102
VII. STRATEGI PENGUATAN KELEMBAGAAN PRODUKSI DAN PEMASARAN
7. 1. Identifikasi Potensi dan Permasalahan
Rancangan sebuah program untuk mengembangkan usaha kerajinan anyaman di Desa Sawah Kulon memfokuskan pada empat hal yang perlu
mendapat perhatian. Pertama, pengembangan usaha dapat mengatasi kemiskinan yang dialami anggota kelompok. Kedua, strategi pemberdayaan yang
dilakukan disesuaikan dengan kemampuan para pengrajin anyaman. Ketiga, keberlanjutan dari program yang akan dilaksanakan. Keempat, dapat
memberikan manfaat secara : ekonomi meningkatkan pendapata kelompok pengrajin anyaman, sosial adanya keberlanjutan usaha dan pengembangan
jeringan serta mitra kerja, dan lingkungan pelestarian lingkungan, karena bahan baku yang mengandalkan kekayaan alam. Program partisipatif yang disusun
harus berbasis pada potensi yang dimiliki oleh pengrajin. Oleh karena itu diperlukan identifikasi kebutuhan dari para pengrajin anyaman.
Usaha kerajinan anyaman yang diproduksi oleh 142 KK penduduk di Desa Sawah Kulon memang bukan merupakan produk uggulan bagi Kabupaten
Purwakarta. Berbeda dengan usaha kerajian keramik dari tanah liat yang dilakukan oleh penduduk desa Sukatani kawasan Plered yang bisa menjadi
produk unggulan bagi Kabupaten Purwakarta. Belajar dari keberhasilan industri keramik, maka pengrajin anyaman dapat maju dan berkembang dengan berbagai
dukungan dari berbagai pihak. Selain faktor alam yang mendukung bagi tersedianya bahan baku, faktor manusia skill dan permodalan memegang
peranan penting bagi perkembangan usaha ini. Berdasarkan tabel karakteristik anggota kelompok, usaha kerajinan
anyaman yang dilakukan oleh semua anggota kelompok 52 persen adalah usaha sampingan sebagai mata pencaharian tambahan. Dari 52 persen tersebut
adalah kepala keluarga yang bekerja sebagai buruh pekerja kasar seperti : Buruh bangunan, buruh tani, pedagang warungan, dan pekerja serabutan apa
saja yang bisa dikerjakan asal mendapat upah. Wanita sebagai pekerja dalam pembuatan kerajinan anyaman ini mencapai 69 KK. Angka tersebut
menunjukkan terdapat pekerjaan sampingan, dan mata pencaharian utama dimana. Terdapat 5 KK adalah wanita sebagai pencari nafkah utama janda.
Aktifitas usaha kerajinan anyaman memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan melalui potensi yang dimilki oleh kelompok pengrajin maupun
103
lingkungan masyarakat sekitar. Berdasarkan potensi yang ada, maka untuk mengatasi permasalahan agar usaha kerajinan anyaman ini mengalami
perkembangan, dirumuskan program untuk mengembangkan usaha kelompok pengrajin anyaman melalui pengembangan kelembagaan produksi dan
pemasaran. Karena permasalaha yang dihadapi kelompok pengrajin anyaman dimulai
dari proses produksi input sampai pada pemasaran output, maka pengkaji membagi dua program. Pertama, program penguatan kelembagaan produksi
yang mencakup kegiatan untuk peningkatan keterampilan pengrajin, permodalan, penyediaan bahan baku, dan pendampingan untuk membantu proses produksi.
Kedua, program penguatan kelembagaan pemasaran yang mencakup kegiatan promosi, kemitraan untuk pemasaran, dan pendampingan untuk membantu
memperlancar proses pemasaran. Kedua program penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran
dilakukan melalui kelompok pengrajin anyaman dengan mempertimbangkan kekuatan sosial dan modal sosial yang telah ada pada kelompok maupun pada
masyarakat Desa Sawah Kulon. Kelompok pengrajin anyaman yang telah ada merupakan modal sosial yang telah ada, dibantu dengan kekuatan soaial yang
telah mengakar pada masyarakat Desa Sawah Kulon. Dari tipe kelembagaan produksi dan pemasaran pada analisis
kelembagaan maka rancangan program yang akan dibuat harus mempertimbangkan pada :1 Keahlian dan keterampilan tenaga kerja, 2
Permodalan, 3 Pemasaran agar produk dapat dipasarkan secara luas, 4 Kemitraan dengan bandar, koperasi, dan pasar desa, dan 5 Pendampingan
yang dapat mengatasi kesulitan pengrajin apabila pengrajin mendapat kesulitan. Hasil wawancara, FGD, dan observasi yang dilakukan pada tingkat
kelompok pengrajin dengan menggunakan Methode Participatory Assessment MPA, maka dapat diidentifikasi bahwa prioritas kebutuhan dan permasalahan
yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Kualitas pengrajin yang rendah