4 Pulau ini dekat dengan kota Makassar, sekitar 45 menit sampai satu jam dengan menggunakan transportasi kapal penumpang yang ada, yaitu kapal
Rahmat Karunia Ilahi, kapal Untung Abadi, kapal Murtazam, kapal Novita Sari. Tiap hari, berangkat dari pulau antara pukul 6.30 sampai pukul 07.00.
ke Makassar. Siangnya dari Makassar di dermaga Kayu Bengkoah antara pukul 10.30 sampai pukul 11.00. Tetapi, mengapa sikap dan tindakan
penduduk tidak berubah ? 5 kawasan laut Indonesia bagian timur merupakan kawasan yang relatif
masih berlimpah ikan dibandingkan kawasan laut Indonesia bagian barat. Tidak berlebihan bila dikatakan kawasan laut Indonesia Bagian Timur
adalah masa depan kelautan Indonesia. Di kawasan Indonesia Bagian Timur nelayan Makassar dikenal sangat agresif dan berlayar mencari ikan
jauh dari kampung halamannya andun. Oleh sebab itu studi tentang komunitas nelayan Makassar menjadi sangat penting, baik untuk
kelestarian SDL sumber daya laut maupun untuk produksi perikanan di masa yang akan datang.
3.4 Waktu dan tempat
Penelitian ini dilakukan di Pulau Barrang Lompo yang merupakan suatu kelurahan dari Kecamatan Ujung Tanah Kotamadya Makassar Provinsi Sulawesi
Selatan. Sesungguhnyalah area penelitian tidak hanya mencakup Pulau Barrang Lompo saja, tetapi juga kotamadya Makassar seluruhnya, karena informan tidak
hanya dari nelayan tetapi juga dari berbagai kalangan pengelola perikanan dan penegak hukum yang berada di kota Makassar.
Penelitian lapang
fieldwork dilakukan mulai Juli 2005 sampai dengan September 2005. Waktu penelitian seperti itu memungkinkan kami mengalami
musim angin timur, transisi ke musim angin barat, dan awal musim angin barat. Keuntungan lain, nelayan belum intensif ke laut, banyak kegiatan sosial seperti
pernikahan yang sering sekali, acara tujuh belasan yang berlangsung padat selama sebulan, ritual ibu hamil dan melahirkan, dan lain-lain. Selain itu banyak
kunjungan pejabat dari pemerintahan maupun dari pihak keamanan, sehingga
memudahkan kami untuk mewawancarai baik nelayan maupun para pejabat tersebut.
Pelaksanaan wawancara dengan pendekatan kualitatif berupa indepth interview dengan informan-informan kunci dari masing-masing stakeholder yang
instrumental di tingkat kotamadya, seperti Bappeda, Dinas Kelautan dan Perikanan, Angkatan Laut, Kepolisian, Polairud, Polisi Pelabuhan, Polisi Sektor,
Petugas Keamanan lainnya, hakim perkara destructive fishing, Petugas TPI, pengusaha perikanan dan LSM . Adapun di tingkat kecamatan mewawancarai
aparatur seperti Camat, Pengusaha Perikanan, dan petugas TPI. Sedangkan wawancara mendalam di tingkat desa dilakukan pada informan
kunci termasuk tokoh formal, seperti Kepala Desa dan aparat desa lainnya, kepala kampung, bidan desa, guru; tokoh informal seperti tokoh agama, tokoh pemuda
dan karang taruna, tokoh nelayan, pengurus PKK dan kelompok nelayan, Koperasi Nelayan, pengusaha perikanan seperti bos, ponggawa, pedagang
pengumpul ikan, koordinator dan anak buah kapal, nelayan pengebom, nelayan potas, nelayan bubu, pengambil karang, pemilik warung dan lain-lain.
3.5 Data yang diperlukan