25
III. METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian
3.1.1. Batas-Batas Kajian
Kajian pengembangan aktifitas usaha kecil ini adalah dengan memberdayakan kekuatan sumber daya lokal sebagai potensi dalam proses
pengembangan masayarakat community development berbasis komunitas. Kajian pengembangan ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi studi
kasus pada pengrajin anyaman di Desa Sawah Kulon Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta. Pendekatan yang dilakukana dengan subyektif-mikro,
yaitu upaya memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh mengenai pola perilaku, persepsi, tindakan, interaksi dan realitas komunitas dari kelompok
pengrajin anyaman. Penelitian kualitatif dalam kajian ini digunakan untuk mengembangkan
pemahaman yang mendalam tentang permasalahan pengrajin anyaman yang didasarkan pada pemahaman yang berkembang di antara orang-orang yang
menjadi subjek kajian. Menurut Handari dan Martini 1995, data kualitatif merupakan pandangan atau pendapat, konsep-konsep, keterangan, kesan-
kesan, tanggapan-tanggapan, dan lain-lain tentang suatu keadaan yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Dengan penelitian kualiatif ini
diharapkan dapat diperoleh gambaran dan kompleksitas permasalah yang dihadapi kelompok pengrajin anyaman.
Kajian ini menerapkan pengembangan masyarakat pada aras mikro yaitu komunitas pengrajin anyaman di Desa Sawah Kulon. Dengan partisispasi dan
memperhatikan potensi kekuatan lokal yang ada di masyarakat Desa Sawah Kulon, keberadaan kelompok pengrajin anyaman dapat mengarah pada
pengembangan masyarakat. Kajian yang dilakukan penulis menggunakan studi kasus, merujuk pada
pengertian studi kasus Stake 1994 dan Yin 1996 adalah Penerapan serangkaian metode kerja multi metode penelitian untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman atas satu atau lebih kejadiangejala sosial. Kajian ini menerapkan konsep pengembangan masyarakat dengan menyesuaikan diri
pada potensi, sumber daya, keswadayaan, yang ada di masyarakat. Tipe studi kasus yang dilakukan dalam kajian ini adalah tipe studi kasus
instrumental, yaitu studi yang memperlakukan kasus kelompok pengrajin anyaman sebagai instrumen untuk memahami kondisi kehidupan di pedesaan
26
yang kaitannya dengan pengembangan masyarakat. Tipe kajian sosial yang digunakan adalah tipe kajian terapan deskriptif karena ingin menggambarkan
situasi dan faktor penyebab suatu gejala sosial dari kehidupan kelompok pengrajin anyaman di desa.
3.1.2. Pengolahan dan Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang telah terkumpul. Data diperoleh melalui wawancara dan pengamatan
dikumpulkan dalam catatan lapangan, sedangkan data tertulis dari hasil pengisian kuesioner dibuatkan dokumen untuk keperluan analisis. Data-data
tersebut dipelajari dengan membuat deskripsi sesuai dengan apa yang terjadi di lokasi kajian. Tahap akhir adalah membuat analisis data sebagai pedoman untuk
membuat rencana program bagi pengembangan mesyarakat. Dalam pemeriksaan keabsahan data, kajian pengrajian anyaman ini menggunakan
teknik triangulasi dengan pemeriksaan sumber Moleong, 2000. Triangulasi bertujuan untuk membandingkan dan mengecek tingkat
kepercayaan informasi yang diperoleh dalam waktu dan teknik yang berbeda pada kajian kualitatif. Langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan sumber atas
data yang dikumpulkan dengan : 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara,
2. Membandingkan apa yang dikatakan responden kepada pengkaji ketika di depan umum dan ketika secara pribadi,
3. Membandingkan apa yang dikatakan responden ketika ada hubungan dengan kepentingan kajian dan ketika terlepas dari kepentingan kajian,
4. Membandingkan perspektif anggota kelompok pengrajin dengan masyarakat umumnya,
5. Membanding hasil wawancara dengan hasil studi dokumentasi. Deskripsi hasi pengumpulan data di lapangan dilakukan selama kajian
berlangsung, sehingga dapat diperoleh inti gambaran dari permasalahan yang dihadapi pengrajin anyaman. Proses deskripsi hasil kajian di lapangan dilakukan
dengan menyederhanakan data yaitu membuang data yang tidak sesuai dengan hasil observasi kemudian mengelompokkan data sedemikian rupa sehingga
kesimpulan dapat ditarik. Kesimpulan tersebut merupakan sebuah informasi untuk pengambilan tindakan dalam perencanaan program.
27
Kesimpulan yang diperoleh masih perlu dilakukan verifikasi selama kajian di lapangan. Peninjauan kembali dilakukan setelah pengkaji melakukan proses
bimbingan dan diskusi baik dengan teman sejawat maupun penngrajin anyaman dan penduduk sekitar lokasi kajian. Dengan demikian tahapan pengolahan dan
analisis data dilakukan sebagai berikut : 1. Data hasil wawancara dengan pengrajin, tokoh masyarakat, dan masyarakat
sekitar pengrajin adalah untuk mengetahui karakteristik pengrajin, permasalahan dan potensi yang terdapat pada kelompok pengrajin.
Triangulasi dilakukan dengan membandingkian dan mengecek kembali derajat kepercayaan sebuah informasi melalui :
a. Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil pengamatan. b. Membandingkan apa yang dikatakan masyarakat sekitar pengrajin
informan dengan apa yang dikatakan pengrajin. c. Memahami persepsi pengrajin dan informan tentang kondisi pengrajin
yang sebenarnya untuk menemukan inti masalah. d. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan
dengan subyek kajian. 2. Data yang yang telah disusun dalam sebuah deskripsi sehingga kesimpulan
dapat ditarik, tetap berdada dalam kerangka ilmiah untuk kepentingan kajian dan dijaga kerahasiaannya.
3.2. Metode Lapangan 3.2.1. Tempat dan Waktu Kajian
Lokasi kajian pengambangan masyarakat kelompok pengrajin anyaman ini dilakukan di Desa Sawah Kulon Kecamatan Pasawahan yang berjarak 7
kilometer dari kota Kabupaten Purwakarta dan ditempuh dalam waktu 30 menit dengan kendaraan bermotor.
Yang menjadi komunitas subyek kajian adalah : 1 Pengrajin anyaman baik secara individu, kelompok, maupun komunitas, 2 Orang lain yang terlibat dalam
proses pemasaran kerajinan tetapi bukan bagian dari pengrajin, 3 Masyarakat di sekitar pengrajin anyaman tokoh masyarakat, tokoh agama, 4 Kelompok
pengusaha ekonomi kecil produsen pertanian maupun non pertanian, 5 Pemerintah Desa dan Kecamatan sebagai pembuat kebijakan.
Waktu pelaksanaan kajian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
28
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kajian
No Kegiatan
2005 2006
11 12
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
1 Praktek Lapangan 1
2 Praktek Lapangan 2
3 Penyusunan Proposal
Kajian 4 Kolokium
5 Pengumpula n data
6 Analisis data
7 Penyusunan laporan
8 Seminar 9 Perbaikan
10 Ujian 11 Perbaikan
3.2.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam upaya memperoleh gambaran dan informasi yang jelas mengenai situasi kehidupan pengrajin anyaman dan segala sumber aksesnya secara lebih
terperinci, metode pengumpulan data yang digunakan melalui : 1 Sumber sekunder : Dokumen Desa, Kecamatan, Kabupaten, 2 Sumber primer :
Responden. Data sekunder diperoleh dari data statistik laporan, literatur, dan laporan atau publikasi yang diperoleh dari instani Perindag, UKM, SPM, Bagian
Perekonomian Setda, monografi desa dan data potensi desa. Data primer bersumber dari responden yaitu para pengrajin anyaman
yang semuanya terdapat 12 kelompok dan 142 KK. Dalam proses pancarian data dari pengrajin, tidak semua pengrajin dilibatkan, tetapi hanya kepada yang
dinggap sebagai ketua kelompok dan anggota kelompok yang paling tinggi tingkat partsisipasinya dan paling lama beraktifitas dalam pembuatan kerajinan
anyaman. Jadi yang menjadi sumber data primer pada kelompok pengrajin hanya 6 kelompok dan 18 orang responden. Penetapan responden sebagai
informan adalah orang-orang yang berkenaan langsung dengan pengrajin anyaman dari kalangan tokoh formal. Informal, dan masyarakat sekitar pengrajin
yaitu :
29
1. Aparat Desa sebanyak 2 orang terdiri dari kepala desa, dan sekretaris desa. 2. Aparat Kecamatan sebanyak 2 orang yaitu kasi pemberdayaan dan staf
bagian sosial. 3. Kepala dusun dari setiap kelompok pengrajin berada sebanyak 3 orang.
4. Pihak Badan Perwakilan Desa BPD yaitu ketua dan bendahara. 5. Instansi pemerintah terkait Perindag, UKM, SPM, Bagian Perekonomian
Setda. Pemilihan responden ditentukan berdasarkan : 1. Peran serta dalam
kegiatan pengambangan usaha kerajinan anyaman, 2 Ketokohan dalam masyarakat, a. Formal : Jabatan dalam perekjaan di pemerintahan PNS, b.
Informal : tokoh agama, tokoh masayarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, 3 Keaktifan dalam kegiatan bermasyarakat, 4 Pengetahuan tentang sejarah Desa
dikaitkan dengan keberadaan Pengrajin anyaman. Pemilihan responden dengan mempertimbangkan bahwa mereka dianggap memiliki informasi yang diperlukan
untuk menjawab permasalahan dalam kajian. Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan metode :
1. Wawancara Mendalam Pengumpulan data dilakukan dengan tatap muka antara pengkaji dengan
tineliti dengan menggunakan pedoman wawancara maupun wawancara tidak berstruktur tetapi berpusat pada satu pokok permasalahan. Cara ini dilakukan
dengan tujuan untuk memahami pandangan subyek penelitian maupun informan tentang hidupnya, situasi sosial, dan pengalaman hidup
2. Pengamatan Bereparan Serta Pengamatan berperan serta dilakukan dengan pengkaji hadir untuk
melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung di tengah-tengah subyek kajian maupun ketika mencari informasi dari informan.
3. Focus Group Discussion FGD Diskusi dilakukan untuk melengkapi data yang terpisah antara hasil
wawancara dan pengamatan baik dari pengrajin maupun informan. FGD dilakukan untuk membagi informasi dan pengalaman yang telah diperoleh
kepada setiap peserta diskusi terhadap suatu masalah yang telah teridentifikasi. Selain untuk klarifikasi dan kepentingan penyusunan rencana
program, juga untuk menjalin kebersamaan dan memupuk rasa tnggung jawab akan permasalahan yang dihadapi sebagian anggota kelompok
masyarakat.
30
Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Tujuan Teknik
Pengumpulan Data
Sumber Data Teknik Penyajian
dan Analisis Data Mengidentifikasi
karakteristik kelompok
pengrajin anyaman
Data skunder primer
pengamatan, wawancara, dan
studi dokumentasi
Dokumen Desa, Kecamatan,
Kabupaten Masyarakat, tokoh
masyarakat, kelompok
pengrajin, dan aparat desa
Analisis deskriptif tentang kelompok
pengrajin anyaman
Mengembangkan produksi dan
distribusi pemasaran
anyaman Observasi,
wawancara, FGD. Masyarakat, tokoh
masyarakat, kelompok
pengrajin, bandar, pedagang dan
aparat desa Analisis deskriptif
tentang sistem kelembagaan
produksi dan pemasaran
Menyusun strategi produksi dan
pemasaran sesuai partisipasi
pengrajin dan masyarakat lokal
Observasi, wawancara, FGD.
Masyarakat, tokoh masyarakat,
kelompok pengrajin, bandar,
pedagang dan aparat desa
Analisis deskriptif tentang sistem
kelembagaan produksi dan
pemasaran
3.3. Penyusunan Rancangan Program Pengembangan Masyarakat
Penyusunan rancangan program dilakukan dalam FGD setelah sebelumnya pengkaji memperoleh data permasalahan yang diungkapkan oleh
pengrajin melalui metode Methode Participatory Assessment MPA yaitu metoda pengungkapan masalah melalui partisipasi subyek kajian. Data permasalahan
dianalisis secara bersama-sama dengan subyek kajian dalam FGD dengan malakukan analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan untuk memudahkan
penyusunan strategi program secara partisipasi dan merupakan suatu analisis kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara
sistematis. Identifikasi berbagai faktor internal dan eksternal diidentifikasi dalam FGD
yang disusun dalam matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis untuk mengembangkan sebuah kegiatan
dengan menyusun alternatif strategi utama. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan Strengths dan peluang
Opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Weakness dan ancaman Threats. Proses pengambilan keputusan secara
31
strategis selalu berkaitan dengan tujuan. Dengan perencanaan strategis dilakukan analisis SWOT pada saat ini, sehingga analisis ini disebut sebagai
analisis situasi yang membandingkan antara faktor eksternal peluangopportunities dan ancamanthreats dan faktor internal
kekuatanstrenghts dan kelemahanweakness. Berdasarkan strategi yang diperolah, selanjutnya dirangkum strategi
prioritas yang menjadi alternatif yang akan digunakan untuk merancang program partisipatif. Tahapan yang dilakukan dalam perencanaan strategi dan program
partisipatif adalah : 1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan pada pengrajin anyaman serta
menampung pendapat dan saran dari berbagai stakeholders untuk menentukan masalah prioritas.
2. Melakukan analisis SWOT dengan tahapan : a. Mengidentifikasi faktor internal kekuatan dan kelemahan dan faktor
eksternal peluang dan ancaman yang dialami pengrajin anyaman. b. Mendiskusikan rencana strategi dengan menggunakan analisis matriks
SWOT. c. Mendiskusikan strategi prioritas yang dapat merangkum alternatif strategi
yang telah dihasilkan. d. Menyusun rencana program secara partisipatif.
3. Melakukan analisis pihak terkait yaitu analisis terhadap kekuatan dan keterbatasan pihak-pihak yang dipandang memiliki keterkaitan dengan
pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran pengrajin anyaman.
32
IV. PETA SOSIAL KELOMPOK PENGRAJIN ANYAMAN DALAM KOMUNITAS DESA SAWAH KULON KECAMATAN PASAWAHAN