Selain itu, mereka mengeluh kalau dilakukan tindakan yang represif terhadap nelayan bom ikan, maka akan terjadi kericuhan social upheavel besar,
karena para nelayan bisa menggunakan bom sebagai senjata untuk membela dirinya bila terdesak.
6.3.2 Interaksi eksploitatif
Situasi lingkungan sosial sebagaimana yang telah diuraikan di atas berpengaruh positif terhadap gencarnya perdagangan ilegal material bom ikan.
Penduduk yang sebagian besar adalah Sawi dari kapal Pa’es bersikap melindungi para Punggawanya. ”Punggawa itu kehidupan kita, ....kita mesti melindunginya”,
kata seorang nelayan. Itu sebabnya mereka melindungi Punggawanya dari incaran polisi yang akan menangkapnya.
Gambar 14 Aliran ikan dan uang dari nelayan Pa’es ke oknum polisi dan para
Punggawa
Punggawa Lelang
Punggawa Darat
Punggawa Pulau
NELAYAN PA’ES Oknum Polisi
IKAN UANG
Tabel 4 Neraca interaksi antara Nelayan dengan Punggawa Pulau dan Penegak
Hukum dalam kegiatan perikanan di Pulau Barrang Lompo, Makassar, Sulawesi Selatan
No Pelaku interaksi nelayan dengan
Keuntunganyang diperoleh nelayan
Kerugian yang diperoleh nelayan
1. Punggawa Pulau
1.modal untuk res 2.perlengkapan res
3.pinjaman uang sewaktu-waktu
tanpa bunga 4.kalau ditahan
polisi, dibebaskan 5.biaya sekolah
anak dan kesehatan 6.Biaya nikah
1.setor hasil tangkapan ikan dgn harga rendah pembeli
monopsoni 2.bagi hasil yang rendah
3.bantuan tenaga untuk perawatan kapal
4.bantuan tenaga untuk kegiatan punggawa, spt
pernikahan anak nya, pemilu,
2 Penegak Hukum
1.kepastian res 2.bahan bom ikan
1.bayar uang polisi 2.kasih ikan untuk lauk pauk
Sumber : Hasil fieldwork penulis Ikatan patron-klien yang menunjukkan loyalitas sangat tinggi dari para
Sawi kepada punggawanya, memungkinkan lestarinya praktek kenelayanan destruktif ini. Sawi memperoleh pinjaman uang untuk keperluannya misal untuk
anak sekolah, istri sakit atau melahirkan anak, dan lain-lain. Begitu juga ketika Punggawa membutuhkan tenaganya untuk operasi pencarian ikan, untuk pesta
pernikahan anaknya, untuk pemeliharaan kapalnya, bahkan untuk kampanye Pemilihan Umum, Sawi akan dengan sigap membantu. Pola hubungan kerja yang
terbentuk karena hutang debt working relationship ini bertahun-tahun berjalan terus di pulau ini.
Dalam kerja kenelayanan Pa’es ternyata ada hubungan kerja lain yang juga terbentuk karena interaksi yang ada dalam operasi penangkapan ikan, yakni
hubungan kerja semu pseudo working relationship antara nelayan dengan oknum polisi. Oknum polisi memberikan semacam ’garansi’ untuk kepastian
berangkat berlayar meninggalkan pulau dengan membawa alat tangkap bom ikan. Selain itu, beberapa oknum polisi juga diduga, berdasarkan informasi dari banyak
penduduk, membantu dalam perdagangan illegal material bom ikan. Sebagai ’imbalannya’ nelayan di’wajibkan’ menyetor uang polisi sepulang dari
berlayar dan memberi sejumlah ikan lauk pauk untuk para oknum tersebut.
Pola hubungan semacam ini meluas tidak hanya sampai di pulau, akan tetapi juga sampai ke kota Makassar. Punggawa di pulau pinjam modal ke
Punggawa di Makassar Punggawa Darat untuk modal usahanya, misal untuk beli mesin kapal. Hasil tangkapan ikannya akan dijual ke Punggawa dengan harga
yang sudah ditentukan sepihak oleh Punggawa yang piutang. Pinjam modal di sini tidak hanya berupa uang semata tetapi bisa dalam bentuk natura, misal mesinnya,
kapal, atau material bahan bom ikan. Walaupun belum dipastikan semuanya mengikuti pola ini, tetapi beberapa kasus yang ada menunjukkan bahwa aliran
ikan seringkali sejalur dengan aliran modal dan aliran material bom ikan.
Tabel 5 Neraca Interaksi antara Punggawa Pulau dengan Punggawa Darat dan
Punggawa Lelang
No Interaksi
Punggawa Pulau dengan
Untungnya Ruginya
1 Punggawa Darat
1.Bantuan modal
2.Pengetahuan 3.Bantuan menghadapi
penegak hukum 1.Pembelian monopsoni
ikan dengan harga lebih rendah
2 Punggawa Lelang 1.Bantuan
modal 2.Pengetahuan
3.Bantuan menghadapi penegak hukum
1.Pembelian monopsoni ikan dengan harga lebih
rendah
Sumber : hasil fieldwork penulis, 2005 Tingkat pendidikan yang rendah, pernikahan dini dan pola hidup yang
konsumtif merupakan faktor internal yang mendorong nelayan untuk menjadi nelayan Pa’es. Hal ini telah banyak diuraikan dalam bab sebelumnya.
Lingkungan fisik yang berlimpah ikan, khususnya ikan karang, perairan yang jernih juga mengundang para nelayan untuk berlomba menangkap ikan
sejak puluhan tahun yang silam. Ketika perairan Pulau Barrang Lompo masih dipenuhi ikan,orang menangkap ikan di sekitar pulau itu saja. Setelah perairan itu
berkurang ikannya, orang pun mulai mencari ikan jauh dari kampung halamannya dan keterikatan nelayan terhadap Punggawa-punggawa tersebut semakin
meningkat.
6.3.3 Identifikasi nelayan terhadap dirinya maupun pihak lain