103
lingkungan masyarakat sekitar. Berdasarkan potensi yang ada, maka untuk mengatasi permasalahan agar usaha kerajinan anyaman ini mengalami
perkembangan, dirumuskan program untuk mengembangkan usaha kelompok pengrajin anyaman melalui pengembangan kelembagaan produksi dan
pemasaran. Karena permasalaha yang dihadapi kelompok pengrajin anyaman dimulai
dari proses produksi input sampai pada pemasaran output, maka pengkaji membagi dua program. Pertama, program penguatan kelembagaan produksi
yang mencakup kegiatan untuk peningkatan keterampilan pengrajin, permodalan, penyediaan bahan baku, dan pendampingan untuk membantu proses produksi.
Kedua, program penguatan kelembagaan pemasaran yang mencakup kegiatan promosi, kemitraan untuk pemasaran, dan pendampingan untuk membantu
memperlancar proses pemasaran. Kedua program penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran
dilakukan melalui kelompok pengrajin anyaman dengan mempertimbangkan kekuatan sosial dan modal sosial yang telah ada pada kelompok maupun pada
masyarakat Desa Sawah Kulon. Kelompok pengrajin anyaman yang telah ada merupakan modal sosial yang telah ada, dibantu dengan kekuatan soaial yang
telah mengakar pada masyarakat Desa Sawah Kulon. Dari tipe kelembagaan produksi dan pemasaran pada analisis
kelembagaan maka rancangan program yang akan dibuat harus mempertimbangkan pada :1 Keahlian dan keterampilan tenaga kerja, 2
Permodalan, 3 Pemasaran agar produk dapat dipasarkan secara luas, 4 Kemitraan dengan bandar, koperasi, dan pasar desa, dan 5 Pendampingan
yang dapat mengatasi kesulitan pengrajin apabila pengrajin mendapat kesulitan. Hasil wawancara, FGD, dan observasi yang dilakukan pada tingkat
kelompok pengrajin dengan menggunakan Methode Participatory Assessment MPA, maka dapat diidentifikasi bahwa prioritas kebutuhan dan permasalahan
yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Kualitas pengrajin yang rendah
Untuk menghasilkan produk kerajinan anyaman yang dapat bersaing di pasaran dan menarik konsumen, maka diperlukan hasil produksi yang dapat
memiliki kualitas memadai. Produk anyaman yang dihasilkan harus lebih inovativ yang didukung oleh daya kreasi dan imajinasi yang tinggi. Pemikiran inovativ
perlu ditunjang oleh pendidikan, tingkat keterampilan, dan penggunaan alat
104
teknologi. Maka diperlukan sebuah kegiatan yang bertujuan meningkatkan keterampilan para tenaga kerja pengrajin produksi anyaman. Peningkatan
keterampilan dengan mengenal teknologi yang dapat membantu menghasilkan produk kerajinan yang dapat bersaing di pasaran. Pendidikan untuk
meningkatkan daya kreasi yang inovatif para pengrajin anyaman, keprofesionalan dalam menjalankan usaha, juga dalam penanaman pohon
pandan bahan baku yang unggul. .Berdasarkan data identifikasi kelompok pengrajin dalam pemetaan
sosial, diperoleh data 31 persen pengrajin berpendidikan rendah. Diantaranya tidak tamat SD 16 orang, tamat SD 82 orang, bahkan ada 1 0rang yang tidak
pernah sekolah. Angka tersebut menunjukan bahwa tenaga kerja pengrajin anyaman tidak didukung oleh tingkat pendidikan yang tinggi.
Tabel 18. Tingkat Pendidikan Pengrajin Anyaman di desa Sawah Kulon pada Bulan Juli Tahun 2006
NO. Tingkat Pendidikan
Jumlah jiwa 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. 9.
Belum sekolah Tidak sekolah
Tidak tamat SD Tamat SD
SLTP SLTA
AkademiSarjana muda Sarjana
S 2 -
1 16
82 38
5 -
- -
- 0,007
0,113 0,578
0,267 0,035
- -
- Jumlah
142 100
2. Lemahnya permodalan untuk mengembangkan usaha dan terbatasnya bahan baku
Untuk dapat memproduksi kerajinan dalam jumlah yang banyak dan fariasi jenis serta model, diperlukan modal dana. Penggunaan modal adalah
untuk bahan baku yang baik, upah bagi tenaga kerja, membantu proses produksi dan pemasaran, yang dapat mengembangkan usaha kerajinan anyaman.
Pengelolaan keuangan dalam usaha kerajinan anyaman ini belum berjalan dengan baik. Bantuan permodalan apapun apabila tidak dimanajemen
dengan baik tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Apalagi jika keterlibatan investor dalam pengembangan usaha kerajinan sangat diperlukan
manajeman bisnis yang standar ada pembukuanadministrasi keuangan yang lengkap. Oleh karenanya diperlukan pelatihan dalam hal pengelolaan keuangan.
Selama ini penggadaan bahan baku yang dilakukan oleh 8 kelompok hanya mengandalkan tanaman pandan yang tumbuh di dusun mereka. Berbeda
105
dengan 4 kelompok lainnya Cihuni, Pasawahan, dan Sukahaji yang sudah dapat menjangkau sumber bahan baku dari tempat lain di luar desa dan
kecamatan. Keempat kelompok ini dapat menjangkau bahan baku karena pernah mendapat bantuan dari program pemerintah UP2K dan PPK.
Alasan 8 kelompok lainnya dalam lemahnya mengakses sumber bahan baku adalah kekurangan modal. Bahan baku yang pernah ditawarkan memiliki
harga yang tinggi yang sulit dijangkau oleh mereka. Jika hanya mengandalkan bahan baku pohon pandan yang tumbuh disekitar dusun mereka. Maka tingkat
produksi akan tetap atau menurun, karena tingkat kesuburan tanah yang berkurang yang menunjang tumbuh baik pohon pandan.
Pada permasalahan bahan baku yang mengandalkan tanaman pohon pandan yang ada di sekitar Desa Sawah Kulon, untuk tetap dapat menghasilkan
daun yang berkualitas bagus, diperlukan informasi cara penanaman. Keterlibvatan dinas pertanian dapat membantu komunitas pengrajin dalam
menghasilkan daun pandan yang bagus. Manjaga agar kesuburan tanah tidak
rusak karena penanaman yang terus menerus dengan jenis tanaman yang sama. 3. Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu proses yang menentukan dalam kerajinan anyaman. Mendatangkan keuntungan atau tidak sangat tergantung
pada pemasaran. Dalam pemasaran dilakukan cara bagaimana menjangkau konsumen, dan mengetahui apa keinginan konsumen terhadap produk ini. Dalam
era ekonomi terbuka yang menunjang pasar bebas, kemitraan dalam pemasaran diperlukan dimana mitra kerja dapat mempromosikan produk anyaman pada
konsumen atau mitra lainnya. Pemasaran yang dilakukan oleh bandar selama ini tidak menimbulkan
kerugian bagi kedua belah pihak. Tetapi jika dilakukan secara profesional, keuntungan yang diperolah kedua belah pihak dapat melebihi seperti sekarang.
Melakukan kemitraan dengan koperasi dan pasar desa dalam hal permodalan, bahan baku, dan pemasaran dapat dilakukan. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, produksi anyaman selalu dipasarkan melalui pasar desa dengan menitipkan pada pedagang yang telah dikenal. Pemasaran melalui koperasi juga
pernah dilakukan di koperasi kecamatan, kantor KUA, dan dinas pendidikan. Apabila keterlibatan dengan koperasi menjadi melembaga, hal ini dapat menjadi
kekuatan ekonomi lokal yang dapat mengembangkan usaha mereka.
106
4. Keterlibatan stakeholders