagi dapat dilepas dan diganti dengan gambar lain yang sesuai dengan jalan cerita.
Bercerita dengan membacakan cerita, dilakukan dengan cara membacakan cerita dari sebuah buku cerita bergambar, dalam bentuk cerita
bergambar, biasanya terdapat tulisan berupa kalimat-kalimat pendek yang
42
menceritakan secara singkat gambar tersebut. Kegiatan membacakan cerita dimaksudkan agar minat anak terhadap buku dibangkitkan, dipupuk, dan
dikembangkan. Senada
dengan pendapat-pendapat
sebelumnya, Musfiroh
mengemukakan bercerita dengan alat peraga adalah bercerita dengan menggunakan alat bantu 2008: 122. Alat peraga yang paling sederhana adalah
buku, kemudian gambar, papan flanel, boneka, dan film bisu. Semua alat peraga membutuhkan keterampilan tersendiri yang memungkinkan penggunaan alat
peraga itu berfungsi optimal. 1
Bercerita dengan alat peraga buku Dalam melakukan kegiatan bercerita, pencerita menggunakan buku sebagai
alat bantu. Kelebihan dari alat bantu ini adalah pencerita tidak khawatir kehilangan detail cerita dan mengurangi kesalahan berbahasa yang mungkni
dilakukan. Hanya saja bercerita dengan media buku ini cenderung monoton dan membosankan.
2 Bercerita dengan alat peraga gambar
Alat peraga gambar yang dapat digunakan untuk menyampaikan cerita meliputi gambar berseri dalam bentuk kertas lepas dan buku, serta gambar di
papan flanel. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat peraga ini adalah: 1 memilih gambar yang bagus, 2 mengurutkan gambar, 3
melihatkan gambar secara merata, 4 menyinkronkan gambar dengan cerita, 5 gambar tidak menutupi wajah.
43
3 Bercerita dengan alat peraga boneka
Bercerita dengan memanfaatkan media boneka. Boneka menjadi alat peraga yang mendekati naturalitas bercerita. Tokoh-tokoh yang diwujudkan melaui
bercerita berbicara dengan gerakan-gerakan yang mendukung cerita. 4
Bercerita dengan alat peraga gambar gerak Bercerita dengan gambar hidup, seperti film bisu atau film non-audial.
Gambar dalam film dibuat berurutan dalam satu jalinan cerita, sedangkan narasi dan dialog diisi pencerita.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bercerita dengan alat peraga adalah bercerita dengan menggunakan alat bantu untuk memudahkan
mengekspresikan cerita kepada pendengar. Berbagai macam benda dapat digunakan sebagai alat peraga, seperti gambar, papan flanel, buku, boneka, benda-
benda hidup maupun mati, dan film bisu. Setiap pemilihan alat peraga menuntut keahlian tersendiri agar kegiatan bercerita dapat dilakukan dengan baik.
2.2.2 Hakikat Media Sate Gambar sebagai Alat Peraga Bercerita