235 Tabel 24.
Lanjutan
Perubahan Simulasi 9
Simulasi 10 Simulasi 11
Simulasi 12 Simulasi 13
Simulasi 14 Simulasi 15
Nilai Orang
Nilai Orang
Nilai Orang
Nilai Orang
Nilai Orang
Nilai Orang
Nilai Orang
37937 1.11
77931 2.28
108456 3.18 144978
4.25 95369
2.80 93536
2.74 104054
3.05 24329
5.77 209324
49.6 5
76774 18.21 92576
21.96 83184
19.73 74455
17.66 107263
25.44 15877 3.35
34066 7.20 99854 21.10
67173 14.19 45226 9.56
40473 8.55 57358 12.12
14630 34.0
8 33236
77.4 2
45766 106.6
0 54744 127.5
2 51486
119.9 3
47289 110.1
5 46504
108.3 2
13302 5.30
29089 11.5
9 40979
16.33 52526 20.93
41894 16.69
37440 14.92
40386 16.09
531 0.77
1286 1.86
1582 2.29 1796
2.60 1742
2.52 1716
2.49 1624
2.35 1763
1.07 3857
2.34 6301 3.82 10213 6.19
4574 2.77 4360 2.64
5861 3.55 2961
0.42 6715
0.95 7542
1.07 7855 1.12
8543 1.21
8008 1.14
7733 1.10
498 2.67
1161 6.23
1477 7.92 1700
9.11 1898
10.18 1583
8.49 1564
8.39 1197
1.44 2766 3.32 3568
4.29 4162 5.00 4707
5.66 4163 5.00 3873
4.66 1615
0.57 4469
1.58 4488
1.59 4893 1.73
4951 1.75
4970 1.76
4754 1.68
763 1.72
1833 4.12
2272 5.11 2585
5.81 2505
5.63 2465
5.54 2332
5.24 779
1.70 1845 4.02 2370
5.16 2752 5.99 2831
6.17 2561 5.58 2472
5.38 1101
0.18 2570
0.42 2886
0.47 3008 0.49
3300 0.54
3620 0.59
3077 0.50
12061 2.90
27613 6.64
38077 9.15 47696
11.47 40105
9.64 36064
8.67 37911
9.11 336
0.90 813
2.19 992 2.67
1094 2.95 1180 3.17
1117 3.00 1039 2.80
5957 0.75
14326 1.80
17359 2.18 19521
2.45 22120
2.77 19917
2.50 18649
2.34 15366
0.46 33380
1.00 41268
1.24 43408 1.30
85134 2.56
42278 1.27
49094 1.48
7608 0.68
19601 1.76
24328 2.18 27158
2.43 29249
2.62 30636
2.75 26194
2.35 2140
0.93 5383 2.35 6923
3.02 7999 3.49 8674
3.79 8418 3.68 7479
3.27 11785
0.66 29738
1.65 37185
2.07 42097 2.34
43277 2.41
94432 5.25
49346 2.74
172535 1.20 541002
3.77 570446 3.98 639934 4.46 581950 4.06 559501 3.90 578567 4.03
210
Berdasarkan Tabel 24 diperlihatkan, Pertama, hasil simulasi 1 menunjukkan tenaga kerja yang diserap dari sektor itu sendiri akan tumbuh lebih
besar. Sedangkan hasil simulasi 2-5 akan menunjukkan hasil yang sama-sama menumbuhkan penyerapan tenaga kerja yang lebih besar kepada sektor
Kehutanan. Namun demikian tingkat pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor Kehutanan yang dihasilkan bervariasi, dimana hasil dari simulasi 3 adalah relatif
lebih besar, yaitu 93.44 persen dibandingkan dengan hasil simulasi 2; 4; dan 5, yaitu berturut-turut sebesar 72.53; 85.85; dan 76.07. Selanjutnya dapat
dikemukakan bahwa secara agregat tenaga kerja yang terserap berdasarkan hasil simulasi 3 akan tumbuh lebih besar, yaitu 3.26 persen, dibandingkan dengan hasil
keempat simulasi lainnya, yaitu berturut-turut sebesar 2.57; 2.77; 2.85; dan 2.70 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa secara agregat penyerapan tenaga
kerja di provinsi Jawa Barat akan tumbuh lebih besar sekiranya investasi ditanamkan kepada sektor Industri, Makanan dan Minuman.
Kedua, hasil simulasi 6 menunjukkan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang lebih besar kepada sektor Kehutanan yang memiliki kesamaan
dengan hasil simulasi 2-5. Tingkat pertumbuhannya adalah 74.24 persen, relatif lebih besar dibandingkan dengan hasil simulasi 2, namun relatif lebih rendah
dibandingkan hasil simulasi 3-5. Kemudian secara agregat penyerapan tenaga kerja akan tumbuh 2.83 persen, relatif lebih besar dibandingkan hasil simulasi 1;
2; dan 5, namun relatif lebih rendah dibandingkan hasil simulasi 3 dan 4. Hal ini mengindikasikan bahwa alternatif lain untuk mendorong pertumbuhan penyerapan
tenaga kerja secara agregat yang lebih besar di provinsi Jawa Barat adalah dengan
211
menanamkan investasi yang dididistribukan secara merata kepada sektor potensial.
Ketiga, hasil simulasi 7 dan 9 memberikan dampak yang sama-sama akan menumbuhkan penyerapan tenaga kerja sektor Kehutanan yang lebih besar yang
memiliki kesamaan dengan hasil simulasi sebelumnya, kecuali simulasi 1. Tingkat pertumbuhannya berdasarkan hasil simulasi 7 lebih besar, yaitu 75.26
persen dibandingkan dengan hasil simulasi 9, yaitu sebesar 34.08 persen. Kemudian secara agregat penyerapan tenaga kerja akan tumbuh berturut-turut
sebesar 2.62 dan 1.20 persen, lebih rendah dibandingkan dengan hasil simulasi 2-6. Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian stimulus berupa transfer payment
memiliki kualitas yang rendah dalam upaya mendorong tingkat pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi di provinsi Jawa Barat.
Keempat, hasil simulasi 8 akan menumbuhkan penyerapan tenaga kerja sektor Kehutanan yang lebih besar yang memiliki kesamaan dengan hasil
simulasi sebelumnya, kecuali simulasi 1. Hasil simulasi ini memberikan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja secara agregat sebesar 2.80 persen, lebih
rendah dari hasil simulasi 3; 4; dan 6, dan lebih tinggi dari hasil simulasi 1; 2; 5; dan 7.
Kelima, hasil simulasi 10-14 menunjukkan hasil yang sama-sama menumbuhkan penyerapan tenaga kerja yang lebih besar kepada sektor
Kehutanan. Namun demikian tingkat pertumbuhannya bervariasi, dimana hasil dari simulasi 12 adalah relatif lebih besar, yaitu 127.52 persen, dibandingkan
dengan hasil simulasi 10; 11; 13; dan 14, yaitu berturut-turut sebesar 77.42; 106.60; 119.99; dan 110.15 persen. Perbedaan lainnya adalah penyerapan tenaga
212
kerja yang dihasilkan secara agregat juga bervariasi, dimana hasil dari simulasi 12 adalah relatif lebih besar, yaitu 4.46 persen, dibandingkan dengan hasil
simulasi 10; 11; 13; dan 14, yaitu berturut-turut sebesar 3.77; 3.98; 4.06; dan 3.90 persen.
Keenam, hasil simulasi 15 menunjukkan juga hasil yang lebih besar penyerapan tenaga kerja kepada sektor Kehutanan. Tingkat pertumbuhannya
sebesar 108.32 persen, relatif lebih rendah dibandingkan dengan hasil simulasi 12; 13; dan 14 akan tetapi relatif lebih tinggi dibanding dengan hasil simulasi lainnya,
kecuali simulasi 1. Selain itu dapat dikemukakan bahwa secara agregat penyerapan tenaga kerja akan tumbuh dari hasil simulasi ini mencapai 4.03
persen, relatif lebih rendah dibandingkan dengan hasil simulasi 12 dan 13, dan lebih tinggi dari hasil simulasi lainnya.
7.3. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga