Perdagangan Bahan Bom Ikan

Ketiga, masukkan juga ke dalam botol tersebut beberapa batang besi sebagai campuran pupuk. Fungsi dari batangan besi tersebut adalah menjadi beban agar botol tenggelam ke dalam laut. Ukuran besi adalah 16mm dan 10 cm, sementara berapa banyak jumlah batangan besi yang harus dimasukkan ke dalam botol tergantung besar bomnya. Untuk bom ikan besar 5 liter diperlukan 15 batang besi; untuk bom ikan 2 liter diperlukan 5 batang dan beberapa butir kerikil; dan untuk bom ikan satu liter diperlukan juga 5 batang besi dan beberapa butir kerikil. Jika wadah bom terlalu kecil, misalnya hanya 0,5 liter umumnya hanya digunakan batu-batu kecil sebagai pemberat. Keempat, dipasanglah sumbu yang melekat pada detonator yang berdiri pada penyumbat botol dari gabus. Gabus tersebut menjadi penutup dari botol atau derigen bom ikan.

5.3.1.4 Perdagangan Bahan Bom Ikan

Penjualan material untuk membuat bom ikan adalah ilegal. Jika seorang pedagang atau nelayan tertangkap sedang berdagang bahan pembuat bom ikan, maka dia akan dipenjarakan atau denda dalam jumlah yang besar. Salah seorang penduduk yang berdarah keturunan Tionghoa, Bh telah tiga kali dipenjara karena penggunaan bom ikan. Asal pupuk bahan bom ikan dari Malaysia dan sampai ke Indonesia melalui Pelabuhan Pare-pare. Sesungguhnya pupuk tersebut untuk kegiatan pertanian, khususnya diperuntukkan tanaman Kelapa Sawit. Kabarnya pupuk tersebut akan membuat tanaman kelapa sawit tumbuh subur. Nelayan di Pulau Barrang Lompo menceritakan bahwa pupuk tersebut berkualitas tinggi, yang bila digunakan untuk tanaman apa saja akan membuat tumbuh subur. Bahkan bila pupuk itu ditaburkan di kolam atau tambak, akan membuat ikan-ikan tumbuh besar dengan lebih cepat. Sesungguhnya ada pengawasan yang cukup ketat di pelabuhan Pare-pare dengan jumlah polisi yang cukup banyak. Dalam prosedur pembelian pupuk tersebut tidak semua orang boleh. Pembelian seharusnya dilakukan oleh kelompok petani. Terjadinya pembelian oleh pedagang-pedagang ilegal diduga karena adanya kerjasama orang dalam orang-orang yang bertugas mengurusi dan mengawasi distribusi pupuk dengan pedagang-pedagang ilegal. Hal ini terjadi karena penjualan pupuk memberi mereka keuntungan yang besar. Harga pupuk di luar pelabuhan bisa lipat tiga - empat kali. Gambar 12 Aliran material bom dan model kegiatan kenelayanan mulai dari strata utama di Pare-pare hingga ke nelayan Pa’es di Pulau Barrang Lompo Dari Pelabuhan Pare-pare, pupuk akan didistribusikan ke ketiga kota : Makassar, Sinjai, Gallesong yang akan diterima oleh Punggawa di kota-kota tersebut. Salah satu tujuan utama distribusi pupuk ini adalah ke kota Makassar yang akan diterima oleh Punggawa di kota itu, sebagai pusat perdagangan ilegal bahan-bahan bom ikan. Selanjutnya, dari kota Makassar pupuk tersebut bersama sumbu dan detonator dikirim lebih lanjut ke berbagai tempat lain, diantaranya ke Kepulauan Spermonde. Sesungguhnya transaksi pembelian pupuk dan material Punggawa Lelang Punggawa Darat Punggawa Pulau Nelayan Pa’es Punggawa Pare-pare Punggawa Makassar Punggawa Gallesong Punggawa Sinjai Pedagang material bom antar pulau Malaysia lainnya untuk Punggawa Pulau sudah dilakukan di kota Makassar antara Punggawa Makassar dan Punggawa Lelang. Ilustrasi yang diberikan seorang nelayan tentang perdagangan ilegal di atas sebagai berikut. Rustam, seorang distributor material bom ikan yang tinggal di kota Makassar, datang pada malam hari ke Pulau Barrang Lompo dengan menggunakan perahu kecil dan tidak jarang dikawal dua orang polisi. Dia akan menginap satu – dua hari di pulau. Begitu tiba di pulau dia langsung membagikan bahan-bahan bom tersebut ke penadah di pulau distributor pulau yang akan segera menyembunyikan. Contohnya seorang distributor di pulau ini adalah pak Haji Nhg bukan nama sesungguhnya pernah membuat sebuah lubang di dalam rumahnya sebagai tempat untuk menyembunyikan material bom ikan dan menutupinya dengan kayu-kayu, kemudian dilapisi lagi dengan tanah dan pasir untuk lebih menyamarkan lagi tempat dimana material bom ikan disembunyikan. Material bom selanjutnya didistribusikan ke para Punggawa Pa’es yang juga segera menyembunyikannya di tempat yang aman dari pengamatan polisi. Tempat tersebut umumnya pada salah satu rumah dari Sawinya yang dipercayainya. Itulah sebabnya jika Polisi mendatangi rumah Punggawa, dia tidak akan menemukan material bom di sana. Sebagaimana yang dituturkan Jaf, bukan nama sebenarnya, seorang Punggawa Pa’es, bom ikan biasa dibawa ke luar rumah pada saat hendak berangkat berlayar dalam keadaan belum dirakit. Semenjak beberapa hari sebelumnya awak kapal sudah mempersiapkan segala perlengkapan dan perbekalan untuk berlayar, seperti membeli es, beras, solar dan bensin di kota Makassar. Pukul setengah tujuh malam para Sawinya sudah siap di atas kapal. Mereka duduk dan berdoa bersama. Di rumah, Punggawa mempersiapkan dirinya, seperti makan, mandi dan mengerjakan sejumlah ritual khusus. Sekitar pukul 8 malam sang Punggawa ke luar rumah dengan membawa bom ikan. Isterinya, sebagai pelaksana ritual keberangkatan, membuka semua pintu dan jendela dan lalu menudingkan telunjuknya ke arah pintu utama ke luar rumah. Itu bermakna harapan bahwa terbuka semua rejeki yang akan dikejar dalam pelayaran. Di halaman rumah sudah ada 2 orang Sawi yang menunggunya. Mereka juga membawa material bom ikan yang diletakkan di Lepa-lepa perahu kecil bertelinga. Dengan perahu kecil itulah mereka bertiga berangkat dari pantai menuju ke kapal yang berlabuh agak jauh dari pantai.

5.3.1.5 Teknik Penggunaan Bom