Dekomposisi Pengganda KETERKAITAN DAN PENGGANDA SEKTOR PRODUKSI

170 pemimpin terutama sekali jika usaha pembangungan ekonomi diintegrasikan secara lebih kuat antara Pertanian dan Industri Pengolahan sebagai bentuk Agroindustri.

6.3. Dekomposisi Pengganda

Nilai Pengganda sebagaimana telah dikemukakan di atas hanya menggambarkan besarnya pengaruh global akibat adanya injeksi pada suatu sektor yang ditransmisikan ke sektor lainnya. Besarnya pengaruh global tersebut sebenarnya terjadi melalui sejumlah tahapan. Melalui analisis dekomposisi pengganda decomposition multiplier maka tahapan tersebut dapat digambarkan secara jelas. Analisis dekomposisi pengganda menguraikan nilai pengganda menjadi tiga komponen, yaitu : 1 pengganda transfer, yang menggambarkan dampak pengganda netto yang dihasilkan akibat adanya tambahan transfer dari neraca eksogen terhadap sekelompok neraca tertentu, 2 pengganda silang atau open loop, yang menangkap dampak silang cross effect antarneraca yang berbeda, dan 3 pengganda closed-loop, yang menjelaskan dampak pengganda dari adanya aliran neraca eksogen pada neraca endogen dan kemudian kembali ke neraca semula. Keseluruhan nilai dekomposisi dapat dilihat dalam Lampiran 8-10 dan 13-15. Sebagaimana telah diuraikan pada hasil sebelumnya terdapat 5 Lima sektor yang potensial di Propinsi Jawa Barat. Sehubungan dengan itu maka analisis terhadap dekomposisi pengganda pada pembahasan berikut difokuskan terhadap sektor-sektor potensial tersebut. Hasil dekomposisi pengganda kelima sektor potensial tersebut dikemukakan sebagaimana terlihat pada Tabel 15 untuk Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebagai subsektor industri 171 pengolahan, Tabel 16 untuk kedua subsektor pertanian, dan Tabel 17 untuk kedua subsektor lainnya. Berdasarkan Tabel 15 dapat dikemukakan bahwa adanya injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada Industri Makanan, Minuman dan Tembakau akan meningkatkan penerimaan faktor produksi modal, yaitu sebesar 0.97 miliar rupiah, yang lebih besar dari tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa industri Makanan, Minuman dan Tembakau lebih bersifat capital intensive. Tabel 15. Dekomposisi Pengganda Sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Neraca Asal Dampak Injeksi Terhadap Neraca Lainnya Injeksi Transfer Open Loop Closed Loop Total Industri Tenaga Kerja Pertanian 0.09 0.04 0.13 Makanan , Tenaga Kerja Industri 0.13 0.05 0.19 Minuman Tenaga Kerja Lainnya 0.02 0.08 0.10 Tembakau Modal 0.59 0.38 0.97 IMMT RT. Buruh Tani 0.07 0.03 0.10 RT. Pengusaha Pertanian 0.07 0.05 0.12 RT. Golongan Rendah di Desa 0.09 0.06 0.15 RT. Penerima Pendapatan di Desa 0.01 0.01 0.02 RT. Golongan Atas Desa 0.03 0.03 0.06 RT. Golongan Rendah di Kota 0.09 0.06 0.14 RT. Penerima Pendapatan di Kota 0.03 0.03 0.05 RT. Golongan Atas Kota 0.07 0.06 0.13 IMMT 1 0.09 0.15 1.24 Pertanian 0.47 0.18 0.65 Pertambangan dan Penggalian 0.01 0.04 0.05 Lainnya 0.11 0.36 0.47 Total Produksi 1 0.72 1.04 2.76 Sumber : SAM Propinsi Jawa Barat Tahun 2003 Diolah Peningkatan penerimaan modal Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 0.97 miliar rupiah tersebut merupakan kontribusi dari dampak pengganda silang open loop sebesar 0.59 miliar rupiah dan dampak pengganda closed loop sebesar 0.38 miliar rupiah. Dengan kata lain, peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah pada Industri Makanan, Minuman dan Tembakau misalnya akibat peningkatan ekspor akan meningkatkan penerimaan 172 faktor produksi modal sebesar 0.59 miliar rupiah setelah dampak injeksi melalui seluruh sistem blok faktor produksi dan institusi, dan sebesar 0.38 miliar rupiah setelah injeksi melalui seluruh blok lainnya dan kembali ke blok semula. Terhadap pendapatan rumahtangga, injeksi pada Industri Makanan, Minuman dan Tembakau akan memberikan dampak penerimaan rumahtangga golongan rendah di desa yang lebih besar, yaitu sebesar 0.15 miliar rupiah, dibandingkan dengan penerimaan kelompok rumahtangga lainnya. Besarnya dampak injeksi Industri Makanan, Minuman dan Tembakau terhadap penerimaan rumahtangga golongan rendah di desa didominasi oleh dampak pengganda silang. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda silang terhadap peningkatan penerimaan rumahtangga golongan rendah di desa lebih besar dari dampak pengganda closed loop. Terhadap sektor produksi lainnya, injeksi Industri Makanan, Minuman dan Tembakau akan memberikan dampak penerimaan sektor pertanian yang lebih besar, yaitu sebesar 0.65 miliar rupiah dibandingkan dengan sektor Pertambangan dan Penggalian, yaitu sebesar 0.05 miliar rupiah, dan sektor lainnya, yaitu sebesar 0.47 miliar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa keterkaitan linkage antara sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau dengan sektor pertanian lebih besar dibandingkan dengan sektor Pertambangan dan Penggalian dan sektor lainnya. Besarnya dampak injeksi sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau didominasi oleh dampak pengganda transfer. Berdasarkan Tabel 16 dapat dikemukakan bahwa adanya injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada kedua subsektor pertanian, yaitu Perkebunan dan Peternakan, relatif sama akan meningkatkan penerimaan faktor produksi modal, yaitu masing- 173 masing sebesar 1.03 dan 1.01 miliar rupiah, yang lebih besar dari tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua subsektor pertanian tersebut lebih bersifat capital intensive. Besarnya dampak injeksi sektor Perkebunan dan Peternakan terhadap modal relatif sama didominasi oleh dampak pengganda silang. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda silang terhadap peningkatan penerimaan modal dari sektor Perkebunan dan Peternakan lebih besar dari dampak pengganda closed loop. Tabel 16. Dekomposisi Pengganda Kedua Subsektor Pertanian Neraca Asal Dampak Injeksi Terhadap Neraca Lainnya Injeksi Transfer Open Loop Closed Loop Total Perkebunan Tenaga Kerja Pertanian 0.31 0.05 0.35 BUN Tenaga Kerja Industri 0.01 0.07 0.08 Tenaga Kerja Lainnya 0.01 0.09 0.11 Modal 0.55 0.48 1.03 RT. Buruh Tani 0.20 0.04 0.24 RT. Pengusaha Pertanian 0.11 0.06 0.17 RT. Golongan Rendah di Desa 0.09 0.08 0.17 RT. Penerima Pendapatan di Desa 0.02 0.01 0.03 RT. Golongan Atas Desa 0.04 0.03 0.07 RT. Golongan Rendah di Kota 0.05 0.07 0.12 RT. Penerima Pendapatan di Kota 0.02 0.03 0.06 RT. Golongan Atas Kota 0.06 0.07 0.13 BUN 1 0.03 0.01 1.04 Pertambangan dan Penggalian 0.02 0.05 0.07 Industri Pengolahan 0.09 0.58 0.67 Jasa 0.06 0.45 0.50 Total Produksi 1 0.20 1.31 2.51 Peternakan Tenaga Kerja Pertanian 0.29 0.05 0.34 TNK Tenaga Kerja Industri 0.04 0.07 0.11 Tenaga Kerja Lainnya 0.02 0.09 0.11 Modal 0.53 0.48 1.01 RT. Buruh Tani 0.19 0.04 0.23 RT. Pengusaha Pertanian 0.10 0.06 0.16 RT. Golongan Rendah di Desa 0.09 0.08 0.17 RT. Penerima Pendapatan di Desa 0.01 0.01 0.03 RT. Golongan Atas Desa 0.03 0.04 0.07 RT. Golongan Rendah di Kota 0.06 0.07 0.13 RT. Penerima Pendapatan di Kota 0.02 0.03 0.06 RT. Golongan Atas Kota 0.06 0.07 0.14 TNK 1 0.02 0.05 1.08 Pertambangan dan Penggalian 0.01 0.05 0.06 Industri Pengolahan 0.37 0.58 0.95 Jasa 0.10 0.45 0.55 Total Produksi 1 0.64 1.32 2.95 Sumber : SAM Propinsi Jawa Barat Tahun 2003 Diolah Terhadap pendapatan rumahtangga, injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada kedua subsektor pertanian tersebut, relatif sama akan memberikan dampak penerimaan rumahtangga golongan buruh tani yang lebih besar, yaitu masing- 174 masing sebesar 0.24 dan 0.23 miliar rupiah, dibandingkan dengan penerimaan kelompok rumahtangga lainnya. Besarnya dampak injeksi kedua subsektor pertanian tersebut terhadap penerimaan rumahtangga golongan buruh tani tersebut didominasi oleh dampak pengganda silang. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda silang terhadap peningkatan penerimaan rumahtangga golongan buruh tani lebih besar dari dampak pengganda closed loop. Terhadap sektor produksi lainnya, injeksi sebesar 1 miliar rupiah baik sektor Perkebunan dan Peternakan, relatif sama akan memberikan dampak penerimaan sektor industri pengolahan yang lebih besar, yaitu masing-masing sebesar 0.67 dan 0.93 miliar rupiah, dibandingkan dengan sektor Pertambangan dan Pengalian, yaitu masing-masing sebesar 0.07 dan 0.06 miliar rupiah, dan sektor lainnya, yaitu masing-masing sebesar 0.50 dan 0.55 miliar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa linkage antara kedua sektor pertanian tersebut dengan sektor industri pengolahan lebih besar dibandingkan dengan sektor Pertambangan dan Penggalian dan sektor lainnya. Besarnya dampak injeksi kedua sektor jasa terhadap sektor industri pengolahan, relatif sama didominasi oleh dampak pengganda closed loop. Selain itu dapat dikemukakan bahwa peningkatan 1 miliar rupiah pendapatan sektor Peternakan memberikan dampak peningkatan penerimaan total produksi sektoral yang lebih besar, yaitu sebesar 2.95 miliar rupiah, dibandingkan dengan sektor Tanaman Bahan Makanan, yaitu sebesar 2.591 miliar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor Peternakan juga memiliki peranan yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat. 175 Berdasarkan Tabel 17 dapat dikemukakan bahwa adanya injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada subsektor lainnya, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Jasa-Jasa, akan meningkatkan penerimaan faktor produksi modal, yaitu masing-masing sebesar 1.08 dan 0.84 miliar rupiah, yang lebih besar dari tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor tersebut lebih bersifat capital intensive. Besarnya dampak injeksi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap modal didominasi oleh dampak pengganda silang. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda silang terhadap peningkatan penerimaan modal dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran lebih besar dari dampak pengganda closed loop. Sedangkan besarnya dampak injeksi sektor Jasa-Jasa terhadap modal didominasi oleh dampak pengganda closed loop. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda closed loop terhadap peningkatan penerimaan modal dari sektor Jasa-Jasa lebih besar dari dampak pengganda silang. Terhadap pendapatan rumahtangga, injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, akan memberikan dampak penerimaan rumahtangga golongan rendah di desa yang lebih besar, yaitu sebesar 0.17 miliar rupiah, dibandingkan dengan penerimaan kelompok rumahtangga lainnya. Besarnya dampak injeksi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap penerimaan rumahtangga golongan rendah di desa tersebut didominasi oleh dampak pengganda silang. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda silang terhadap peningkatan penerimaan rumahtangga lebih besar dari dampak pengganda open loop. Sedangkan injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada sektor Jasa- Jasa, akan memberikan dampak penerimaan rumahtangga golongan atas di kota, 176 yaitu sebesar 0.250.17 miliar rupiah, dibandingkan dengan penerimaan kelompok Tabel 17. Dekomposisi Pengganda Kedua Subsektor Lainnya Neraca Asal Dampak Injeksi Terhadap Neraca Lainnya Injeksi Transfer Open Loop Closed Loop Total Perdagangan, Tenaga Kerja Pertanian 0.00 0.04 0.04 Hotel Tenaga Kerja Industri 0.01 0.06 0.07 Restoran PHR Tenaga Kerja Lainnya 0.21 0.08 0.29 Modal 0.65 0.39 1.04 RT. Buruh Tani 0.02 0.03 0.05 RT. Pengusaha Pertanian 0.07 0.05 0.12 RT. Golongan Rendah di Desa 0.11 0.07 0.17 RT. Penerima Pendapatan di Desa 0.02 0.01 0.03 RT. Golongan Atas Desa 0.05 0.03 0.08 RT. Golongan Rendah di Kota 0.08 0.06 0.14 RT. Penerima Pendapatan di Kota 0.05 0.03 0.07 RT. Golongan Atas Kota 0.10 0.06 0.15 PHR 1 0.04 0.16 1.20 Pertanian 0.02 0.18 0.20 Pertambangan dan Penggalian 0.03 0.04 0.07 Industri Pengolahan 0.10 0.48 0.57 Total Produksi 1 0.35 1.08 2.43 Jasa-Jasa Tenaga Kerja Pertanian 0.00 0.05 0.05 JJ Tenaga Kerja Industri 0.03 0.07 0.11 Tenaga Kerja Lainnya 0.49 0.10 0.59 Modal 0.33 0.51 0.84 RT. Buruh Tani 0.02 0.04 0.06 RT. Pengusaha Pertanian 0.06 0.06 0.12 RT. Golongan Rendah di Desa 0.13 0.09 0.21 RT. Penerima Pendapatan di Desa 0.02 0.01 0.03 RT. Golongan Atas Desa 0.08 0.04 0.12 RT. Golongan Rendah di Kota 0.11 0.08 0.19 RT. Penerima Pendapatan di Kota 0.07 0.03 0.11 RT. Golongan Atas Kota 0.17 0.08 0.25 JJ 1 0.04 0.10 1.14 Pertanian 0.02 0.24 0.25 Pertambangan dan Penggalian 0.03 0.06 0.09 Industri Pengolahan 0.25 0.62 0.87 Total Produksi 1 0.53 1.40 2.93 Sumber : SAM Propinsi Jawa Barat Tahun 2003 Diolah rumahtangga lainnya. Besarnya dampak injeksi sektor Jasa-Jasa terhadap penerimaan rumahtangga golongan atas di kota tersebut didominasi oleh dampak pengganda silang. Hal itu berarti kontribusi dampak penganda silang terhadap peningkatan penerimaan rumahtangga lebih besar dari dampak pengganda open loop. Terhadap sektor produksi lainnya, injeksi sebesar 1 miliar rupiah dari kedua subsektor lainnya tersebut, akan memberikan dampak penerimaan sektor industri pengolahan yang lebih besar, yaitu masing-masing sebesar 0.57 dan 0.87 miliar rupiah, dibandingkan dengan sektor Pertanian, yaitu masing-masing 177 sebesar 0.20 dan 0.25 miliar rupiah, dan Pertambangan dan Pengalian, yaitu masing-masing sebesar 0.07 dan 0.09 miliar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa linkage antara kedua susektor lainnya tersebut dengan sektor industri pengolahan lebih besar dibandingkan dengan sektor Pertanian dan Pertambangan dan Penggalian. Besarnya dampak injeksi subsektor lainnya terhadap sektor industri pengolahan didominasi oleh dampak pengganda closed loop. Selain itu dapat dikemukakan bahwa peningkatan 1 miliar rupiah pendapatan sektor Jasa-Jasa memberikan dampak peningkatan penerimaan total produksi sektoral yang lebih besar, yaitu sebesar 2.93 miliar rupiah, dibandingkan dengan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, yaitu sebesar 2.43 miliar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor Jasa-Jasa juga memiliki peranan yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat.

6.4. Structural Path Analysis SPA