Lokasi Penangkapan Hasil Penelitian .1 Nelayan Pa’es

kapal, Haji Lalo 2 kapal, Daeng Aci 1 kapal, Haji Juma 1 kapal, Haji Jaffar 1 kapal. Tonase kapal ini sekitar 7 ton dengan harga sekitar Rp20 juta. Panjang 17 meter, lebar 3,5 meter, peti 4 buah kecil-kecil yang hanya muat es 225 balok. Hasil maksimal yang bisa diperoleh umumnya Rp35 juta. Bagi hasil per orang Rp500 ribu sudah bagus. Foto 3 Kapal pengangkut nelayan Pa’es ke daerah penangkapan Foto 4 Perahu Lepa-lepa pemburu ikan

5.3.1.2 Lokasi Penangkapan

Ada dua arah pelayaran pencarian ikan, ke arah selatan atau ke arah barat laut. Pelayaran ke arah selatan sampai ke wilayah Pulau Madura, sedang ke arah barat laut ke wilayah Kepulauan Pamantouan. Route perjalanan tradisional Pinjaman Sawi modal Biaya operasional Tim Pa’es Besar Kecil Kapal kecil Pinjam modal Pinjam uang Pa’es harian Penangkapan ikan Mencari keuntungan Dapat banyak Dapat sedikit Kembali modal Hutang Hutang operasi berikut Penghasilan Hindari polisi Peralatan Perhitungan keadaan pasar Kalender operasi Rekrut Awak kapal yang trampil Pinjam modal Gambar 11 Bagan alir strategi usaha Pa’es di Pulau Barrang Lompo, Makassar, Sulawesi Selatan Mengurangi kerugian mencari ikan bagi kapal-kapal Pa’es Pulau Barrang Lompo adalah ke arah selatan. Dulunya mencari ikan hanya di perairan terjauh kepulauan Pangkep, yang letaknya tidak jauh dari Pulau Lombok atau dari provinsi Nusa Tenggara Timur Para nelayan Pa’es melakukan pengeboman di dekat Pulau Pamantouan, dengan fishing ground-nya berjarak sekitar 15 – 50 mil dari pulau. Kalau menangkap ikan dengan menggunakan bom ikan terlalu dekat pantai, penduduk di pulau tersebut suka melapor ke TNI AL yang sedang patroli. Dahulu nelayan Pa’es dari Pulau Barrang Lompo sering diusir-usir oleh penduduk lokal untuk tidak menangkap ikan di dekat pulau. Akibatnya, tidak jarang terjadi perselisihan, berupa pertengkaran fisik dengan orang pulau itu. Cara lain supaya penduduk lokal tidak menghalangi nelayan pa’es menangkap ikan di dekat pulau mereka adalah dengan menunggu mereka di Dermaga Kayu Bengkoah, Makassar, dan selanjutnya mereka akan dihajar habis-habisan oleh nelayan Pa’es. Menurut beberapa nelayan, perjalanan ke kepulauan Pamantouan sekitar 40 jam atau perjalanan 1 hari dua malam. Pol, bukan nama sebenarnya, seorang nelayan Pa’es, mengabarkan bahwa di sana banyak ditemukan kapal tenggelam yang sudah dipenuhi karang. Ada juga kapal terbang Jepang di zaman Perang Dunia ke-2 yang sudah jadi bangkai yang ditumbuhi karang. Kapal Pa’es lain, misalnya kapal Haji Uduk, mencari ikan ke arah Kalmas barat laut kepulauan Spermonde, namun dalam perjalanan, singgah juga mencari ikan di kepulauan Pamantouan. Sementara itu route perjalanan tradisional ke arah selatan kini makin jauh. Banyak nelayan pa’es mencari ikan di dekat Madura, misal di sekitar Pulau Kangean, yang menghabiskan 2 minggu perjalanan dari Pulau Barrang Lompo. Hal ini misalnya dilakukan oleh awak kapal Haji Supa, yang dalam setahun bisa melakukan 15 kali res. Kapal Haji Ilyas yang dijuragani oleh Haji Roni bahkan berlayar sampai ke arah Pulau Masalima. Orang-orang kini sudah memprediksi bahwa bila hasil ikan kurang terus, bukan tidak mungkin orang akan mencari ikan sampai ke perairan Irian Jaya yang masa pelayarannya cukup lama. Perhitungan biaya perjalanan akan merubah pola kerja yang ada selama ini. Misalnya, nelayan Pa’es hanya akan pulang 6 bulan sekali serta kemungkinan munculnya ’uang ikatan’ pada sistem kenelayanan ini, yakni uang belanja untuk keluarga yang ditinggalkan suami yang pergi berlayar. Uang tersebut mengikat seseorang untuk tetap bekerja terus pada suatu kapal, akan sulit berpindah-pindah kerja ke kapal lain. Sekarang mobilitas tenaga kerja di kapal Pa’es cukup tinggi. Bila orang bertengkar dengan teman sekapal atau tidak senang terhadap punggawanya, dengan mudahnya dia pindah ke kapal lain.

5.3.1.3 Sejarah Bom