Ringkasan KETERKAITAN DAN PENGGANDA SEKTOR PRODUKSI

199 peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga golongan atas di kota melalui faktor produksi tenaga kerja lainnya adalah sebesar 13.60 rupiah, relatif lebih besar dibandingkan peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga golongan rendah dan penerima pendapatan di kota, yaitu masing-masing sebesar 7.10 dan 5.20 rupiah. Kemudian melalui faktor produksi modal adalah sebesar 0.70 rupiah, juga relatif lebih besar dibandingkan peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga penerima pendapatan di kota, yaitu sebesar 0.50 rupiah, namun relatif lebih rendah dibandingkan peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga golongan rendah di kota, yaitu sebesar 1.10 rupiah. Selain itu dapat dikemukakan bahwa dampak injeksi tersebut akan memberikan pengaruh langsung peningkatan pendapatan ketiga kelompok rumahtangga non pertanian di kota relatif lebih besar melalui faktor produksi tenaga kerja lainnya dibandingkan dengan faktor produksi modal.

6.5. Ringkasan

1. Tahun 1993 sebagian sektor industri pengolahan memiliki indeks kepekaan dan daya penyebaran lebih besar dari satu sekaligus. Kemudian sebagian besar sektor pertanian memiliki indeks kepekaan dan koefisien penyebaran lebih kecil dari satu sekaligus. Dan sebagian besar sektor lainnya hanya memiliki salah satu indeks dampak penyebaran yang lebih besar dari satu. Pola ini terlihat sama pada Tahun 2003, namun sektor-sektor yang memiliki indeks kepekaan dan daya penyebaran lebih besar dari satu sekaligus berkurang, sedangkan sektor-sektor yang memiliki indeks kepekaan dan daya penyebaran lebih rendah dari satu sekaligus bertambah. 200 2. Tahun 1993 sebagian besar sektor-sektor industri pengolahan tersebut memiliki indeks efek keluasan ke depan dan ke belakang yang kurang dari satu sekaligus. Sedangkan sebagaian besar sektor-sektor pertanian dan jasa- jasa memiliki salah satu indeks efek keluasan yang kurang dari satu. Pola ini terlihat sama pada Tahun 2003, namun sektor-sektor yang memiliki indeks efek keluasan ke depan dan ke belakang kurang dari satu sekaligus bertambah, sedangkan sektor-sektor yang memiliki indeks efek keluasan ke depan dan ke belakang kurang dari satu sekaligus berkurang. 3. Sektor industri pengolahan yang memiliki indeks kepekaan dan daya penyebaran lebih besar dari satu sekaligus selama periode tahun 1993-2003 adalah : Industri Makanan, Minuman dan Tembakau; Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki; dan Industri Logam Dasar dan Barang Jadi Logam. Ketiga sektor ini tahun 2003 memiliki indeks efek keluasan ke depan dan ke belakang kurang dari satu sekaligus. Sedangkan sektor pertanian yang memiliki kedua indeks penyebaran sekaligus yang lebih rendah dari satu, seperti : Perkebunan; Kehutanan; dan Perikanan. Ketiga sektor ini memiliki indeks efek keluasan ke depan dan ke belakang lebih besar dari satu sekaligus. 4. Merujuk kepada perkembangan peringkat lima besar secara total selama periode tahun 1993-2003 dapat diidentifikasi sektor yang berada pada peringkat lima besar berturut-turut adalah : 1 Jasa-Jasa; 2 Peternakan; 3 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau; 4 Perdagangan, Hotel dan Restoran; dan 5 Perkebunan. Kelima sektor ini selanjutnya dalam penelitian ini dikatakan sebagai sektor yang potensial 5. Berdasarkan dekomposisi pengganda, kelima sektor yang masuk dalam peringkat lima besar memiliki karakteristik sebagai berikut : 1 sektor 201 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau bersifat capital intensive lebih besar bersifat open loop, berkontribusi lebih besar kepada pendapatan rumahtangga golongan rendah di desa lebih besar bersifat open loop dan memiliki 201 keterkaitan yang lebih besar dengan sektor pertanian; 2 kedua subsektor pertanian bersifat capital intensive lebih besar bersifat open loop, berkontribusi lebih besar kepada pendapatan rumahtangga buruh tani lebih besar bersifat open loop dan memiliki keterkaitan yang lebih besar dengan sektor industri pengolahan; dan 3 kedua subsektor lainnya bersifat capital intensive lebih besar bersifat open loop, berkontribusi lebih besarmasing- masing kepada pendapatan rumahtangga golongan rendah di desa dan golongan atas di kota lebih besar bersifat open loop dan memiliki keterkaitan yang lebih besar dengan sektor industri pengolahan. 6. Berdasarkan SPA ditunjukkan, Pertama, jalur dari masing-masing kelima sektor potensial, baik melalui faktor produksi baik tenaga kerja dan modal menuju kelompok rumahtangga akan memberikan pengaruh total untuk : 1 buruh tani, masing-masing berkisar 1-89 dan 1-13 persen, 2 Pengusaha Pertanian, masing-masing berkisar 10-38 dan 17-59 persen, 3 golongan rendah di desa, masing-masing berkisar 15-52 dan 11-46 persen, 4 penerima pendapatan di desa, masing-masing berkisar 6-27 dan 12-46 persen, 5 golongan atas di desa, masing-masing berkisar 2-64 dan 7-40 persen, 6 golongan rendah di kota, masing-masing berkisar 1-51 dan 8-42 persen, 7 penerima pendapatan di kota, masing-masing berkisar 2-62 dan 6-39 persen, dan 8 golongan atas di kota, masing-masing berkisar 24-70 dan 4-24 persen. Kedua, seluruh kelompok rumahtangga mendapatkan pengaruh total baik melalui faktor produksi baik tenaga kerja dan modal, kecuali golongan rumahtangga pengusaha pertanian dan rumahtangga penerima pendapatan di desa.

VII. DAMPAK STIMULUS EKONOMI TERHADAP OUTPUT, PENYERAPAN

TENAGA KERJA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA

7.1. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Output

Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya simulasi dampak stimulus ekonomi yang dimaksud dalam hal ini adalah peningkatan investasi dan pendapatan rumahtangga berpenghasilan rendah. Kemudian terdapat 5 Lima sektor potensial di provinsi Jawa Barat. Sehubungan dengan itu maka analisis dampak stimulus ekonomi tersebut terhadap output pada pembahasan berikut difokuskan terhadap sektor-sektor potensial tersebut. Hasil analisis simulasi dampak peningkatan investasi kelima sektor potensial, pendapatan rumahtangga berpenghasilan rendah dan kombinasinya terhadap ouput di provinsi Jawa Barat diperlihatkan pada Tabel 23. Berdasarkan Tabel 23 diperlihatkan, Pertama, dampak peningkatan investasi sebesar 1 triliun rupiah ke masing-masing sektor potensial simulasi 1, 2, 3, 4 dan 5 menunjukkan hasil yang normal. Peningkatan sebesar 1 triliun rupiah pada sektor Perkebunan simulasi 1 akan meningkatkan pendapatan sektornya sendiri yang lebih besar. Pola yang sama ditunjukkan juga dari dampak peningkatan investasi sebesar 1 triliun rupiah masing-masing pada sektor : Peternakan simulasi 2, Industri Makanan, Minuman dan Tembakau simulasi 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran simulasi 4 dan Jasa-Jasa simulasi 5. Dari kelimanya, hasil simulasi 2 dan simulasi 5 akan menumbuhkan total output relatif lebih besar, yaitu 0.49 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa