6.3.3 Identifikasi nelayan terhadap dirinya maupun pihak lain
Di dalam workshop : Program Pengembangan Kewirausahaan dan Pembentukan Koperasi Ata Matuna Pulau Barrang Lompo yang diselenggarakan
oleh Lembaga Maritim Nusantara dan Forum Mitra Bahari diperoleh informasi tentang cara pandang atau identifikasi nelayan terhadap dirinya maupun para
pihak lainnya secara emic. Tempat workshop adalah Marine Station Universitas Hasannuddin yang terletak di Pulau Barrang Lompo pada tgl 6 – 7 Agustus 2005
dengan moderator Pak Darwin, seorang guru SD. Adapun peserta lebih dari 50 orang, tetapi tidak ada satu pun Punggawa Pa’es yang turut hadir.
Ada beberapa kesimpulan yang diperoleh dari workshop yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan ini, yakni : 1 identifikasi nelayan terhadap
dirinya dan Punggawa, 2 identifikasi nelayan terhadap usaha-usaha yang bisa dikembangkan melalui koperasi Ata Matuna dan 3 identifikasi nelayan terhadap
masalah-masalah yang dihadapinya sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini rangkuman hasil workshopnya.
Nelayan melihat dirinya sebagai pihak yang hanya punya pengetahuan dan ketrampilan dalam kerja kenelayanan. Pihak Punggawa dianggap sebagai superior,
karena punya modal, jaringan pemasaran, etos kerja yang tinggi. Tidak mengherankan menurut nelayan bahwa Punggawa memperoleh pendapatan yang
jauh lebih tinggi dibandingkan Sawi. Pengetahuan jaringan pemasaran ikan dikuasai oleh para Punggawa,
sehingga harga ikan hasil tangkapan nelayan menjadi rendah. Hal ini dianggap sebagai masalah besar, menurut nelayan, yang menjadi kendala hingga kini
mereka tidak bisa sejahtera. Para nelayan berharapkan koperasi bisa menjadi alat yang memecah monopoli pemasaran, dalam arti bisa memasarkan hasil laut
nelayan dengan harga yang lebih bagus. Adapun rincian workshop pembentukan koperasi tersebut adalah sebagai dideskripsikan di bawah ini.
Diawali dengan pengantar dari moderator tentang pentingnya koperasi dalam mengembangkan kewirausahaan di masyarakat Pulau Barrang Lompo.
Masyarakat di pulau ini belum terbiasa untuk kerjasama. Lebih sering terjadi pertengkaran bila ada kerjasama antar penduduk. Penduduk biasa sendiri-sendiri
dalam bekerja. Buktinya cukup banyak. Dulu di pulau ini pernah dibentuk
Tabel 6 Rumusan nelayan tentang karakteristik wirausahawan, bidang usaha
koperasi kenelayanan, dan peran koperasi dalam perdagangan komoditi perikanan
Wirausahawan pedagang, pawarung, souvenir, Punggawa
a. bercirikan 1.etos kerja = keberanian, kerja keras, hemat, disiplin, berdasarkan target
b. pengetahuan = skill, ketrampilan, pengalaman
c. pasar, komoditiusaha yang dipilih d. relasijaringan
e. modalperencanaan keuangan 1 Aspek
Kewirausahaan
Pekerja Sawi, pegawai dll Hanya punya pengetahuan, skill, ketrampilan
dan pengalaman
2 Bidang usaha koperasi
kenelayanan Kelompok usaha barang-barang produksi :
a. jual-beli komoditi perikanankelautan b. warung serba ada sembako
c. kebutuhan alat tangkap nelayan d. depot air minum
e. home industry hasil laut f. dan lain-lain
Kelompok usaha jasa : a. simpan pinjam
b. pembayaran listrikair minum c. kredit kepemilikan mesin kapal
d. dan lain-lain
3 Contoh permasalahan
: usaha perikanan
Jual beli komoditi perikanan :
Mata rantai pemasaran hasil laut 1. nelayan Æ Punggawa Pulau Æ
Punggawa Darat Æ TPI Punggawa Lelang Æ Papalele Pagandeng Æ
konsumen 2. nelayanÆPunggawaPulauÆPunggawa
DaratÆ TPI ponggawa lelang Æ Pasar tradisionalmoderenÆkonsumen
3. nelayanÆPunggawaPulauÆPunggawa DaratÆeksportirÆkonsumen
4. koperasi dapat menjembatani antara produksitangkapan nelayan ke
Ponggawaeksportir atau konsumen Sumber : Rapat pendirian koperasi Ata Matuna di Pulau Barrang Lompo2005
koperasi tetapi kocar kacir alias gagal. Uangnya entah kemana. Koperasi hanya ada namanya, tidak ada kegiatannya. Sebelum dilanjutkan lebih jauh, moderator
mempersilahkan penduduk menyampaikan harapan-harapannya atau usul-usulnya. Pak Harijo sebagai penanya pertama mengatakan : Koperasi itu penting.
Tapi susah mengurusnya. Harus bagus pengurus-pengurus yang dipilih nanti. Itu syaratnya, jika koperasi tidak mau mati lagi. Persepsi peserta, menurut hemat
penulis, melihat bahwa manajemen koperasi sangat rumit, sehingga diperlukan orang yang pandai dan trampil
Penanya kedua Daeng Tata yang panjang lebar membahas tentang perkoperasian dan trauma kegagalan membangun koperasi yang dialami oleh
masyarakat pulau ini : Undang-undang nomer 5 tahun 92 tentang perkoperasian perlu kita jadikan pegangan. Masyarakat kita masih dihantui fenomena koperasi
yang lalu. Itu perlunya pelatihan koperasi, terutama untuk pengurus. Adapun yang menarik adalah pendapat penanya ketiga yakni Daeng Ince :
Pengurus yang dipilih nanti harus yang punya kemampuan mengembangkan Ata Matuna, bukan hanya pandai bicara. Kemampuan bicara bukan yang terutama
jadi kriteria pengurus, harus orang mampu yang dipilih sebagai pengurus. Disini terlihat bahwa banyak tokoh masyarakat yang dipilih jadi pengurus sebelum-
sebelumnya adalah orang-orang yang pandai bicara. Pak Harijo menimpali tentang kegagalan membangun koperasi di masa
lalu : Saya tidak tahu bagaimana masa depan Pulau Barrang Lompo, bukannya pesimis. Saya mengusahakan sosialisasi dengan banyak pihak sebagai pembuka.
Entah kenapa pengurus-pengurus sebelumnya selalu gagal mengembangkan koperasi.
Pak Rojai menyambung pendapat pak Harijo : Supaya terhindar dari kegagalan-kegagalan seperti sebelumnya, langsung saja sekarang susun struktur
organisasinya Moderator menjawab secara singkat saja semua harapan tersebut dan
meminta Pak Ariefuddin sebagai motivator koperasi untuk memulai ceramahnya sekaligus merespon harapan-harapan dari peserta.
INTI CERAMAH : Pak Ariefuddin dari Lembaga Pendidikan Koperasi
beliau diminta oleh Dinas Kelautan dan Perikanan kotamadya Makassar untuk memotivasi penduduk agar mau mengembangkan koperasi yang diharapkan kelak
bisa mengurangi pula kenelayanan destruktif. Syarat berdirinya koperasi itu adalah adanya kepentingan ekonomi yang sama. Co
berarti bersama dan operation berarti berusaha. Koperasi artinya usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Sehingga koperasi merupakan suatu badan usaha
sekaligus perkumpulan orang. Ini penting. Koperasi bekerja bersama-sama, bergotong royong, bukan sendiri-sendiri seperti sekarang ini. Gotong artinya
dikerjakan bersama dan royong artinya dinikmati bersama. Di koperasi kita belajar bekerjasama.
Koperasi minimal 20 orang, dan anggota punya hak khusus. “Sing kama ji” jangan disamakan antara anggota koperasi dan bukan anggota koperasi. Nilai-
nilai yang mendasari koperasi adalah : kebersamaan, menolong diri sendiri, kejujuran, keadilan, demokratis. Prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dalam
menjalankan koperasi : keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan demokratis, SHU dibagi adil sesuai jasa, kerjasama antar koperasi dan usaha lain,
kemandirian, serta balas jasa terbatas. Pengurus koperasi dipilih berdasarkan kriteria “es te em je” STMJ. S = sempat,
orang yang menjadi pengurus harus punya waktu cukup untuk koperasi, kalau yang sibuk-sibuk jangan. T = tahu, orang tersebut harus mempunyai pengetahuan
dan ketrampilan tentang koperasi, sehingga bisa mengembangkan koperasi. M = mau, orang itu harus punya kemauan kuat atau motivasi untuk bekerja demi
kemajuan koperasi. J = jujur, ini kunci dari semua-semuanya. Umumnya koperasi bangkrut karena pengurusnya tidak jujur.
Pesan yang disampaikan oleh pembicara pertama ini menekankan bahwa : 1 orang pulau ini belum biasa kerjasama, dan koperasi menjadi wahana
berlatih kerjasama, 2 Masih kurangnya pengetahuan tentang koperasi di masyarakat pulau
ini 3 Tiadanya kejujuran seringkali sebagai penyebab bangkrutnya usaha
koperasi
Selanjutnya peserta workshop ini dilatih tentang pernik-pernik koperasi seperti jenis-jenis usaha di daerah pesisir, peluang permodalan dan juga
manajemen kewirausahaan. Pelatihan-pelatihan ini sangat teknis sifatnya dan disampaikan oleh Pak Asrul dan Pak Nasruddin selama dua hari.
Pada hari kedua peserta diminta untuk bersama-sama merumuskan beberapa hal penting yang juga berkaitan dengan tema disertasi kami. Hasil perumusan
yang dilakukan oleh nelayan sendiri dengan dipandu oleh trainer sebagaimana yang tertera pada tabel di bawah ini. Perumusan ini tentang tiga hal. Pertama,
bagaimana penduduk merumuskan potensi kewirausahaan yang ada di masyarakat pulau ini, yang dibagi antara dua lapisan masyarakat, yakni kelompok yang sudah
terbiasa wirausaha ponggawa, pawarung, pedagang, penjual souvenir dan kelompok yang hanya mempunyai pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan
para Sawi, pegawai dll.. Kedua, bagaimana penduduk melihat potensi usaha apa yang bisa dikembangkan oleh koperasi, yang dibagi atas 2 kelompok usaha, yakni
kelompok usaha barang-barang produksi dan kelompok usaha jasa. Ketiga, penduduk diminta merumuskan masalah kenelayanan yang paling penting, dan
mereka melihat rantai pemasaran hasil laut yang membuat nelayan pada posisi dieksploitasi. Koperasi diharapkan bisa menyeimbangkan posisi antar stakeholder
yang terlibat dalam matarantai pemasaran.
6.4 Pembahasan