Permodalan KELEMBAGAAN PRODUKSI DAN PEMASARAN PENGRAJIN ANYAMAN

83 lebih besar selama ini melakukan pembagian lagi dengan para pemilik modal uang dengan cara fifety-fifety atau cukup dengan mengembalikan besaran modal yang dttanamkan. Namun pada kenyataan di lapangan, pengembalian modal uang dan upah pemeliharaan tanaman bahan baku baku selalu dilakukan setelah produk anyaman dihasilkan dan dipasarkan, mulailah dilakukan perhitungan. Apabila ada pesanan yang melebihi yang biasa diproduksi, maka setiap kelompok pengrajin akan melakukan kerja sama untuk mencari bahan baku dari daerah lain. Seperti yang pernah dilakukan oleh 4 kelompom pengrajin lainnya Pasawahan, Cihuni, dan Sukahaji. Pencarian bahan baku dari daerah lain dilakukan oleh anggota kelompok secara bersama-sama. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pengkaji dan wawancara dengan dinas pertanian, apabila mengandalkan secara terus menerus bahan baku dari wilayah Sawah Kulon, maka tingkat kesuburan tanah akan berkurang. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas daun pandan yang dihasilkan. Oleh karena itu tingkat kesuburan tanah harus tetap dijaga dengan pemupukan atau perputaran dalam menanam jenis tanaman lain di tempat yang sama. Perolehan bahan baku melalui bandar pernah dilakukan oleh semua kelompok, tetapi dalam harga pembelian bahan baku yang terlalu tinggi. Daya beli setiap kelompok apabila harus membeli dari bandar sangat tidak mampu. Menurut pendapat mayoritas kelompok, apabila membeli bahan baku dari bandar, maka biaya dari mulai proses produksi sampai pemasaran sangat tinggi dan keuntungan yang diperoleh sangat kecil. Oleh karena itu kelompok pengrajin anyaman di Desa Sawah Kulon sebisa mungkin menghindari membeli bahan baku dari bandar. Apabila ada pesanan dalam jumlah diluar kebiasaan produksi, maka mereka mencari sendiri bahan baku ke daerah lain.

3. Permodalan

Berdasarkan data ekonomi yang diperoleh, 142 KK anggota kelompok pengrajin anyaman ini termasuk pada kategori KS 1 dan Pra KS. Apabila dikaitkan dengan usaha anyaman ini, maka dalam hal kepemilikan modal untuk pengembangan usaha anyaman sangat lemah. Penghasilan yang diperoleh pengrajin hanya akan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup saja. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dalam permodalan untuk mengembangkan usaha sangat kecil kemungkinannya. 84 Selama ini permodalan diperoleh dengan mengumpulkan dari setiap anggota kelompok patungan. Ada juga yang meminjam dari kas dusun atas izin kepala desa. Meminjam modal kepada rentenir belum pernah dilakukan karena katakutan akan bunga yang harus dibayar. Meminta bantuan permodalan kepada bandar seringkali dilakukan, terutama kepada bandar Oji untuk pengrajin Pasawahan dan Pasir Angin dan Haji Awod pengrajin di Cihuni dan Pasawahan. Mereka meminjam sejumlah uang dan mengembalikan dengan sejumlah jenis kerajinan yang berdasarkan kesepakatan dapat melunasi pinjaman. Pinjaman yang dilakukan selama ini berdasarkan hasil wawancara adalah tanpa bunga, dengan syarat barang harus sudah dikirim dalam jangka waktu yang telah disepakati. Meminjam modal pada salah satu anggota kelompok pernah dilakukan, tetapi menimbulkan masalah ketika terjadi kekeliruan perhitungan dalam membedakan upah dan pengembalian pinjaman modal. Secara umum, permodalan dalan usaha anyama ini telah dilakukan dengan 3 cara, yaitu : 1. Meminjam modal uang dari bandar dengan cara pengembalian dibayar dengan hasil anyaman yang ditaksir sebesar jumlah pinjaman. 2. Modal yang diperolah secara patungan dari beberapa anggota kelompok dengan pengembalian setelah hasil kerajinan terjual, atau dengan membayar dengan hasil anyaman sejumlah besarnya modal. 3. Modal diperolah dari seorang anggota kelompok dimana anggota kelompok tersebut biasanya memiliki wewenang yang lebih dibanding anggota kelompok lainnya. Hasil anyaman yang diperolah pun menjadi wewenang pemilik modal untuk mengatur pemasarannya. Siatem permodalan yang selam ini dilakukan oleh pengrajin anyaman relatif jarang menimbulkan permasalahan. Adapun permodalan yang diperoleh dari bantuan bergulir dalam program pemerintah, tidak menjadi prioritas utama bagi pengrajin. Hal ini disebabkan karena bantuan pemerintah tidak setiap tahun ada memberikan bantuan kepada pengrajin anyaman. Kelompok pengrajin yang pernah mendapat bantuan modal dari program pemerintah melalui UP2K dan PPK mengalami kesulitan dalam hal manajemen dan pembukuan keuangan. Pemberian bantuan permodalan harus disertai dengan pelatihan dalam hal pembukuan. 85

4. Teknologi dan keterampilan