yakni uang belanja untuk keluarga yang ditinggalkan suami yang pergi berlayar. Uang tersebut mengikat seseorang untuk tetap bekerja terus pada suatu kapal,
akan sulit berpindah-pindah kerja ke kapal lain. Sekarang mobilitas tenaga kerja di kapal Pa’es cukup tinggi. Bila orang bertengkar dengan teman sekapal atau
tidak senang terhadap punggawanya, dengan mudahnya dia pindah ke kapal lain.
5.3.1.3 Sejarah Bom
Tidak jelas kapan nelayan di Pulau Barrang Lompo ini pertama kali menggunakan bom ikan. Orang hanya mengetahui bahwa bom ikan sudah dikenal
di wilayah provinsi Sulawesi Selatan semenjak lama. Menurut keterangan penduduk, setidaknya sejak periode kolonial Jepang nelayan pulau ini telah
menggunakan bom ikan sebagai metode alternatif. Di masa lalu orang menggunakan bubuk korek api sebagai material bom yang
dibungkus dengan kertas tebal, dan dilengkapi dengan sumbu yang dibuat dari kertas. Periode berikutnya mereka sudah menggunakan bubuk mesiu sebagai
bahan bom. Awal tahun 1990-an sebuah kapal ilegal dari Taiwan tertangkap di perairan
Selat Makassar. Mereka ditangkap karena melakukan penangkapan ikan tanpa ijin dan menggunakan bom ikan sebagai alat tangkapnya. Awak kapalnya diangkut ke
Pulau Barrang Lompo sebelum dibawa ke Makassar. Dari merekalah nelayan pulau ini belajar bagaimana membuat bom ikan yang canggih.
Bahan bom ikan yang baru ini terdiri dari : pupuk yang biasanya digunakan untuk pohon kelapa sawit yang diimpor dari Malaysia dan dibawa melalui
Pelabuhan pare-pare, detonator yang diperoleh dari perdagangan gelap di kota Makassar, sumbu yang kualitas bagus dan beberapa batang besi. Sebelumnya
kualitas sumbu tidaklah bagus dan sebagai akibatnya sering terjadi bom yang dilemparkan tidak meledak atau meledak terlalu cepat. Tidaklah mengherankan
bila sering terjadi kecelakaan akibat penggunaan bom ini. Ada sejumlah nelayan yang menjadi korban yang hanya mempunyai sebuah tangan, sebagian tubuhnya
terbakar, dan juga beberapa diantaranya meninggal dunia. Salah satu informan penelitian ini yang mengalami kecelakaan tersebut adalah Pak Hassan. Dulunya
dia adalah seorang Punggawa Pa’es. Kini dia beralih menjadi Pa’taripang.
Kemana-mana dia selalu menggunakan jaket untuk menyembunyikan tangan kanannya yang hilang tersebut.
Penduduk juga menceritakan bahwa bertahun-tahun yang lalu bila kita di laut akan bertemu dengan potongan tangan manusia yang mengapung di permukaan
air laut. Masalah utama waktu itu adalah kualitas buruk dari sumbu bom ikan. Tidaklah jarang setelah bom dilempar terlihat bahwa bom tidak akan meledak,
sumbu tidak menyala lagi. Ketika si nelayan mendekati bom itu, tiba-tiba bom meledak. Kemungkinan lain bom meledak lebih cepat diluar dugaan, ketika bom
itu masih dipegang di tangan nelayan. Sumbu bom masa kini kedap air. Salah satu keuntungannya kita dapat menentukan berapa panjang sumbu bom yang
diharapkan meledak dalam waktu satu menit misalnya. Ada jaminan bahwa bom akan meledak walau berada dalam air sekalipun.
Cara membuat sebuah bom ikan melalui sejumlah prosedur. Pertama, adalah mencampur pupuk dengan bensin dan solar dalam suatu ember plastik, kemudian
dijemur untuk setengah kering. Kedua, memasukkan campuran pupuk yang sudah dijemur tadi ke dalam sebuah botol atau derigen.
Foto 5 Bom ikan dan material utamanya
Ketiga, masukkan juga ke dalam botol tersebut beberapa batang besi sebagai campuran pupuk. Fungsi dari batangan besi tersebut adalah menjadi beban agar
botol tenggelam ke dalam laut. Ukuran besi adalah 16mm dan 10 cm, sementara berapa banyak jumlah batangan besi yang harus dimasukkan ke dalam botol
tergantung besar bomnya. Untuk bom ikan besar 5 liter diperlukan 15 batang besi; untuk bom ikan 2 liter diperlukan 5 batang dan beberapa butir kerikil; dan
untuk bom ikan satu liter diperlukan juga 5 batang besi dan beberapa butir kerikil. Jika wadah bom terlalu kecil, misalnya hanya 0,5 liter umumnya hanya digunakan
batu-batu kecil sebagai pemberat. Keempat, dipasanglah sumbu yang melekat pada detonator yang berdiri pada
penyumbat botol dari gabus. Gabus tersebut menjadi penutup dari botol atau derigen bom ikan.
5.3.1.4 Perdagangan Bahan Bom Ikan