46
pala. Luas lahan pohon manggis 23 hektar, pohon pala 5 hektar dengan rata hasil keduanya 111 ton dan 72 ton per tahun. Tanah pertanian tersebut sebagian
milik penduduk Desa sawah Kulon dan sebagain milik penduduk luar desa. Demikian juga lahan pertanian seluas 12 hertar yang digunakan untuk
menanam bahan baku merupakan daya dukung alam terhadap kelompok pengrajin. 142 kk dan 468 jiwa yang menggantungkan mata pencaharian pada
lahan seluas 12 hektar. Melihat daya dukung alam, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka perlu perbaikan kualitas dan kuantitas pertanian untuk
meningkatkan produksi hasil pertanian semua jenis termasuk bahan baku anyaman agar bisa mendukung jumlah penduduk.
Daya dukung produksi kerajinan anyaman terhadap jumlah penduduk tidak memadai. Hal ini disebabkan tingkat produksi yang dihasilkan belum dapat
memenuhi kebutuhan penduduk kebutuhan primer, skunder dan tersier. Oleh karena itu kemampuan produksi kerajinan anyaman untuk dapat memenuhi
kebutuhan penduduk perlu ditingkatkan, mengingat tingkat perekonomian kelompok pengrajin yang bertingkat. Salah satu upaya dengan mengembangkan
potensi produksi dan pemasaran dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas faktor- faktor yang mendudkung berjalannya proses produksi dan pemasaran
dengan baik.
4. 7. Masalah Kesejahteraan Sosial dalam kelompok pengrajin anyaman
Secara umum di Desa Sawah Kulon tidak ada permasalahan kesejahteraan sosial yang menonjol, namun bukan berarti tidak ada permasalahan sosial.
Berdasarkan hasil pendataan PMKS Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Desa Sawah Kulon tahun 2003, terdapat PMKS di Desa Sawah Kulon
sebagai berikut : 1. Pengemis
: 3 orang 2. Eks Narapidana
: 1 orang 3. Penyandang Cacat
: 22 orang 4. Keluarga Miskin
: 222 KK 5. Keluarga Berumah tidak Layak Huni
: 114 KK 6. Wanita Rawan Sosial Ekonomi
: 26 orang 7. Keluarga yang tinggal di Daerah Kumuh : 126 KK
Semua masalah kesejahteraan sosial yang dikemukakan di atas, bermuara dari kemiskinan. Apabila kemiskinan dapat dikurangi secara kuantitas dan
47
kualitas, maka PMKS di atas akan berkurang. Penyebab kemiskinan itu sendiri adalah rendahnya pendidikan yang berkorelasi dengan rendahnya keterampilan
yang dimiliki, dan sulitnya mencari pekerjaan. Dari 142 KK kelompok pengrajin anyaman terdapat 92 KK tergolong pra
KS, dan 50 KK termasuk KS 1. Berdasarkan hasil wawancara dengan aparat desa dan kecamatan serta pengamatan, PMKS rumah tidak layak huni, wanita
rawan sosial ekonomi, dan rumah di daerah kumuh, adalah mereka yang menjadi bagian dari 222 keluarga miskin. Data 222 keluarga miskin termasuk 92 KK dari
anggota kelompok pengrajin kategori pra KS. Terdapat angka 26 wanita rawan sosial ekonomi diantaranya termasuk 5 KK pengrajin dimana wanita sebagai
kepala keluarga dan pencari nafkah keluarga. Dari 92 KK kelompok pengrajin pra KS, termasuk 21 yang berada pada tinggal di daerah kumuh.
Program pemerintah untuk menanggulangi masalah kemiskinan di Desa Sawah Kulon telah banyak dilakukan. Namun hasilnya tetap tidak dapat merubah
kondisi kemiskinan mereka. Program P2WKSS, UP2K-PKK bagi wanita rawan sosial ekonomi yang di dapat pada tahun 2002, sampai saat ini tetap tidak
merubah kondisi mereka. Usaha ekonomi produktif yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan mengalami hambatan karena keterbatasan
pengetahuan dan memngakses sistem sumber. Pemugaran rumah tak layak huni yang sudah dialokasikan pada 15 rumah dari tahun 2002, tetap tidak merubah
kondisi kemiskinan. Faktor dominan yang menyebabkan sebuah program tidak dapat berkelanjutan adalah ketidakmampuan penduduk miskin dalam
menjangkau akses. Kelompok pengrajin yang tergolong pra KS 1 yang tinggal di dusun Pasawahan dan Pasir angin pernah mendapatkan program tersebut
dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian mereka. Berdasarkan hasil observasi, kemiskinan yang mereka alami sudah lama sehingga menjadi biasa
hidup miskin. Pola penyebaran penduduk miskin di Desa sawah Kulon terkonsentrasi di
pedalaman dususn-dusun. Dusun Pasir angin dan sukahaji memili daerah pedalaman yang sulit untuk dijangkau, termasuk 22 KK kelompok pengrajin yang
tinggal di daerah tersebut. Dari 7 RW4 dusun di Desa Sawah Kulon jumlah KK miskin hampir merata. Mencermati kemiskinan yang muncul di lokasi
penyebabnya adalah kemiskinan struktural dimana sebagaian penduduk karena sturktur sosial yang dibentuk oleh lingkungan tidak dapat menikmati untuk ikut
serta dalam memanfaatkan sumber yang tersedia.
48
Kekuatan lokal yang tumbuh di masyarakat yang dapat membantu keluarga miskin adalah kegiatan yang bersifat keagamaan religi. Dari 18 masjid yang ada
di Desa Sawah Kulon semuanya memiliki kegiatan untuk membantu fakir miskin, walupun pola kegiatannya masih tradisionil dan bersifat sukarela. Majelis ta’lim
yang dibentuk di setiap pengajian ibu-ibu, bapak-bapak, dan remaja, juga memiliki dana untuk kepentingan keluarga miskin. Walaupun tidak besar dana
yang mereka alokasikan, tetapi kepedulian terhadap keluarga miskin adalah nilai yang tertanam dalam masyarakat. Nilai dan norma agama pula lah yang kuat
melandasi masyarakat mengatur hubungan sosial sehingga tidak timbul diskriminasi terhadap masyarakat miskin atau penyandang masalah sosial
lannya.
49
V. TINJAUAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT 5.1. Program Pengembangan Kecamatan PPK
5.1.1. Gambaran Umum Program Pengembangan Kecamatan
Program Pengembangan Kecamatan PPK yang meliputi dana bantuan bergulir, bantuan sarana dan prasarana serta kelembagaan. Juga bantuan
pendampingan merupakan program yang memiliki pendekatan yang berbeda. Keberhasilan PPK tergantung pada motivasi yang timbul dari masyarakat.
Timbulnya motivasi karena adanya kebutuhan yang nyata dari masyarakat, adanya peluang bagi peran aktif masyarakat dan dibebaskannya masyarakat
untuk memutuskan pilihan kegiatan secara demokratis. Dengan demikian masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab atas perencanaan,
pelaksanaan dan pelestarian kegiatan. Hal ini merupakan perwujudan dari pemberdayaan masyarakat. Proses pemberdayaan masyarakat yang tengah
berlangsung harus disertai dengan proses pemberdayaan kelembagaan, pengembangan ekonomi lokal, perencanaan dan kebijakan, dengan
memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat desa. Masyarakat desa terutama dari kelompok miskin, kelompok usaha
ekonomi produktif, merupakan sasaran PPK sekaligus juga sebagai pelaku utama dari setiap tahapan dari pelaksanaan PPK. Pelaku lainnya dari aparat dan
konsultan di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan seterusnya lebih berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan pembina, agar tujuan, prinsip, kebijakan,
prosedur dan mekanisme PPK dapat tercapai dan dilaksanakan secara benar dan konsisten.
Penyaluran dana PPK adalah aliran Dana Bantuan Langsung BLM Kecamatan Pasawahan APBD Kabupaten Purwakarta melelui kantor kas daerah
Bank Jabar dari dana cost sharing kabupaten, dan APBN melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KPPN. Pencairan dana PPK di Desa
Sawah Kulon adalah aliran dana PPK dari rekening kolektif di tingkat Kecamatan Pasawahan ke Desa Sawah Kulon melalui Tim Pengelola Kegiatan TPK sesuai
dengan rencana kegiatan dan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu. Kelompok pengrajin anyaman dipandang sebagai kelompok usaha
ekonomi produktif yang mendapat dana bantuan bergulir dari PPK. Kelompok pengrajin yang mendapat bantuan adalah kelompok yang terdapat di dusun
Sukahaji 1 kelompok, Cihuni 1 kelompok, dan 2 kelompok di Pasawahan.