Implikasi Kebijakan SIMPULAN DAN SARAN

222 Kontruksi; Tanaman Bahan Makan; dan Perikanan. Ekspor dan permintaan domestik merupakan sumber pertumbuhan dari sektor yang tumbuh secara cepat dan melambat tersebut. 2. Dari sisi tenaga kerja sumber pertumbuhan didominasi oleh intensitas tenaga kerja dan teknologi. Dalam kaitan ini, Peternakan merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap sumber pertumbuhan tenaga kerja baik dari intensitas tenaga kerja maupun teknologi. Berdasarkan tujuan 3 tiga adalah : sektor industri pengolahan di provinsi Jawa Barat selama periode 1993-2003 lebih dominan memiliki keterkaitan ke depan maupun keterkaitan ke belakang. Sektor-sektor industri pengolahan tersebut adalah : Industri Makanan, Minuman dan Tembakau; Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki; dan Industri Logam Dasar dan Barang Jadi Logam. Berdasarkan tujuan 4 empat adalah : sektor yang berpotesial secara ekonomi dalam kelompok lima besar di provinsi Jawa Barat sampai dengan tahun 2003 meliputi sektor : Industri Makanan, Minuman dan Tembakau; Perkebunan; Peternakan; Perdagangan, Hotel dan Restoran; dan Jasa-Jasa. Berdasarkan tujuan 5 lima adalah : pemberian stimulus ekonomi kepada masing-masing sektor potensial yang sekaligus menyertakan aspek redistribusi pendapatan akan memberikan peran relatif baik terhadap perubahan output, penyerapan tenaga kerja dan pemerataan pendapatan rumahtangga sekaligus.

8.2. Implikasi Kebijakan

Pembangunan ekonomi provinsi Jawa Barat antara periode 1993-2003 yang ditinjau berdasarkan kegiatan sektoral telah mengalami perubahan struktur perekonomian. Hal itu pada gilirannya akan memberikan dampak terhadap 223 perubahan peran sektor-sektor ekonomi. Berdasarkan temuan studi menunjukkan bahwa dari kelompok lima besar sektor yang memperlihatkan peran besar di provinsi Jawa Barat sampai dengan tahun 2003 mencakup : Industri Makanan, Minuman dan Tembakau; Perkebunan; Peternakan; Perdagangan, Hotel dan Restoran; dan Jasa-Jasa. Dengan demikian kelima sektor tersebut merupakan sektor pemimpin leading sector. Hal ini memberikan implikasi bahwa dalam memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus mencakup output, tenaga kerja dan pemerataan distribusi pendapatan di provinsi Jawa Barat ke depan hendaknya diprioritaskan kepada pengembangan sektor-sektor potensial tersebut. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau merupakan sektor yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang sekaligus. Ini menunjukkan sektor ini memiliki kemampuan yang kuat dalam mendorong sektor hilir dan menarik sektor hulunya sekaligus. Dari karakteristiknya sektor ini dikategorikan sebagai agroindustri. Oleh karena itu strategi agroindustrialisasi agroindustrialization strategy merupakan pilihan strategi kebijakan industrialisasi yang tepat diterapkan guna mewujudkan perekonomian provinsi Jawa Barat yang tangguh di masa mendatang. Senada dengan hasil studi Tambunan 1992, Daryanto 1999 dan Benerjee dan Siregar 2002 menyatakan bahwa pengembangan agroindustri, yaitu industri yang berbasis pertanian, memberikan peranan yang besar dalam perekonomian. Menurut Daryanto 1999 sejak tahun 1980an perubahan signifikan telah terjadi dalam kebijakan publik, yang memandang pertanian lebih secara positip dan menyokong Agricultural Development Led-Industrialisation ADLI. Secara empiris hasil seperti dari SAM menunjukkan suatu keterkaitan makroekonomi yang relatif kuat dari ADLI yaitu, suatu peningkatan yang lebih besar secara signifikan dalam GDP riil dengan membandingkan terhadap peningkatan 224 pembangunan industri yang berorientasi terhadap keduanya, proses makanan dan industri menengah Bautista et.al., 1999. Strategi ADLI memperlihatkan pertanian dapat menjadi sektor pemimpin dalam memajukan pertumbuhan dan industrialiasi. Sehubungan dengan ini provinsi Jawa Barat memiliki peluang untuk menerapkan strategi ini karena bagaimanapun daerah ini masih memiliki potensi ekonomi dalam Pertanian. Sebagaimana temuan hasil studi ini menunjukkan Perkebunan dan Peternakan sebagai subsektor Pertanian merupakan sektor unggulan. Pertimbangan lain dari ADLI adalah : Adelman, Bormiaux dan Waelbroeck, 1989 dalam Daryanto, 1999 a. Investasi dalam Pertanian berkecenderungan menjadi lebih sedikit import- intensive dan lebih banyak labour-intensive daripada investasi dalam sektor non-Pertanian. b. Tingkat pengembalian investasi dalam Pertanian adalah sama atau lebih besar daripada industri. c. Pola pengeluaran pedesaan lebih mendukung barang-barang yang dihasilkan secara domestik dari impor, barang-barang dengan berisikan lebih besar labour ketimbang capital-intensive, dan barang-barang yang diproduksi mengandalkan input domestik ketimbang impor. d. Dengan memadukan kebijakan yang benar, ADLI menjanjikan pertumbuhan tenaga kerja, kekayaan dan pengurangan kemiskinan. Merencanakan kebijakan pembangunan ekonomi provinsi Jawa Barat yang didasarkan pada indutri berbasis pertanian membutuhkan upaya, terutama pada perbaikan di sektor Pertanian itu sendiri. Benerjee dan Siregar 2002 mengidentifikasi elememen-elemen kebijakan yang sukses meliputi : a. Penghapusan hambatan suplai removing supply botlenecks b. Meningkatkan struktur regulasi ekonomi dan insentif improving the economy’s regulatory and incentive structure 225 c. Menciptakan lingkungan pedesaan yang lebih baik creating the rural enabling environment, dan d. Mengintegrasikan dengan kebiasaan yang terbaik pada tingkat internasional integrating with international best practice Kemampuan Pertanian memperoleh keuntungan dari perubahan positip dalam lingkungan ekonomi adalah bergantung pada penghapusan dari seluruh kendala suplai saat ini. Suatu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan transaksi bisnis yang efektif antara usaha kecil dan agribisnis skala besar dan agroindustri. Sistem usaha ini dapat dikembangkan melalui suatu sistem kerjasama joint venture atau persekutuan partnership dengan kesatuan bisnis yang bervariasi seperti penyedia input input suppliers, penyedia mesin dan peralatan machinery and equipment supplier, petani dan agroindustri. Untuk mendukung ini pemerintah harus dapat memainkan peran dalam kebijakan indnstrialisasi yang positip dalam meningkatkan iklim Pertanian ini dengan merasionalisasi struktur regulasi dan insentif. Suatu elemen penting adalah deregulasi terhadap kontrol perdagangan dan struktur pasar, dan tidak memberikan solusi dengan monopoli dan kartel dalam ekonomi. Kemudian pembangunan infrastruktur dan mendapat dukungan dari sektor jasa merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan peran Pertanian. Dari sisi infrastruktur penataan dibutuhkan terhadap fasilitas transportasi, komunikasi, perumahan, kesehatan, sanitasi, irigasi dan kemampuan pemrosesan, sedangkan dari sisi jasa adalah mendapat dukungan dari sektor BangunanKontruksi, sektor Pengangkutankomunikasi dan sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan. Upaya penting lain dalam hal ini adalah mempedomani pengalaman-pengalaman dari negara lain yang juga memiliki ketergantungan yang sama pada Pertanian dan mendorong sektor ini secara efektif sebagai bagian dari strategi pertumbuhan yang efektif secara keseluruhan. 226 Selain itu hasil temuan studi ini menunjukkan bahwa secara agregat pertumbuhan output sektor Industri Pengolahan relatif besar bersumber dari ekspor barang jasa. Pertumbuhan sektor ini memberikan kontribusi terbesar bagi pertumbuhan output provinsi Jawa Barat secara total. Oleh karena itu strategi industri promosi ekspor IPE juga menjadi penting bagi perekonomian Jawa Barat. Namun sayangnya hal itu relatif lebih besar dihasilkan dari sektor industri berat dan menengah heavy and light industry, seperti : Industri Logam Dasar dan Barang Jadi Logam dan Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki. Sementara itu Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau, sebagai salah satu sektor industri pengolahan, relatif lebih besar pertumbuhannya dipicu oleh permintaan domestik. Oleh karena itu strategi IPE dipandang suatu strategi penting untuk mendukung kebijakan agroindustrialisasi, terutama pada industri Makanan, Minuman dan Tembakau. Berdasarkan hasil simulasi peningkatan investasi kepada sektor-sektor potensial sebagaimana telah dikemukakan di atas, ditemukan bahwa di satu sisi telah meningkatkan perekonomian provinsi Jawa Barat, yang ditunjukkan oleh peningkatan output dan penyerapan tenaga kerja, namun di sisi lain distribusi pendapatan rumahtangga masih menunjukkan kesenjangan yang semakin melebar antar golongan rumahtangga. Hal ini memberikan implikasi bahwa strategi kebijakan pembangunan ekonomi provinsi Jawa Barat ke depan tidak hanya ditujukan untuk mengejar pertumbuhan output dan tenaga kerja semata, melainkan harus dapat mengupayakan terhadap pemerataan pendapatan antar golongan rumahtangga. Terkait dengan hal ini kebijakan dapat dilakukan dalam jangka pendek yaitu melalui kebijakan subsidi langsung tunai. Dalam jangka panjang, perlu melakukan pemberdayaan bagi rumahtangga berpendapatan rendah, seperti : pemberian bantuan modal usaha dan program pendampingan untuk pembinaan. Selain itu pengembangan sektor-sektor ekonomi yang 227 berdampak 227 langsung pada peningkatan pendapatan rumahtangga berpendapatan rendah tersebut perlu diprioritaskan, seperti pengembangan agroindustri sebagai kebijakan industrialisasi di provinsi Jawa Barat. Berdasarkan uraian di atas terdapat dua implikasi utama dari studi ini. Pertama, meletakkan agroindustri ADLI sebagai prioritas yang utama dalam mengejar industrialisasi. Kedua, strategi promosi ekspor dipandang suatu strategi penting untuk mendukung kebijakan ADLI tersebut. Ketiga, perlu diupayakan kebijakan yang secara langsung memberikan bantuan peningkatan pendapatan golongan rumahtangga berpenghasilan rendah.

8.3. Keterbatasan Penelitian