115 dokter, militer, guru, dosenguru besar, pekerja tata usaha dan penjualan
golongan atas, atau yang sejenis.
1 Pendapatan Rumahtangga
Pendapatan rumahtangga adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga bersangkutan, baik yang berasal dari pendapatan kepala
rumahtangga maupun pendapatan anggota-anggota rumahtangga. Pendapatan rumahtangga dapat berasal dari balas jasa faktor produksi tenagakerja upah dan
gaji, keuntungan, bonus dan lain-lain, balas jasa kapital bunga, dividen, bagi hasil dan lain-lain dan pendapatan yang berasal dari pernberian pihak lain
transfer.
2 Anggota Rumahtangga
Anggota rumahtangga adalah mereka yang bertempat tinggal dan menjadi tanggungan rumahtangga bersangkutan. Anggota rumahtangga yang telah
berdomisili di wilayah lain lebih dari enam bulan dianggap bukan lagi menjadi anggota rumahtangga tersebut.
3 Tabungan Rumahtangga
Tabungan rumahtangga adalah pendapatan rumahtangga yang tidak dikonsumsi habis. Tabungan merupakan selisih pendapatan dengan pengeluaran
rumahtangga. Dalam kerangka SAM, tabungan rumahtangga masih merupakan konsep bruto karena masih mengandung unsur penyusutan barang modal yang
digunakan untuk usaha rumahtangga.
4.3.3.3. Klasifikasi Sektor Produksi
116 Klasifikasi sektor produksi dalam kerangka SAM propinsi Jawa Barat
tahun 1993 dan 2003 merupakan penggabungan beberapa klasifikasi lapangan usaha yang terdapat pada tabel IO propinsi Jawa Barat menjadi klasifikasi sendiri
yang terdiri dari 21 kegiatansektor.
4.3.3.4. Klasifikasi Neraca Lainnya
Klasifikasi neraca lain dalam kerangka ini meliputi margin perdagangan dan pengangkutan, neraca kapital, pajak tidak langsung dan neraca luar negeri
atau luar propinsi Jawa Barat. 4.3.4. Tabulasi Data dan Identifikasi Sumber Data
Pada bagian ini dilakukan pengidentifikasian sumber data untuk mengisi tiap-tiap sel transaksi. Secara garis besarnya sel-sel transaksi yang akan diisi dapat
dilihat pada Tabel 5. Sumber data utama dalam membangun SAM Jawa Barat adalah tabel IO provinsi Jawa Barat Tahun 1993 dan 2003, oleh karena itu
pengisian sel SAM provinsi Jawa Barat dimulai tersebut dengan memasukkan masing-masing Tabel IO provinsi Jawa Barat ke dalam sel matrik T
16
, T
26
, T
58
, T
63
, T
65
, T
66
, T
67
, T
69
, T
86
, dan
T
96
. Adapun untuk matrik-matrik lainnya, sumber informasi lain dibutuhkan.
Sel matrik T
31
, T
32
, T
33
, T
34
, dan T
73
diperoleh berdasarkan informasi dari SUSENAS atau SKTIR provinsi Jawa Barat, Statistik keuangan Jawa Barat,
APBD dan Kantor Pajak Wilayah
DJP Jawa Bagian Barat I dan II
dibutuhkan untuk mengisi sel matrik T
35
, T
52
, T
53
, T
54
, T
55
dan T
72
. Survei Industri dan Survei Khusus Pembentukan Modal SKPM dibutuhkan untuk mengisi sel matrik T
44
dan T
74
.
117 Sebagaimana diketahui dalam beberapa kasus sering kali tidak tersedia
data untuk mengisi suatu sel matrik transaksi. Salah satu cara estimasi yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan sifat keseimbangan tabulasi yang
harus dimiliki oleh SAM dan proporsi dari tabel SAM yang telah dipublikasikan sebelumnya, yaitu tabel SAM provinsi Jawa Barat Tahun 1999. Sel matrik yang
140
Tabel 5. Kerangka Dasar SAM Provinsi Jawa Barat
F.Produksi Institusi Sektor
Produksi Neraca
Kapital Pajak Tak
Langsung Neraca
Luar Negeri
T.Kerja Modal R.Tangga Perusahaan Pemerintah 1 2 3
4 5
6 7 8 9
F.Produksi T.Kerja 1
T
16
T
19
Modal 2 T
26
Institusi R.Tangga 3
T
31
T
32
T
33
T
34
T
35
T
39
Perusahaan 4 T
44
Pemerintah 5 T
52
T
53
T
54
T
55
T
58
Sektor Produksi 6
T
63
T
65
T
66
T
67
T
69
Neraca Kapital 7
T
73
T
74
T
75
Pajak Tak Langsung 8
T
86
Neraca Luar Negeri 9
T
91
T
93
T
96
T
97
118 diestimasi dengan memanfaatkan sifat keseimbangan tersebut adalah :
T
91
,
T
93
,
T
97
,
T
19
dan
T
39
. Setelah seluruh estimasi data awal dilakukan, maka dilakukan tabulasi
dengan pengisian sel-sel matrik yang telah direncanakan. Pada dasarnya setelah proses ini dilakukan, SAM Jawa Barat bentuk awal telah terbentuk. Namun
demikian, urutan kegiatan dalam mengisi nilai tiap-tiap sel masih menjadi bahan
perdebatan. 4.3.5. Koreksi Kesalahan Estimasi Data Dan Pembentukan Keseimbangan
Pada bagian ini dilakukan, Pertama, koreksi terhadap nilai tabulasi dalam SAM yang tidak logis. Pada bagian ini, setiap sel yang ada dalam SAM Jawa
Barat diamati. Angka yang tampak tidak logis, misalnya terlalu besar atau kecil, dilakukan pengecekan ulang dengan menggunakan sumber informasi lain. Dan,
Kedua, koreksi untuk menjamin bentuk keseimbangan SAM. Pada bagian ini, setiap sel dalam SAM Jawa Barat harus dikoreksi sehingga jumlah kolom dan
jumlah baris untuk setiap neraca sama. Menyeimbangkan seluruh neraca menggunakan perhitungan tangan maupun matematis, seperti program linier atau
dengan menggunakan algoritma. Adapun bentuk kesimbangan yang dilakukan dalam hal ini dengan metode Cross-Entropy CE.
4.3.6. Rekonsiliasi Akhir
Langkah rekonsiliasi ini sebenarnya telah dimulai pada saat mengisi masing-masing blok SAM. Tahap rekonsiliasi yang pertama kali dilakukan adalah
menentukan cara estimasi yang sama untuk jumlah rumahtangga dan jumlah populasi pada masing-masing kelompok. Langkah ini dilakukan untuk membuat