Strategi Promosi Ekspor Produk Primer PEP

38 mendatangkan perubahan dalam pertumbuhan ekonomi di satu daerah atau negara. Pilihan strategi ini akan memberikan ciri tidak saja hanya mempersoalkan perubahan struktur ekonomi, tetapi pilihan sektor potensial yang diletakkan di depan sebagai titik dinamis perubahan ekonomi tersebut. Gillis et.al. 1992 merumuskan strategi pembangunan ekonomi yang meliputi : strategi industri berdasarkan ekspor produk primer primary–export–led growth strategy, PEP, strategi pembangunan industri substitusi impor inward looking strategy dengan penekanan pada import substitution industrialization strategy, ISI dan strategi industri promosi ekspor outward looking strategy dengan penekanan pada export–led industrialization strategy, IPE. Berdasarkan perspektif waktu, strategi PEP diterapkan pada era sebelum tahun 1950-an, strategi ISI menjadi strategi dominan dalam pembangunan ekonomian pada era tahun 1960-an dan strategi IPE berkembang pada era tahun 1970-an ke atas.

2.5.1. Strategi Promosi Ekspor Produk Primer PEP

Gillis et.al. 1992 menyatakan bahwa terdapat tiga manfaat dari strategi PEP menurut para ekonom pada saat itu. Ketiga manfaat tersebut adalah : Pertama, meningkatkan manfaat dari faktor-faktor produksi yang dimiliki suatu negara. Penerapan strategi ini akan memberikan stimulus dalam penggunaan faktor produksi berupa peningkatan intensitas penggunaan lahan dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Kedua, memperluas kepemilikan faktor produksi. Perluasan pasar-pasar potensial untuk produk-produk primer akan meningkatkan pengadaan investasi luar negeri, tabungan domestik, tenaga kerja dan angkatan kerja berkeahlian sebagai komplemen dari faktor-faktor produksi tetap seperti lahan dan sumberdaya alam lainnya. Ketiga, strategi PEP 39 memberikan efek keterkaitan, terutama keterkaitan ke belakang, konsumsi dan fiskal. Keterkaitan ke belakang dapat meningkatkan skala usaha, menurunkan biaya produksi dan menciptakan pasar domesik dan ekspor yang lebih kompetitif. Keterkaitan konsumsi diperlihatkan oleh kenaikan upah tenaga kerja akan meningkatkan permintaan atas pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan lainnya. Sementara itu, keterkaitan fiskal diperlihatkan oleh peningkatan penerimaan pemerintah dari ekspor berupa pajak atau deviden yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan sektor lainnya. Meskipun demikian strategi PEP memiliki berbagai hambatan dalam penerapannya di negara-negara sedang berkembang, dimana ekspor produk- produk primer selain minyak tidak efektif mendorong pembangunan ekonomi. Hal itu disebabkan : 1 pasar untuk produk-produk primer tumbuh melambat untuk meningkatkan pertumbuhan, 2 harga ekspor produk primer yang diterima cenderung menurun, 3 penerimaan tidak stabil berfluktuasi, dan 4 keterkaitan tidak bekerja sebagaimana mestinya Djaimi, 2006. Menurut Prebisch–Singer 1950 dalam Djaimi 2006 menyatakan bahwa tidak hanya pertumbuhan permintaan produk primer yang melambat, dalam jangka panjang harga yang diterima untuk komoditas-komoditas tersebut akan jatuh di pasar dunia relatif terhadap harga impor industri negara sedang berkembang daripada di negara maju. Hal ini terjadi karena ekspor produk primer dari negara sedang berkembang meningkat lebih cepat dari yang dibutuhkan oleh negara-negara industri. Kemudian Behrman 1987 menyatakan bahwa penerimaan ekspor produk primer tidak stabil tersebut akan ditransmisikan ke perekonomian domestik dan membuat permintaan domestik menjadi tidak stabil dan investasi lebih beresiko. 40 Ketidakpastian akses terhadap impor bahan baku, menyebabkan penerimaan ekspor berfluktuasi. Dan Gillis et. al., 1992 menyatakan booming ekspor produk- produk primer mendorong negara-negara berkembang lebih cenderung mengembangkan industri pengolahan mineral barang tambang dengan karakteristik : skala besar, padat modal, teknologi tinggi dan upah yang tinggi. Industri yang dikembangkan ini menciptakan kesempatan kerja yang kecil dan memiliki keterkaitan yang kecil terhadap perekonomian secara keseluruhan.

2.5.2. Strategi Industri Substitusi Impor ISI