Strategi Industri Promosi Ekspor IPE

42 secara umum, sektor pertanian berada pada situasi yang berat dalam posisi “underinvestment”.

2.5.3. Strategi Industri Promosi Ekspor IPE

Inward–looking strategy dari ISI merupakan salah satu cara untuk mempercepat perubahan dalam teori comparative advantage. Pendekatan alternatif adalah outward–looking strategy yang secara langsung mentargetkan untuk mengekspor produk-produk manufaktur. Walaupun substitusi impor merupakan bagian utama dari outward looking strategies, tetapi hanya langkah pertama untuk mewujudkan industri yang kompetitif secara internasional. Outward–looking development berakar dari teori ekonomi Neoklasik, tetapi strategi ini paling banyak dipraktekkan di Asia Timur yang dikenal dengan market–oriented theories of development teori pembangunan berorientasi pasar. Outward–looking development lebih dikenal dengan strategi IPE Gillis et. al., 1992. Menurut Gillis et. al. 1992 memahami strategi IPE dapat dijelaskan melalui tiga prinsip dasar dari sistem ekonomi pasar, yaitu : 1 barang dan jasa harus tersedia sesuai dengan mekanisme pasar, 2 harga harus merefleksikan kelangkaan relatif dari perekonomian, dan 3 kompetisi di dalam maupun di luar pasar domestik. Teori Neoklasik secara ideal menghendaki kontrol pemerintah dan distorsi harga sekecil mungkin. Namun demikian, esensi dari strategi IPE tidak mengabaikan adanya intervesi atau distorsi dalam pasar, dengan kata lain intervensi pemerintah dapat dilakukan apabila terjadi market failure kegagalan pasar. Oleh karenanya, perusahaan-perusahaan swasta menentukan apa yang 43 dihasilkan untuk pasar domestik dan ekspor. Dalam dunia Neoklasik, strategi IPE dinyatakan sebagai keluaran kekuatan pasar. Gambaran ini telah mendominasi literatur pembangunan dan dijadikan formulasi dasar dari program-program utama dari penyesuaian struktural yang lebih berorientasi ke luar Balassa, 1980 dan Djaimi, 2006. Selanjutnya Amsden 1989 menyatakan bahwa learning by doing sebagai prestasi penting bagi sejumlah negara untuk mengadopsi teknologi dalam rangka mengembangkan industri pada abad ke-20. Disamping itu mereka juga harus membangun institusi-institusi ekonomi modern seperti korporasi dan pasar modal. Untuk mewujudkannya, berdasarkan pengalaman Jepang dan Korea Selatan, pemerintah melakukan sejumlah intervensi berupa pengawasan dan subsidi, terutama dalam rangka mengadopsi teknologi baru. Hal ini dilakukan untuk mendorong perusahaan-perusahaan domestik masuk ke pasar ekspor. Intervensi pemerintah dalam mensukseskan strategi IPE perlu dilakukan dengan hati-hati, yang harus diiringi dengan sejumlah latihan dan kedisiplinan para pejabat pemerintah dalam mensukseskannya. Hanya sedikit pemerintah yang cukup terlatih dan disiplin dalam melaksanakan strategi IPE, antara lain Jepang dan empat negara macan Asia Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura. Intervensi seperti ini secara langsung mempengaruhi hubungan antara pejabat pemerintah dan perusahaan swasta, yaitu ketergantungan yang saling menguntungkan antara satu sama lain. Oleh karenanya sangat sulit bagi para pejabat pemerintah untuk tetap objektif dan disiplin dalam memberikan imbalan kepada pemenang dan menghukum yang menyimpang Pack dan Westphal, 1986. 44 Selanjutnya Gillis et. al. 1992 menyatakan bahwa berbagai intervensi yang dilakukan pemerintah dalam mensukseskan strategi IPE. Intervensi tersebut cenderung menyuburkan perilaku rent–seeking dan menimbulkan distorsi seperti yang ditimbulkan oleh strategi ISI. Disamping itu, intervensi pemerintah cenderung menyebabkan high cost economic perekonomian biaya tinggi dan hanya sedikit prospek industri kompetitif secara internasional yang terbentuk.

2.5.4. Strategi Industri