21
pemakai ataukah secara besar-besaran kepada pedagang lain. Pola perdagangan pemasaran tidak jauh dari pendapat Sojogyo dan Pudjiwati 1990
karena luas cakupan pemasaran atau konsumen pengrajin anyaman saat ini hanya pada masyarakat lokal. Tetapi dalam hal ini pengkaji sangat
mempertimbangkan partisipasi kekuatan lokal yang ada pada masyarakat Desa Sawah Kulon.
2. 1. 5. Analisis SWOT
Konsep dasar dalam analisis SWOT sangat sederhana, Tzu Sun 1992 dalam Rangkuti 2006 mengemukakan bahwa apabila kita telah mengenal
kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dan mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat dipastikan kita akan dapat memenangkan pertempuran.
Definisi pertempuran dalam kajian ini adalah mengembangkan kelembagaan produksi dan pemasaran produk anyaman.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan seperti
pendapat Porter 1985 dalam Rangkuti bahwa strategi merupakan alat yang sangat penting untuk mendapatkan keunggulan bersaing. Dalam hal ini staretgi
untuk menciptakan kelembagaan produksi dan pemasaran anyaman agar dapat memiliki keunggulan dari produk lain yang sejenis.
Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan Strengths dan peluang Opportunities, namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan Weakness dan ancaman Threats. Proses pengambilan keputusan secara strategis selalu berkaitan dengan tujuan.
Dengan perencanaan strategis dilakukan analisis SWOT pada saat ini, sehingga analisis ini disebut sebagai analisis situasi yang membandingkan antara faktor
eksternal peluangopportunities dan ancamanthreats dan faktor internal kekuatanstrenghts dan kelemahanweakness.
2. 2. Kerangka Analisis
Pengembangan aktivitas usaha pengrajin anyaman melalui penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran berkorelasi dengan pengembangan
potensi ekonomi lokal penduduk desa. Kegiatan usaha produktif pengrajin anyaman dapat dikembangkan melalui sistem produksi dan pemasaran dengan
mengembangkan kelembagaan produksi dan pemasaran. Pengrajin anyaman
22
merupakan salah satu komunitas yang dapat menyerap tenaga kerja lokal, menggunakan bahan baku lokal, serta dapat menjadi produk khas. Dalam
perkembangannya, aktifitas usaha pengrajin anyaman ini berjalan sangat lambat dan tidak ada peningkatan usaha. Posisi tawar dalam pemasaran, informasi
harga dan bahan baku masih lemah karena pengetahuan mereka tentang kerajinan anyaman yang sangat terbatas pada pengetahuan lokal saja. Akibatnya
sangat kecil sekali pengaruhnya terhadap perubahan kondisi perekonomian kelompok masyarakat pengrajin anyaman ini. Hal ini menarik untuk dikaji
manakala suatu komunitas dalam posisi lemah akan berpengaruh terhadap banyak hal, sehingga perlu dipahami bagaimana karakteristik dan keragaman
usaha tersebut. Program pengembangan masyarakat yang pernah ada belum dapat
meningkatkan taraf kehidupan pengrajin anyaman ini. Keberlanjutan usaha kerajinan anyaman belum dapat diakses secara optimal oleh kelompok usaha ini.
Program yang pernah ada masih bernuansa top-down dan kurang berbasis pada pengembangan komunitas sehingga tidak ada keberlanjutan. Kerangka
pemikiran dari analisis pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran kerajinan anyaman dapat dilihat pada Gambar 1.
Untuk dapat mencapai kondisi pengembangan masyarakat pada usaha kelompok pengrajin anyaman diperlukan pengembangan kapasitas kelembagaan
produksi dan pemasaran sehingga tercapai keberlanjutan dari usaha kerajinan anyaman. Alur kerja penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran pada
kelompok pengrajin anyaman dapat dilihat pada Gambar 2. Dengan melihat indikator kelompok kepemimpinan, struktur kelompok,
lamanya kelompok, dan lain-lain dan indikator produksi dan pemasaran tenaga kerja, upah, bahan baku, permodalan, teknologi, dan lain-lain maka dapat
dianalisi kelembagaan produksi dan pemasaran yang selama ini dilakukan oleh kelompok pengrajin anyaman.
Kelembagaan produksi dan pemasaran yang selama ini dilakukan oleh kelompok pengrajin anyaman dianalisis dengan menggunakan anlisis SWOT.
Analisis ditinjau dari kelemahan dan kekuatan pada kelembagaan tersebut. Hasil analisis SWOT tersebut yang dijadikan pengkaji untuk membuat stretgi
penyusunan bersama program penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran yang akan dilakukan oleh kelompok pengrajin anyaman.
23
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Secara sederhana alur kerja yang telah dilakukan pengkaji dalam penguatan kelembagaan ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :
Program Pemberdayaan
Masyarakat
Kelembagaan Usaha Kerajinan Anyamani :
1. Produksi : - Tenaga kerjaupah
- Bahan Baku - Teknologi
- Permodalan
2. Pemasaran : - Harga
- Tenaga kerja Pengembangan
Masyarakat : Keberlanjutan
Dalam produksi dan pemasaran
kerajinan
anyaman Karakteristik
Kelompok Pengrajin Anyaman :
- Lamanya usaha - Struktur kelompok
- Kepemimpinan - Decision making
Modal sosial anggota dl kelompokantar klp
pengrajin dl 1 desa : - Kekeluargaan
- Gotong
royong - Tolong
menolong
-
Trust kepercayaan
-
Persaingan konflik
24
Gambar 2. Alur Kerja Indikator kelompok :
- Kepemimpinan - Struktur kelompok
- Lamanya kelompok - Ikatan kelompok
- Decision making Indikator produksi dan
pemasaran : - Pengrajin
- Bahan Baku - Permodalan
- Teknologi - Mitra kerja
- Jejaring
Mengidentifikasi Kelembagaan
produksi dan pemasaran
Analisa faktor Eksternal :
Peluang dan Ancaman
Analisa faktor Internal :
Kekuatan dan Kelemahan
Strateg penyusunan
program penguatan
kelembagaan produksi dan
pemasaran
kerajinan anyaman
25
III. METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian