Perspektif Pembangunan Ekonomi TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perspektif Pembangunan Ekonomi

Sebagaimana diketahui semua negara di dunia kerap bekerja keras untuk melaksanakan pembangunan. Secara umum kemajuan ekonomi merupakan komponen utama pembangunan, namun bukan satu-satunya komponen. Todaro 2000 menyatakan bahwa pembangunan itu bukan hanya fenomena ekonomi, karena pada akhirnya proses pembangunan harus mampu membawa umat manusia melampaui pengutamaan materi dan aspek-aspek keuangan dari kehidupannya sehari-hari. Berdasarkan pengertian tersebut, proses pembangunan selain meningkatkan pendapatan dan output, juga berkenaan dengan serangkaian perubahan yang bersifat mendasar atas struktur-struktur kelembagaan, sosial, adminstrasi, sikap-sikap masyarakat dan bahkan seringkali juga menjangkau adat- istiadat, kebiasaan dan sistem kepercayaan yang hidup dalam masyarakat yang bersangkutan. Pembahasan tentang pembangunan sebagai suatu disiplin ilmu tercakup dalam ilmu ekonomi pembangunan development economics. Tujuannya mengacu pada masalah-masalah perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang Arndt, 1992; Arief, 1998; Todaro, 2000; dan Jhingan, 2003. Menurut Arief 1998 disiplin ekonomi pembangunan mulai berkembang di belahan dunia barat sejak PD II Perang Dunia Kedua berakhir. Namun menurut Arsyad 1999 Studi tentang pembangunan ekonomi sebenarnya bukanlah suatu perkembangan baru dalam disiplin ilmu ekonomi. Akan lebih tepat jika dikatakan bahwa analisis tentang pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh para ekonom 14 sekarang ini merupakan suatu “kebangkitan kembali” untuk memperhatikan masalah-masalah yang dianalisis para ekonom pada masa lalu. Berdasarkan ilmu ekonomi pembangunan, telah diketahui bahwa dalam sejarah perekonomian terdapat berbagai mazhab yang memiliki pandangan yang berbeda terhadap konsep pembangunan ekonomi Gillis et.al., 1992; Kasliwal, 1995; Hess and Ross, 1997; Todaro, 2000; dan Jhingan, 2003. Todaro 2000 menyatakan bahwa konsep pembangunan ekonomi pasca PD II didominasi oleh aliran pemikiran yang bersaing satu sama lain yang dikategorikan dalam empat pendekatan sebagai berikut : 1. Model-model pertumbuhan-bertahap-linier linier-stage-of-growth model 2. Kelompok teori dan pola-pola perubahan struktural the structural change theories and patterns 3. Revolusi ketergantungan internasional international dependence revolution 4. Kontrarevolusi pasar bebas neoklasik neoclassical free-market counterrevolution Tahap-tahap pertumbuhan Rostow dan model pertumbuhan Harrod-Domar merupakan aliran pemikiran yang termasuk dalam pendekatan pertama. Menurut Todaro 2000 pendekatan tersebut, yang mengemuka pada dekade 1950 dan 1960-an, cenderung memandang proses pembangunan sebagai serangkaian tahapan pertumbuhan ekonomi yang berurutan, yang sudah barang tentu akan dialami oleh setiap negara yang menjalankan pembangunan. Pada dasarnya, pandangan ini merupakan suatu bentuk teori ekonomi yang menyoroti pembangunan sebagai paduan dan kuantitas tabungan nasional, penanaman modal dan bantuan asing dalam jumlah yang tepat. Faktor-faktor itu sedapat mungkin 15 harus diupayakan serta diadakan oleh negara-negara dunia ketiga agar dapat menapaki jalur-jalur pertumbuhan ekonomi modern yang menurut sejarahnya telah dilalui dengan sukses oleh negara-negara yang sekarang terlihat maju. Aliran pemikiran yang dikategorikan dalam pendekatan kedua yang berlaku pada dekade 1970-an didukung oleh ekonom-ekonom yang sangat terkemuka seperti W. Arthur Lewis, yang terkenal dengan model teoretisnya tentang “surplus tenaga kerja dua sektor two sector surplus labor”, dan H.B. Chenery, yang sangat terkenal dengan analisis empirisnya tentang “pola-pola pembangunan patterns of development”. Aliran pemikiran ini menitikberatkan pada teori dan pola perubahan struktural. Kemudian mereka menggunakan teori-teori ekonomi modern dan analisis statistik guna melukiskan proses struktural internal yang harus dialami oleh negara-negara berkembang agar mampu dan berhasil menciptakan serta sekaligus memperlihatkan pertumbuhan ekonominya yang cepat. Aliran pemikiran yang dikategorikan dalam pendekatan ketiga sebenarnya terpecah menjadi sejumlah besar aliran, namun demikian menurut Todaro 2000 hal itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga aliran pemikiran, yaitu : 1 model ketergantungan neokolonial neocolonial dependence model, 2 model paradigma palsu false-paradigm model, dan 3 tesis pembangunan-dualistik dualistic-development thesis. Aliran tersebut bersifat radikal dan lebih berorientasi politik. Revolusi pendekatan ini memandang keterbelakangan negara-negara berkembang sebagai akibat pola hubungan kekuasaan internasional yang tidak adil, dimana dalam menjalankan operasinya juga dibantu oleh segmen-segmen domestik tertentu. Aspek-aspek kelembagaan dan ekonomi dari pola hubungan itu dianggap sangat ketat sehingga sulit diubah. Sebagai akibatnya, 16 perekonomian dan masyarakat, baik dalam skala domestik maupun internasional, yang bersifat dualistik saling bertentangan semakin banyak bermunculan. Teori-teori ketergantungan cenderung untuk menekankan keberadaan dan bahaya kendala-kendala institusional, baik itu yang bersifat internal maupun eksternal yang kesemuanya berdimensikan politik terhadap keseluruhan pelaksanaan proses pembangunan ekononomi. Disadari atau tidak, batasan atau kendala-kendala institusional itu senantiasa menghalangi upaya sebagian besar negara-negara berkembang dalam meraih kemajuan ekonomi. Teori ini menaruh perhatian utama terhadap pentingnya menyusun kebijakan baru untuk menghapuskan kemiskinan secara total, menyediakan kesempatan kerja yang lebih bervariasi dan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan. Menurut pendekatan ini, tujuan tersebut dan tujuan-tujuan lainnya yang bersifat egalitarian hanya akan berhasil dicapai dalam suatu konteks lingkup perekonomian yang sehat dan berkembang pesat. Akan tetapi teori ini cenderung menyangsikan bahwasanya pertumbuhan ekonomi akan dapat diraih melalui cara-cara yang dianjurkan secara gencar oleh model-model pertumbuhan bertahap linier maupun teori-teori perubahan struktural. Sepanjang dekade 1980-an nyaris yang paling menonjol adalah pendekatan yang keempat. Kontrarevolusi neoklasik seringkali disebut neoliberal dalam pemikiran ekonomi ini menekankan pada peranan menguntungkan yang dimainkan oleh pasar-pasar bebas, perekonomian terbuka dan swastanisasi perusahaan- perusahaan milik pemerintah atau negara yang kebanyakan memang tidak efisien dan boros. Menurut teori ini, kegagalan pembangunan tidak disebabkan oleh kekuatan-kekuatan eksternal maupun internal sebagaimana diyakini oleh para tokoh teoretis ketergantungan, melainkan 17 diakibatkan oleh terlalu banyaknya campur tangan dan regulasi pemerintah dalam kehidupan perekonomian nasional. Akhimya, pada penghujung dekade 1980-an dan awal dekade 1990-an, sejumlah kecil ekonom neoklasik dan institusional mulai mengembangkan apa yang kemudian menjadi pendekatan kelima, yakni yang disebut-sebut sebagai teori baru pertumbuhan ekonomi. Teori ini mencoba memodifikasikan dan mengembangkan teori pertumbuhan tradisional sedemikian rupa sehingga ia dapat menjelaskan mengapa ada sebagian negara yang mampu berkembang begitu cepat sedangkan yang lain begitu sulit atau bahkan mengalami stagnasi kemacetan. Teori baru ini juga bermaksud menjelaskan mengapa meskipun konsep-konsep neoklasik seperti pasar bebas dan otonomi sektor swasta begitu gencar didengungkan, tetapi peranan pemerintah dalam keseluruhan proses pembangunan masih tetap sangat besar.

2.2. Teori Perubahan Struktural