Penetapan Tahun Dasar Rekonsiliasi Akhir

110 Membangun neraca endogen dan neraca eksogen sebagaimana terlihat pada Tabel SAM provinsi Jawa Barat tersebut dibutuhkan beberapa tahapan. Secara berurutan tahapan-tahapan yang dimaksud adalah : 1 penetapan tahun dasar, 2 pendefinisian klasifikasi, khususnya untuk neraca faktor produksi, neraca institusi, dan neraca aktivitas, 3 tabulasi dan identifikasi sumber data, dan 4 koreksi kesalahan estimasi data dan pembentukan keseimbangan.

4.3.1. Penetapan Tahun Dasar

Tahun dasar pembuatan SAM Jawa Barat ditetapkan dalam penelitian ini adalah Tahun 1993 dan 2003. Yang menjadi suatu pertimbangan bahwa tahun tersebut ditetapkan sebagai tahun dasar adalah, Pertama, tahun 1993 merupakan masa dimulai terjadinya perubahan struktural ekonomi di Provinsi Jawa Barat, dan Kedua, ketersediaan data, terutama data IO Provinsi Jawa Barat yang terbaru dalam publikasi adalah tahun 2003, yang memungkinkan pembuatan SAM berikutnya adalah tahun 2003.

4.3.2. Pendefinisian Klasifikasi

Ketersediaan data merupakan salah satu pertimbangan yang sangat besar dalam proses pembuatan SAM Jawa Barat saat ini. Mengingat data-data yang dibutuhkan sepertinya belum banyak tersedia di propinsi Jawa Barat, sementara penelitian ini hanya memanfaatkan data-data sekunder, sehingga klasifikasi yang ditentukan khususnya dalam neraca faktor produksi dan neraca institusi, sangatlah minim. Meskipun demikian, diharapkan penetapan klasifikasi yang minim tersebut dapat menghasilkan output penelitian yang optimal. Klasifikasi yang ditetapkan mengikuti pola SAM provinsi Jawa Barat Tahun 1999, akan tetapi berbeda pada neraca aktivitas produksi. Dalam hal ini sektor Pertanian didisagregasi menjadi lima 5, sektor Industri Pengolahan didisagregasi menjadi 111 sembilan 9 sektor dan sektor yang lainnya tidak, oleh karena itu terdapat 21 sektor produksi. Pendisagregasian ini dilakukan sesuai tujuan penelitian. 4.3.3. Konsep dan Definisi Secara garis besar konsep dan definisi dari klasifikasi kerangka SAM propinsi Jawa Barat Tahun 1993 dan 2003 dapat dijelaskan sebagai berikut.

4.3.3.1. Klasifikasi Neraca Faktor Produksi

Klasifikasi neraca faktor produksi dibedakan atas faktor produksi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja modal. Selanjutnya faktor produksi tenaga kerja dibedakan menurut jenis dan status pekerjaan dari tenaga kerja.

1. Tenaga Kerja yang Bekerja Di Sektor Pertanian

Termasuk di dalam klasifikasi tenaga kerja yang bekerja di sektor Pertanian adalah tenaga kerja yang bekerja subsektor Perkebunan, Perikanan, Kehutanan, Perburuan dan Penangkapan Hewan dan usaha-usaha yang berhubungan dengan sektor Pertanian jasa Pertanian. Tenaga kerja di sektor ini dapat berupa tenaga kerja yang bekerja sendiri atau pekerja keluarga unpaid workers, atau pekerja yang dibayar buruh atau paid workers, baik yang bekerja sebagai manajer, pengawas atau pun sebagai buruh biasa.

2. Tenaga Kerja yang Bekerja Di Sektor Industri Pengolahan

Termasuk di dalam klasifikasi tenaga kerja yang bekerja di sektor Industri Pengolahan adalah tenaga kerja yang bekerja di semua sektor Industri Pengolahan, seperti Industri Tekstil, Industri Garmen, Industri Makanan dan Minuman, Industri Pesawat Terbang, dan sebagainya. Tenaga kerja di sektor ini dapat berupa tenaga kerja yang bekerja sendiri atau pekerja keluarga unpaid 112 workers, atau pekerja yang dibayar buruh atau paid workers, baik yang bekerja sebagai manajer, pengawas atau pun sebagai buruh biasa.

3. Tenaga Kerja yang Bekerja Di Sektor Lainnya

Termasuk di dalam klasifikasi tenaga kerja ini adalah mereka yang bekerja selain di sektor Pertanian dan sektor Industri Pengolahan, biasanya di sektor Jasa seperti Tranportasi, Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sebagainya. Tenaga kerja di sektor ini dapat berupa tenaga kerja yang bekerja sendiri atau pekerja keluarga unpaid workers, atau pekerja yang dibayar buruh atau paid workers, baik yang bekerja sebagai manajer, pengawas, atau pun sebagai burah biasa.

4.3.3.2. Klasifikasi Neraca Institusi

Klasifikasi neraca institusi dibedakan atas 3 klasifikasi yaitu : pemerintah, swasta dan rumahtangga.

1. Pemerintah

Yang dimaksud dengan pemerintah di sini adalah pemerintah daerah propinsi Jawa Barat.

2. Swasta

Yang dimaksud dengan swasta di sini adalah swasta yang menjalankan operasi bisnis mereka di propinsi Jawa Barat.

3. Rumahtangga

Yang dimaksud dengan rumahtangga di sini adalah rurnahtangga yang berdomisili di propinsi Jawa Barat. Pengertian rumahtangga dalam kerangka SAM mengikuti konsep rumahtangga yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik BPS, yaitu sekelompok orang yang tinggal dalam satu atap dan makan dari satu dapur. 113 Selanjutnya rumahtangga dalam SAM propinsi Jawa Barat 1993 dan 2003 ukuran 38 sektor dirinci menjadi 8 golongan rumahtangga mengikuti pola SAM provinsi Jawa Barat Tahun 1999. Adapun pengertian golongan rumahtangga tersebut dinyatakan sebagai berikut : a. Rumahtangga buruh tani, yaitu rumahtangga dimana kepala rumahtangga bekerja di sektor Pertanian atau penerima pendapatan terbesar diterima dari hasil balas jasa bekerja sebagai buruh tani. b. Rumahtangga pengusaha Pertanian agricultural operators, yaitu rumahtangga dimana kepala rumahtangga bekerja di sektor Pertanian atau penerima pendapatan terbesar diterima dari hasil balas jasa bekerja sebagai pengusaha pertanian. c. Rumahtangga bukan pertanian golongan bawah di desa, yaitu rumahtangga dimana kepala rumahtangga bekeria di sektor bukan pertanian atau penerima pendapatan terbesar diterima dari hasil balas jasa bekerja di sektor bukan pertanian, rumahtangga tersebut berdomisili di desa. Termasuk dalam golongan rumahtangga ini adalah rumahtangga yang memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari bekerja sebagai pedagang keliling, warteg, tenaga tata-usaha golongan rendah, pekerja bebas sektor angkutan seperti supir bis, kondekur bis, pekerja bebas sektor jasa perorangan, pekerja kasar, atau yang sejenis. d. Rumahtangga bukan pertanian penerima pendapatan di desa, yaitu rumahtangga dimana kepala rumahtangga sudah tidak bekerja lagi atau telah pensiun, rumahtangga tersebut berdomisili di desa. e. Rumahtangga bukan pertanian golongan atas di desa, yaitu rumahtangga dimana kepala rumahtangga bekerja di sektor bukan pertanian atau penerima pendapatan terbesar diterima dari hasil balas jasa bekerja di sektor bukan 114 pertanian, rumahtangga tersebut berdomisili di desa. Termasuk dalam golongan rumahtangga ini adalah rumahtangga yang memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari bekerja sebagai manajer, profesional seperti akuntan, dokter, militer, guru, dosenguru besar, pekerja tata usaha dan penjualan golongan atas, atau yang sejenis. f. Rumahtangga bukan pertanian golongan bawah di kota, yaitu rumahtangga dimana kepala rumahtangga bekerja di sektor bukan pertanian atau penerima pendapatan terbesar diterima dari hasil balas jasa bekerja di sektor bukan pertanian, rumahtangga tersebut berdomisili di kota. Termasuk dalam golongan rumahtangga ini adalah rumahtangga yang memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari bekerja sebagai pedagang keliling, pedagang warteg, tenaga tata-usaha golongan rendah, pekerja bebas sektor angkutan seperti supir bis, kondektur bis, pekerja bebas sektor jasa perorangan, pekerja kasar, atau yang sejenis. g. Rumahtangga bukan pertanian penerima pendapatan di kota, yaitu rumahtangga dimana kepala rumahtangga sudah tidak bekerja lagi atau telah pensiun, rumahtangga tersebut berdomisili di kota. h. Rumahtangga bukan pertanian golongan atas di kota, yaitu rumahtangga dimana kepala rumahtangga bekerja di sektor bukan pertanian atau penerima pendapatan terbesar diterima dari hasil balas jasa bekeda di sektor bukan pertanian, rumahtangga tersebut berdomisili di kota. Termasuk dalarn golongan rumahtangga ini adalah rumahtangga yaiig memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari bekerja sebagai manajer, profesional seperti akuntan, 115 dokter, militer, guru, dosenguru besar, pekerja tata usaha dan penjualan golongan atas, atau yang sejenis. 1 Pendapatan Rumahtangga Pendapatan rumahtangga adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga bersangkutan, baik yang berasal dari pendapatan kepala rumahtangga maupun pendapatan anggota-anggota rumahtangga. Pendapatan rumahtangga dapat berasal dari balas jasa faktor produksi tenagakerja upah dan gaji, keuntungan, bonus dan lain-lain, balas jasa kapital bunga, dividen, bagi hasil dan lain-lain dan pendapatan yang berasal dari pernberian pihak lain transfer. 2 Anggota Rumahtangga Anggota rumahtangga adalah mereka yang bertempat tinggal dan menjadi tanggungan rumahtangga bersangkutan. Anggota rumahtangga yang telah berdomisili di wilayah lain lebih dari enam bulan dianggap bukan lagi menjadi anggota rumahtangga tersebut. 3 Tabungan Rumahtangga Tabungan rumahtangga adalah pendapatan rumahtangga yang tidak dikonsumsi habis. Tabungan merupakan selisih pendapatan dengan pengeluaran rumahtangga. Dalam kerangka SAM, tabungan rumahtangga masih merupakan konsep bruto karena masih mengandung unsur penyusutan barang modal yang digunakan untuk usaha rumahtangga.

4.3.3.3. Klasifikasi Sektor Produksi

116 Klasifikasi sektor produksi dalam kerangka SAM propinsi Jawa Barat tahun 1993 dan 2003 merupakan penggabungan beberapa klasifikasi lapangan usaha yang terdapat pada tabel IO propinsi Jawa Barat menjadi klasifikasi sendiri yang terdiri dari 21 kegiatansektor.

4.3.3.4. Klasifikasi Neraca Lainnya

Klasifikasi neraca lain dalam kerangka ini meliputi margin perdagangan dan pengangkutan, neraca kapital, pajak tidak langsung dan neraca luar negeri atau luar propinsi Jawa Barat. 4.3.4. Tabulasi Data dan Identifikasi Sumber Data Pada bagian ini dilakukan pengidentifikasian sumber data untuk mengisi tiap-tiap sel transaksi. Secara garis besarnya sel-sel transaksi yang akan diisi dapat dilihat pada Tabel 5. Sumber data utama dalam membangun SAM Jawa Barat adalah tabel IO provinsi Jawa Barat Tahun 1993 dan 2003, oleh karena itu pengisian sel SAM provinsi Jawa Barat dimulai tersebut dengan memasukkan masing-masing Tabel IO provinsi Jawa Barat ke dalam sel matrik T 16 , T 26 , T 58 , T 63 , T 65 , T 66 , T 67 , T 69 , T 86 , dan T 96 . Adapun untuk matrik-matrik lainnya, sumber informasi lain dibutuhkan. Sel matrik T 31 , T 32 , T 33 , T 34 , dan T 73 diperoleh berdasarkan informasi dari SUSENAS atau SKTIR provinsi Jawa Barat, Statistik keuangan Jawa Barat, APBD dan Kantor Pajak Wilayah DJP Jawa Bagian Barat I dan II dibutuhkan untuk mengisi sel matrik T 35 , T 52 , T 53 , T 54 , T 55 dan T 72 . Survei Industri dan Survei Khusus Pembentukan Modal SKPM dibutuhkan untuk mengisi sel matrik T 44 dan T 74 . 117 Sebagaimana diketahui dalam beberapa kasus sering kali tidak tersedia data untuk mengisi suatu sel matrik transaksi. Salah satu cara estimasi yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan sifat keseimbangan tabulasi yang harus dimiliki oleh SAM dan proporsi dari tabel SAM yang telah dipublikasikan sebelumnya, yaitu tabel SAM provinsi Jawa Barat Tahun 1999. Sel matrik yang 140 Tabel 5. Kerangka Dasar SAM Provinsi Jawa Barat F.Produksi Institusi Sektor Produksi Neraca Kapital Pajak Tak Langsung Neraca Luar Negeri T.Kerja Modal R.Tangga Perusahaan Pemerintah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 F.Produksi T.Kerja 1 T 16 T 19 Modal 2 T 26 Institusi R.Tangga 3 T 31 T 32 T 33 T 34 T 35 T 39 Perusahaan 4 T 44 Pemerintah 5 T 52 T 53 T 54 T 55 T 58 Sektor Produksi 6 T 63 T 65 T 66 T 67 T 69 Neraca Kapital 7 T 73 T 74 T 75 Pajak Tak Langsung 8 T 86 Neraca Luar Negeri 9 T 91 T 93 T 96 T 97 118 diestimasi dengan memanfaatkan sifat keseimbangan tersebut adalah : T 91 , T 93 , T 97 , T 19 dan T 39 . Setelah seluruh estimasi data awal dilakukan, maka dilakukan tabulasi dengan pengisian sel-sel matrik yang telah direncanakan. Pada dasarnya setelah proses ini dilakukan, SAM Jawa Barat bentuk awal telah terbentuk. Namun demikian, urutan kegiatan dalam mengisi nilai tiap-tiap sel masih menjadi bahan perdebatan. 4.3.5. Koreksi Kesalahan Estimasi Data Dan Pembentukan Keseimbangan Pada bagian ini dilakukan, Pertama, koreksi terhadap nilai tabulasi dalam SAM yang tidak logis. Pada bagian ini, setiap sel yang ada dalam SAM Jawa Barat diamati. Angka yang tampak tidak logis, misalnya terlalu besar atau kecil, dilakukan pengecekan ulang dengan menggunakan sumber informasi lain. Dan, Kedua, koreksi untuk menjamin bentuk keseimbangan SAM. Pada bagian ini, setiap sel dalam SAM Jawa Barat harus dikoreksi sehingga jumlah kolom dan jumlah baris untuk setiap neraca sama. Menyeimbangkan seluruh neraca menggunakan perhitungan tangan maupun matematis, seperti program linier atau dengan menggunakan algoritma. Adapun bentuk kesimbangan yang dilakukan dalam hal ini dengan metode Cross-Entropy CE.

4.3.6. Rekonsiliasi Akhir

Langkah rekonsiliasi ini sebenarnya telah dimulai pada saat mengisi masing-masing blok SAM. Tahap rekonsiliasi yang pertama kali dilakukan adalah menentukan cara estimasi yang sama untuk jumlah rumahtangga dan jumlah populasi pada masing-masing kelompok. Langkah ini dilakukan untuk membuat 119 perhitungan relatif pendapatan dan pengeluaran per kapita atau per rumahtangga. Tahap rekonsiliasi yang kedua adalah menentukan beberapa blok yang lebih reliabel dari pada yang lain. Penentuan blok yang lebih reliabel atau tidak didasarkan atas sumber data yang diperoleh dalam pembentukan blok tersebut. Blok-blok yang lebih reliabel nantinya akan menjadi pedoman apabila ada langkah-langkah penyesuaian yang perfu dilakukan dalam penyempurnaan SAM. Tahapan rekonsiliasi yang ketiga adalah menyeimbangkan seluruh neraca menggunakan perhitungan tangan maupun matematis, seperti program linier atau dengan menggunakan algoritma. Adapun yang dimaksud dengan rekonsiliasi akhir adalah pengecekan kembali tahapan rekonsiliasi yang dilakukan setelah semua blok dalam SAM sudah terisi.

4.4. Metode Analisis

4.4.1. Analisis Ekonometrika

Analisis ekonometrika digunakan untuk menentukan pola perubahan struktural. Dalam studi ini analisis mengadopsi model yang dikembangkan oleh Daryanto 1999. Model ini dibangun berdasarkan pendekatan ekonometrik berbentuk regresi persamaan tunggal Syrquin-Chenery 1989, tetapi berbeda terutama dalam pendugaan variabel endogennya. Dalam model ini variabel endogen yang diduga adalah terdiri dari sektor Pertanian, Industri Pengolahan dan Jasa di luar sektor Pertanian dan Jasa. Model ini ditunjukkan sebagai berikut : lnGDP it = a j + b 1i lnYPC t + b 2i lnPOP t + b 3i lnO + e t …………. 4.1 lnEMP it = a j + b 1i lnYPC t + b 2i lnPOP t + b 3i lnO + e t …………. 4.2 dimana :