3. Strategi Penguatan Kelembagaan Produksi dan Pemasaran Pengrajin Anyaman

111

7. 3. Strategi Penguatan Kelembagaan Produksi dan Pemasaran Pengrajin Anyaman

Kelembagaan produksi dan pemasaran anyaman ini merupakan sebuah aturan, norma, nilai, dan pola-pola hubungan interaksi baik yang terjadi secara horizontal maupun vertikal. Hubungan interaksi horizontal terjadi di dalam kelompok sesama pengrajin anyaman, sedangkan hubungan interaski yang vertikal terjadi antara pengrajin anyaman dengan stakehlders yang terlibat dalam pengembangan pengrajin anyaman. Penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran anyaman pada pengrajin anyaman ini dilakukan ketika pola hubungan yang bersifat horizontal dan vertikal berlangsung. Artinya semua aturan, norma, nilai, dan hubungan yang terjadi baik dalam kelompok pengrajin maupun dengan pihak luar adalah untuk memperkuat proses produksi dan pemasaran anyaman yang kedepannya dapat memberikan nilai ekonomi yang berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi pengrajin anyaman. Berdasarkan hasil analisis SWOT yang dilakukan dalam FGD antara pengkaji dengan pengrajin dan pihak yang terlibat lainnya akan dijadikan pedoman untuk membuat rancangan program pengembangan kelembagaan produksi dan anyaman. Adapun strategi yang digunakan adalah dengan : Pertama Strategi S-O Strengths-Opportunities, artinya penyusunan rancangan program dengan melihat kekuatan dan kesempatan yang pada pada kelembagaan produksi dan pemasaran yang selama ini dilakukan, serta pada potensi dan permasalahan. Kedua dengan melakukan Strategi W-T Weakness- Threats, artinya penyusunan rancangan program dengan melihat kelemahan dan ancaman yang selama ini dijumpai pengrajin untuk dapat dieliminer sekecil mungkin. Maka langkah program pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran anyaman menitikberatkan pada : a. Adanya jumlah pengrajin anyaman yang banyak dengan keterampilan yang terbatas, namun dukungan dari pemerintah yang pernah ada dengan programnya menjadi peluang untuk dapat mengambangkan potensi pengrajin. b. Dukungan stakeholders, potensi desa, masyarakat desa lainnya, dapat dijadikan modal untuk mendapatkan tanaman bahan baku, bantuan permodalan, dan perluasan pemasaran. 112 c. Melakukan kemitraan dengan potensi ekonomi lokal koperasi. pasar desa, dan bandar untuk mengembangkan usaha baik dalam bahan baku, permodalan, dan pemasaran. d. Perluasan cara pemasaran untuk lebih mengenalkan produk anyaman kepada khalayak umum sehingga diperlukan promosi atau ruang promosi bagi anyaman yang dapat menjangkau konsumen dari berbagai lapisan. e. Kelemahan dalam produksi dan pemasaran menjadikan ancaman dalam memasarkan hasil anyaman yang kalah bersaing dengan produk lain yang sejenis, sehingga diperlukan pendampingan dalam setiap tahapan yang akan membantu pengrajin apabila menghadapi permasalahan dalam setiap tahapan produksi dan pemasaran. f. Dukungan pemerintah tetap diperlukan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas setiap kesejahteraan warganya, maka kebijakan pemerintah diharapkan dapat berpihak pada pengrajin. g. Keterlibatan pihak swasta maupun LSM juga diperlukan untuk advocacy terhadap pemerintah dan memperluas jangkauan produksi dan pemasaran dari anyaman. Rencana program pada pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran diharapkan untuk dapat memperkuat posisi tawar menawar bargaining position pengrajin. Adapun strategi yang dilakukan dengan mempertimbangkan 4P, yaitu Product produk, Price Harga, Promotion Promosi, dan Place TempatDistribusi. 1. Merencanakan tentang produk Berbagai jenis anyaman adalah produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Jenis anyaman apakah yang paling banyak peminatnya. Merencanakan produk meliputi : keanekaragaman jenis anyaman tikar, topi, sandal, dompet, model yang menarik, pelabelan, dan penampilan anyaman. 2. Merencanakan tentang harga Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk. Dalam menentukan harga anyaman, beberapa hal harus diperhatikan : daya beli konsumen tetap, permintaan terhadap anyaman selama ini, adanya pesaing dari anyaman lain, dan pengawasan terhadap harga yang berlangsung selama ini. 113 3. Merencanakan tentang promosi Lebih jauh promosi diharapkan bisa menjangkau periklanan, namun langkah yang sederhana adalah dengan mengikuti berbegai event pameran yang diadakan baik oleh pemerintah maupun swasta. 4. Merencanakan tentang tempatdistribusi Tempat atau distribusi anyaman secara luas merupakan serangkaian kegiatan yang saling bergantungan dari pemasaran anyaman ini. Tujuannya adalah untuk membuat kemudahan dan kenyamanan baik bagi pengrajin maupun konsumen dalam menyalurkan dan memperoleh anyaman. Dengan demikian arah rancangan program yang diangkat harus berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan kelompok pengrajin. Pengkaji mengarahkan bahwa rencana program yang dibuat dengan melihat pada analisis SWOT yang telah disepakati bersama. Maka rencana program berusaha mencari kegiatan yang dianggap dapat mengatasi permasalahan dengan merujuk pada strategi analisis SWOT dan strategi lain yang mendukung. Secara umum hasil FGD menyimpulkan bahwa upaya mengembangkan kelembagaan produksi dan pemasaran pengrajin anyaman harus berangkat dari diri pengrajin. Kekuatan sosial dan modal sosial yang ada pada kelompok pengrajin dapat dijadikan kekuatan untuk mengembangkan kelembagaan produksi dan pemasaran kerajian anyaman. Berdasarkan hasil analisis SWOT, wawancara, FGD, observasi, identifikasi potensi dan masalah, dipadukan strategi S-O Strenghts-Opportunities dan W-T Weakness-Threats maka rancangan program pengembangan disusun menurut prioritas kebutuhan dan permasalahan yang muncul, yaitu :

A. Peningkatan kualitas tenaga kerja pengrajin

Pada pelaksanaan FGD di tingkat kelompok pengrajin anyaman, muncul pendapat bahwa keberhasilan adalam mengembangkan usaha sangat bertumpu pada kemampuan individu dan kelompok pengrajin anyaman. Kemampuan dalam menjalankan proses produksi dan pemasaran yang didukung oleh faktor internal dan eksternal setiap individu dalam kelompok. Dari hasil diskusi, muncul keinginan dari setiap anggota kelompok untuk dapat meningkatkan kualitas individu, yaitu dengan : 1. Pelatihan membuat tikar anyaman agar hasil produksi sesuai dengan strandarisasi, penggunaan teknologi agar hasil produksi berkualitas baik. 114 Pelatihan ini untuk memperkuat atau lebih meningkatkan keterampilan yang telah miliki secara turun temurun. 2. Memberikan pengetahuan untuk dapat mengakses sumber daya yang ada pada instansi pemerintah maupun lembagak ekonomi lainnya. Juga untuk dapat melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga tersebur. 3. Memahami pasar, sehingga tahu keinginan konsumen dan trend yang sedang digemari. 4. Melakukan latihan pengelaolaan usaha ekonomi lokal secara profesional melalui administrasi dan pembukuan yang lengkap. 5. Pengelolaan lahan pertanian agar kesuburan tanah tidak rusak ketika penanaman terus menerus dari pohon pandan. Kegiatan peningkatan kualitas tenaga kerja pengrajin anyaman tersebut diharapkan meningkatkan potensi dan kemampuan yang telah dimiliki oleh individu pengrajin. Karena individu pengrajin terdiri dari laki-laki dan perempuan baik yang memiliki pekerjaan lain maupun tidak, maka kegiatan peningkatan kualitas tenaga kerja harus memperhatikan waktu dan kesediaan anggota kelompok. Untuk mengatsi keterbatasan waktu dan kesibukann dalam pekerjaanlain perlu dilakukan 1 Pelatihan dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, 2 Penggunaan media penyampai yang mudah dipahami, 3 Meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki, dan 4 Memahami keterbatasan yang ada pada pengrajin.

B. Bantuan permodalan

Kesulitan dalam mengakses lembaga keuangan yang dialami kelompok pengrajin adalah karena persyaratan yang tidak bisa dipenuhi oleh pengrajin. Selama ini permodalan yang dilakukan dengan meminjam kepada anggota kelompok. Bantuan permodalan lebih menekankan kepada peranan instansi pemerintah dalam memberikan dukungan dana bagi kelompok pengrajin anyaman di Desa Sawah Kulon. Apabila kelompok pengrajin dapat menjangkau lembaga keuangan selain bantuan dari pemerintah, maka kekhawatiran pengrajin bisa terjadi. Macet dalam pengembalian pinjaman kepada lembaga keuangan adalah kekhawatiran pengrajin. Harapan kelompok pengrajin kepada pemerintah dalam bantuan permodalan dengan keyakinan adanya flesibilitas dalam proses pengembalian. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan dalam bantuan permodalan adalah : 115 1. Bantuan permodalan melalui program yang masuk ke desa pengrajin anyaman. 2. Bantuan permodalan diprioritaskan untuk pengembangan usaha dalam hal bahan baku, bantuan upah, dan biaya pemasaran.

C. Work Shop

Work shop merupakan bagian dari promosi untuk memasarkan kerajinan anyaman hasil produksi Desa Sawah Kulon. Keberadaan work shop pada tingkat kabupaten dan kecamatan dengan pertimbangan : 1 Pada tingkat Kabupaten work shop dapat mengakomodir seluruh produksi kerajinan yang dihasilkan oleh penduduk Kabupaten Purwakata. Tidak hanya kerajinan anyaman dari Desa Sawah Kulon, tetapi dari seluruh wilayah Purwakarta. 2 Pada tingkat Kecamatan work shop dapat menampilkan hasil produksi pada tingkat kecamatan. Berasarkan hasil FGD antara dinas instansi Koperasi dan UKM, Perindag, Pertanian, dan Sosial dan PM, aparat Desa dan Kecamatan, dengan kelompok pengrajin anhaman, work shop adalah kegiatan yang dipandang sebagai wujud tanggung jawab pemerintah daerah dalam mempromosikan hasil produksi kerajinan penduduk kabupaten Purwakarta. Seperti penuturan Drs. H. Dadang Rhomdoni selaku Kabag TU pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Ide work shop dapat dipahami sebagai bagian dari promosi bagi produk asli Kabupaten Purwakarta untuk dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Tetapi ide ini harus didukung oleh kualitas hasil produksi yang memadai, permodalan yang kuat, kontinuitas produk, yang tentunya berhubungan dengan tenaga kerja, bahan baku, dan yang lainnya. Oke work shop menjadi tanggung jawab kami sebagai leadingsector, tetapi instansi lainnya seperti Koperasi dan UKM, Pertanian, Sosial dan PM, harus bisa memperkuat terciptanya sebuah produk yang dapat diungulkan yang competitive dan comparative. Dalam jangka waktu dekat, mungkin tahun 2007, akan diusahan program work shop akan kami ajukan sebagai kegiatan aspiratif bottom-up dari pebgrajin anyaman di Desa Sawah Kulon. Tong PU jeung Binamarga wae nu boga work shop teh nya? Urang ge bisa gagah saeutik Jangan PU dan Binamarga saja yang punya work shop ya? Kita juga bisa sedikit gagah. Ungkapan tersebut didukung oleh Dra. Heni Herlina sebagai kepala Dinas Koperasi dan UKM pada kesempatan lain ketika dikunjungi oleh pengkaji. Boleh juga ide work shop bagi para pengrajin kecil di Kabupaten Purwakarta. Selama ini kan promosi dilakukan kalau ada pameran saja, dan itu paling setahun hanya satu dua kali. Dinas Koprasi mungkin dapat membantu pada segi permodalan untuk usaha kecil 116 menengah, dan membengun kemitran dengan koperasi lain yang lebih besar untuk membantu pemasaran. Pada dasarnya kegiatan work shop adalah untuk promosi dan pemasaran produksi kerajinan. Secara umum kegiatan yang dilakukan dalam work shop adalah : 1. Memperkenalkan dan mempromosikan produk kerajinan anyaman yang ada di Desa Sawah Kulon, baik pada tingkat kabupaten maupun propinsi. 2. Melakukan atau mengikuti kegiatan pameran yang diselenggrakan pada berbagai tingkatan. 3. Berkoordinasi dengan koperasi melakukan pemasaran yang lebih luas tidak terbatas pada kabupaten Purwakarta saja.

D. Kemitraan koperasi, pasar desa

Menurut Soemarjan 1997 dalam Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama 2002, kemitraan usaha adalah kerjasama antara dua pihak dengan hak dan kewajiban yang setara dan saling menguntungkan. Kemitraan yang dilakukan dalam pengembangan kelembagaan pemasaran kerajinan anyaman adalah antara kelompok pengrajin anyaman dengan koperasi dan pasar desa. Pada kegiatan pengembangan kelembagaan pemasaran kerajinan anyaman ini posisi kelompok pengrajin dengan koperasi dan pasar desa adalah sama. Posisi tawar menawar dan bargaining position adalah sama. Kemitraan partisipatif menjadi sebuah kebutuhan diperlukan kesadran semual pelaku dalam kemitraan untuk saling berbagi kelebihan dan menutupi kekurangan dalam konteks pemasaran. Hal ini sangat tepat untuk diterapkan pada pola hubungan yang terjadi pada kelompok pengrajin anyaman. Kemitraan partisipati menurut Js. Herman dan Eriyanto 2001 lebih menekankan pada bentuk hubungan bisnis yang masing-masing pelakunya memiliki komitment tinggi untuk membangun kondisi perekonomian masyarakat yang berbasis pada kepedulian untuk membantu sesama pelaku ekonomi guna mencapai derajat ekonomi yang lebih baik. Ekonomi kerakyatan menurut pendapat Sumodiningrat 1998 lebih kepada system perekonomian yang mendukungberpihak kepada rakyat. Pada dasasrnya tujuan utama dari kemitraan partisipatif dan ekonomi kerakyatan adalah keuntungan dari sistem perekonomian yang berjalan akan menguntungkan rakyat kecil. 117 Koperasi mitra sejahtera adalah koperasi bagi PNS yang ada di lngkungan pemerintah daerah Kabupaten Purwakarta. Sebagai wujud kepedulian kepada masyarakat Desa Sawah Kulon, maka koperasi ini akan bermitra dengan kelompok pengrajin anyaman dalam memasarkan produk kerajinan anyaman. Dari hasil FGD yang dilakukan, ketua koperasi mitra sejahtera, Drs. H. Endang Koeswara, Msi, menuturkan bahwa : Potensi kerajinan anyaman ini perlu dikembangkan. Koperasi ini akan membantu memasarkan hasil produksi kepada pegawai di lingkungan pemerintah daerah sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab untuk mengembangkan kekayaan lokal. Siapa tau nantinya bisa mendatangkan PAD jika berkembang dengan pesat. Cara pemasaran bisa bekerja sama dengan work shop nantinya. Kira-kira kerajinan berbentuk apa yang dapat diberikan pada PNS pemda pada waktu hari lebaran, ulang tahun kabupaten, ulang tahun kemerdekaan, cinderamata untuk tamu luar, dan lain-lain yang dapat merangsang para pengrajin untuk terus berproduksi yang diiringi dengan perbaikan kualitas. Di Purwakarta ini desa yang memiliki potensi kerajinan anyaman tidak hanya di Sawah kulon Pasawahan saja, tetapi di Kecamatan lain pun masih ada, jadi potensial untuk dikembangkan. Apalagi jika para kelompok oengrajin ini dapat bekerjasama dengan mereka, tentunya dibantu dinas Indag dan koperasi. Tujuan dari kemitraan dengan koperasi dan pasar desa dalam pengembangan kelembagaan pemasaran adalah agar setiap hasil produksi kerajina anyaman ada tempat untuk mamasarkan yang mudah dijangkau oleh konsumen. Selain itu agar tidak terjadi penumpukan hasil produksi, maka perputaran hasil produksi dapat berjalan dengan cepat. Poole 2000 dalam Sukoco 2006 menyatakan prinsip yang dibutuhkan dalam kemitraan terutama kemitraan dalam masyarakat six action principles in the community partnerships models, antara lain : 1. Membangun agenda masyarakat : pihak-pihak yang akan diajak bermitra 2. Menetapkan srutktur kemitraan masyarakat : untuk mengimplementasikan agenda kerja masyarakat 3. Menganalisis : efektif atau tidak, menguntungkan atau merugikan 4. Pemilikan masyarakat : Memberi informasi kepada pihak yang bermitra sehingga ada kepemilikan terhadap program 5. Teknologi : Untuk keragaan usaha diperlukan penggunaan teknologi 6. Pengayoman : Perlunya komitmen, dukungan, evaluasi dalam kemitraan. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan dalam kemitraan dengan koperasi maupun pasar desa adalah : 118 1. Koperasi dan pasar desa dapat membantu dalam pemasaran hasil produksi. 2. Bantuan permodalan dan penyediaan bahan baku dapat dilakukan melalui koperasi. 3. Membantu melakukan promosi melalui pameran-pameran pada berbagai tingkatan agar mengikutsertakan produk anyaman ini. Keberadaan pasar desa sebagai potensi desa diharapkan dapat menjadi akses bagi masyarakat lokal untuk menjual hasil produksi home industry maupun hasil bumipertanian, termasuk bagi kelompok pengrajin anyaman. Selain itu diharapkan keberadaan pasar desa dapat menciptakan lapangan kerja sektor informal untuk mengurangi tingkat pengangguran pada masyarakat lokal.

E. Pendampingan

Dalam proses produksi dan pemasaran yang dilakukan oleh kelompok pengrajin anyaman, diperlukan orang luar yang dapat membantu mereka untuk dapat mengembangkan usaha kerajinan anyaman. Pengkaji menganjurkan adanya pendampingan yang akan mendampingi para kelompok pengrajin dalam menjalankan usahanya. Pendamping akan membantu para pengrajin dalam menghadapi kesulitan selama proses produksi dan pemasaran. Pada pelaksanaannya pendamping dapat berperan sebagai mediator, fasilitator, bagi kelompok pengrajin anyaman. Pendampingan ini dapat berperan dalam penguatan kelompok pengrajin anyaman. Pembentukan kelompok sehingga pembagian kerja dapat terorganisir untuk menunjang pengembangan usaha kerajinan anyaman. Pembangunan berbasiskan masyarakat sangat memeerlukan adanya kehadiran orang atau kelompok yang mampu menekan berbagai sumber dan potensi masyarakat, yang dimaksud oleh pakar pembanguan adalah pendamping masyarakat. Pendampingan merupakan suatu adopsi dari konsep LSM dalam melakukan pemberdayaan masyarakat yang belum pernah tersentuh oleh program pembangunan. Kartjono 2000 berpendapat pendampingan masyarakat adalah suatu strategi pengembangan cara untuk mencapai tujuan dimana hubungan antara pendamping dengan yang didampingi adalah hubunganb dialogis saling belajar diantara dua subjek. Ife 1995 pakar pembangtuan masyarakat, juga mengedepankan peran pendamping dalam memberdayakan masyarakat, seperti dikemukakan : Community work trends to be about doing a lot of things at once, and in any single actifity or project a community worker is a likely to be feeling several of these roles, and will move between one and another all the time. Ife, 1995: h. 202 119 Proses pendampingan masyarakat cenderung mengandung arti melakukan banyak hal dalam satu waktu, dan dalam setian aktifitas atau proyek, seorang pendamping kemungkinan dituntut untuk mengisi beberapa dari peran-peran tersebut, dan sepanjang waktu akan berpindah dari satu peran ke mperan yang lainnya Pendampingan yang dapat dilakukan dalam mendampingi kelompok pengrajin anyaman meliputi peran : 1. Fasilitator Pendampingan pada kelompok pengrajin anyaman memiliki tanggung jawab untuk membantu pengrajin menjadi mampu menangani berbagai tekanan dalam usaha mengembangkan usaha kerajinan anyaman. Setiap perubahan ke arah perkembangan yang terjadi dikarenakan adanya usaha dari kelompok pengrajin sendiri. Pendampingan tidak hanya memfasilitasi, tetapi mampu memungkinkan pengrajin anyaman untuk dapat melakukan perubahan yang telah disepakati bersama. 2. Broker Peran sebagai broker mencakup menghubungkan komunitas pengrajin anyaman dengan akses sumber daya yang dapat mengembangkan usaha mereka. 3. Mediator Peran mediator diperlukan pada kelompok pengrajin terutama pada saat terjadi perbedaan yang mencolok yang mengarah peda terjadinya konflik. Artinya pendamping dapat melakukan fungsi untuk menjembatani antara anggota kelompok pengrajin dengan sistem lingkungan yang menghambat bagi pengembangan usaha anyaman. Mediator dapat melakukan negosiasi, pendamaian, resolusi konflik. Dalam mediasi upaya yang dilakuakn adalah solusi menang menang win win solution. 4. Pembela Pembelaan atau advokasi lebih menekankan pada hal yang bersentuhan dengan kebijakan dan politik. Dalam mengembangkan usaha kelompok pengrajin anyaman, seorang pendamping dapat mempengaruhi sebuah kebijakan pemerintah agar berpihak kepada kepentingan kelompok pengrajin anyaman. 5. Pelindung Tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang pendamping adalah untuk kepentingan pengrajin anyaman. Sehingga karena adanya tanggung jawab terhadap komunitas, maka harus didukung oleh hukum. 120 Kegiatan pendampingan telah dilakukan oleh Dinas yang mengikuti FGD, yaitu Dinas Koperasi dan UKM, dan Dinas Sosial dan PM. Pada Dinas koperasi, pendamping di tingkat kecamatan memiliki tanggung jawab untuk mendampingi kegiatan koperasi pada tingkat desa. Sedangkan pada Dinas Sosial dan PM, pendamping ada pada kegiatan PPK. Pendampingan untuk kegiatan pengembangan usaha kerajinan anyaman ini menitik beratkan pada tugas untuk mendampingi para kelompok pengrajin anyaman pada setiap proses produksi dan distribusi pemasaran. Untuk menghemat tenaga, waktu dan materi, maka pendamipingan bagi kelompok pengrajin anyaman dapat dilakukan oleh petugas pendamping yang telah ada. Pendamping dalam pemasaran merupakan salah satu orang yang memiliki tanggung jawab untuk mencari sentra-sentra pemasaran bagi produksi hasil anyaman. Pada pelaksanaannya pendamping dapat berperan sebagai mediator, fasilitator, bagi kelompok pengrajin anyaman. Pendampingan ini dapat berperan dalam penguatan kelompok pengrajin anyaman. Pembentukan kelompok sehingga pembagian kerja dapat terorganisir untuk menunjang pengembangan usaha kerajinan anyaman. Tugas pendamping atau kegiatan pendampingan adalah : 1. Membantu penguatan pada kelompok agar tetap berusaha dengan kelompok. 2. Mendampingi proses produksi dari penyediaan bahan baku, tenaga kerja, menjangkau akses permodalan, dan melakukan kemitraan dengan lembaga ekonomi lokal dan yang lainnya. 3. Membantu dan mendampingi proses pemasaran baik melalui bandar, koperasi, atau pasar desa. 4. Mendamping proses promosi baik melalui work shop atau promosi dalam bentuk lain seperti pameran. 5. Membantu dan mendampingi pengrajin dalam pengolahan untuk penanaman bahan baku yang baik. Pada Tabel 21 kerangka kerja logis dapat dilihat secara terperinci tentang rancangan penyusunan program pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran. Dengan memperhatikan permasalhan yang dirasakan oleh setiap kelompok pengrajin anyaman, maka disusun tartegi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dari strategi dibuatlah program yang berlanjut pada berbagai kegiatan untuk mendukung sebuah program. 121 122 Pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran bertumpu pada pengembangan kapasitas kelembagaan tersebut untuk mencapai tujuan penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran. Kapasitas kelembagaan produksi dan pemasaran pada pengrajin anyaman dapat dilihat dari 5 aspek Syahyuti, 2003, yaitu : 1. Strategi kepemimpinan strategic leadership. Memahami pola kepemimpinan yang selama ini dilakukan oleh kelompok pengrajin anyaman. 2. Perencanaan program Program planning. Bagaimana proses perencanaan yang dijalankan dalam manajemen produksi dan pemasaran pada kelompok pengrajin anyaman. Hal ini dapat dilihat dari mulai penanaman bahan baku, penggunaan lahan, sampai pada bagaimana produk anyaman ini sampai pada konsumen. 3. Manajemen dan pelaksanaan management and execution. Bagaimana pengaturann dan pengelolaan usaha yang selama ini dilakukan. Berdasar pada konsep bisnis atau kekeluargaan. Selama melakukan proses produksi dan pemasaran pertimbangan seperti apa yang diterapkan. 4. Alokasi sumber daya resource allocation. Bagaimana penyediaan dan penyebaran sumber daya yang dimiliki oleh baik oleh anggota maupun kelompok pada setiap kelompok pengrajin. 5. Hubungan dengan pihak luar, artinya pihak mana saja yang telah terlibat pengembangan usaha kerajinan anyaman ini. Strategi pengembangan usaha kelompok pengrajin anyaman diperlukan agar dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi kelompok pengrajin anyaman. Kinerja dari strategi pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran yang disusun adalah dengan memperhatikan 3 aspek Syahyuti, 2003 : 1. Efektifitas : Keefektifitasan kelembagaan dalam mencapai tujuan. Hal ini berhubungan dengan pola kepemimpinan dan manajemen dalam setiap proses produksi dan pemasaran kerajinan anyaman. 2. Efisiensi : Dalam penggunaan sumber daya alam agar tidak habis dengan tetap menjaga kesuburan tanan agar dapat menghasilkan bahan baku yang konstan, atau jika mengalami pengurangan pun tidak terlalu sugnificant. Keefisiensienan ini dengan memperhatikan faktor alam atau lingkungan, todak mencemari dan merusak lingkungan. 123 3. Keberlanjutan : Untuk mencapai keberlanjutan usaha kerajinan anyaman ini, maka harus diperhatikan bahwa : a. Kebutuhan pengembangan kerajinan anyaman ini dirasakan oleh seluruh kelompok pengrajin, b. Kegiatan pembuatan kerajinan anyaman ini merupakan kegiatan yang sudah mengakar pada komunitas, dan c. Adanya dukungan seperti tenaga kerja, keterampilan, dan sumbae alam. Rancangan program yang disusun adalah untuk mengembangkan kelembagaan produksi dan pemasaran yang telah dilakukan oleh kelmpok pengrajin anyaman. Entry point program tersebut adalah melalui kelompok pengrajin, jadi ada aspek memberdayakan kelompok pengrajin. Hal tersebut sesuai dengan asas dalam pengembangan masyarakat yang salah satunya adalah pemberdayaan. Dalam merangrang keberdayaan kelompok pengrajin anyaman diperluikan strategi yang dapat menyelesaikan permasalahan pada kelompok pengrajin anyaman. Strategi yang akan dilakukan dalam memberdayakan kelompok pengrajin anyaman ini adalah : 1. Keberpihakan. Upaya pengembangan kelembagaan yang akan dilakukan harus terarah, dan ditujukan kepada yang memerlukan, dirancang unutk mengatasi permasalahan, dan sesuai dengan kebutuhan. Artinya semua usaha yang dilkukan mencerminkan keberpihakan pada kepentingan dan kebutuhan kelompok pengrajin anyaman. 2. Partisipasi Program yang ditujukan untuk mengembangkan usaha kelompok pengrajin anyaman ini harus mengikutsertakan kelompok tersebut. Sebanyak mungkin anggota kelompok dari setiap kelompok pengrajin dilibatkan dalam penyusunan maupun pelaksanaan program untuk pengembangan usaha pengrajin ini. 3. Kelompok Pendekatan yang paling efektif adalah dengan pendekatan kelompok. Melalui 12 kelompok pengrajin yang sudah ada setiap informasi dapat menyebar diantara anggota kelompok. 4. Sesuai dengan potensi lokal Agar program dapat didukung oleh seluruh komunitas dan seluruh anggota kelompok pengrajin, maka disesuaikan dengan potensi dan sumber daya yang tersedia di lingkungan komunitas. Dengan telah tersedianya dukungan 124 sumber daya dan potensi yang dimiliki, diharapkan proses pengembangan dapat mudah dilakukan. 5. Keterpaduan Artinya program pengembangan masyarakat dilakukan secara sinergis baik antara unit instansi maupun lintas sektoral dan lintas pelaku antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. 6. Keberlanjutan Pengembangan masyarakat yang dilakukan berkesinambungan secara terus menerus, tidak sesaat. Oleh karena itu, program pengembangan yang dilakukan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan komunitas dan mengakar pada komunitas. Usaha kerajinan anyaman merupakan kekuatan ekonom lokal, maka dalam pengembangan usaha ekonoli lokal tersebut diperlukan dukungan dari komponen lembaga lainnya. Haeruman Js dan Eyiranto dalam Kemitraan Dalam Ekonomi Lokal mengemukakan 4 lembaga yang dapat mendukung berkembangnya sebuah usaha ekonomi lokal, yaitu lembaga usaha produksi, lembaga disribusi, lembaga pembiayaan usahakeuangan, dan lembaga keswadayaan masyarakat. Dalam kaitannya dengan usaha kerajian anyaman dalam kajian ini, maka dukungan dari 4 lembaga tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut : 1. Lembaga Usaha Produksi Lembaga Usaha produksi didukung oleh parameter teknologi, bahan baku, dan sumber daya manusia. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi kerajinan anyaman dapat membantu mempercepat proses produksi. Pada sisi lain dapat mengurangi jumlah tenaga kerja produksi tetapi dapat diserap pada tahapan lain jika produksi dapat melebihi seperti biasa. Seperti pengepakan, pemberian labelmerk, pengecatan, dan lain-lain. Untuk mendapatkan bahan baku yang berkualitas baik perlu mendapat dukungan dari segala sektor, menjaga kesuburan tanah, pencegahan dari hama tanaman, tenaga kerja yang terampil atau menjangkau akses dimana bahan baku yang berkualitas baik tersedia. Faktor sumber daya menusia menjadi sangat penting karena manusia dalam hal ini pengrajin adalah pelaku utama dalam proses produks, tanpa manusia semua proses tidak akan ada yang melakukan. 125 2. Lembaga DistribusiPemasaran Keberlanjutan kelembagaan produksi adalah dengan kelembagaan pemasaran, dimana hasil produksi ada yang memerlukan atau menggunakan melaui jalur pemasaran. Infrastruktur dan sarana pemasaran sebagai mediaalat yang membantu terjadinya sebuah pemasaran. Untuk lebih berkembang usaha sampai melewati batas sektoral, maka kemitraan diperlukan sebagai pendukung dari mekanisme produksi maupun pemasaran. 3. Lembaga Pembiayaan UsahaKeuangan Akses terhadap lembaga keuangan yang sangat mungkin dapat dimanfaatkan oleh kelompok pengrajin anyaman berupa lembaga perbankan, kredit, lembaga keswadayaan masyarakat, dan lembaga kemitraan. Lembaga keuangan tersebut akan dapat dimanfaatkan oleh kelompok pengrajin anyaman apabila mendapat dukungan dari pemerintah dengan kebijakan yang berpihak pada kelompok pengrajin dalam mengakses lembaga keuangan tersebut. 4. Lembaga Keswadayaan Dalam lembaga keswadayaan dituntut adanya peran serta masyarakat di luar komunitas kelompok pengrajin anyaman. Sebagai satu kekuatan ekonomi lokal yang dapat mengembangkan tidak hanya kelompok pengrajin anyaman, tetapi seluruh masyarakat di sekitar pengrajin. 126

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8. 1. Kesimpulan

Potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh masayarakat pengrajin anyaman di Desa Sawah Kulon Kecamatan Pasawahan berawal dari keterampilan turun temurun yang dikembangkan oleh kelompok pengrajin anyaman sebagai mata pencaharian. Tenaga kerja yang tersedia karena keterampilan turun temurun, bahan baku yang diperoleh dari wilayah sendiri, pemasaran melalui pasar desa, sistem upah yang masih tradisional mengandalkan nilai kekeluargaan, dan lain-lain yang menjadi faktor pendukung masih tetap berjalannya usaha anyaman ini. Faktor penghambat pun merintangi usaha kerajinan ini, seperti keterampilan dan pengetahuan yang rendah dari tenaga kerja, modal finansial yang kurang untuk mendukung berkembangnya usaha ini, terbatasnya bahan baku, pemasaran yang kuyrang menguntungkan, dan masih banyak lagi. Berdasarkan hasil kajian yang telah dilaksanakan pada kelompok pengrajin anyaman ini, maka pengembangan usaha dapat dilakukan melalui langkah-langkah strategis dalam penguatan sistem produksi dan pemasaran. Usaha pengembangan usaha kelompok pengrajin anyaman ini dapat mengikis atau mengurangi jumlah keluarga yang berada pada kondisi pra KS padsa kelompok mpengrajin khususnya dan masyarakat Desa Sawah Kulon pada umumnya. Bertolak dari pernyataan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yang menjadi dasar untuk dirumuskannya rencana strategi pengembangan usaha kerajinan anyaman sebagai berikut : 1. Karakteristik pengrajin anyaman yang sangat didukung oleh modal sosial dan iklim kehidupan desa yang masih tradisionil, dapat dijadikan sebagai potensi untuk mengembangkan usaha anyaman. 2. Kelembagaan produksi dan pemasaran yang selama ini dilakukan oleh kelompok pengrajin anyaman, sangat didukung dan diperkuat oleh modal sosial. Untuk lebih memiliki nilai ekonomi, maka usaha anyaman ini selain perlu dukungan modal soaial juga memerlukan manajemen bisnis yang lebih mengarah kepada tujuan ekonomi.