misalnya marine stationnya Universitas Hasanuddin yang kini dipimpin oleh Pak Sarifuddin. Dulu dipimpin oleh pak Iqbal, dan sebelumnya pak Aspari.
4.3.1.3 Pola pemukiman
Pemukiman di pulau ini dibangun dengan laut berada di belakang rumah mereka. Di masa lalu rumah dibuat dari kayu, bambu dan atap dari ijuk. Sejak
tahun 1990-an, bersamaan dengan meningkatnya harga teripang dan ikan komersial seperti sunu dan napoleon wrasse kesejahteraan penduduk juga
meningkat yang ditandai dengan perubahan bangunan rumah mereka. Sekarang ini rumah-rumah penduduk dibangun dari batu dan bata, dengan
jendela kaca, eternit dan atap rumah berupa seng. Lantai rumah juga umumnya sudah berlantai keramik atau setidaknya disemen. Rumah mereka sebagian besar
berbentuk rumah panggung dengan lantai pertama secara tradisi kosong. Lantai pertama seringkali menjadi gudang tempat penyimpanan barang-barang, kandang
ternak, atau tempat bermain anak-anak. Lantai kedua barulah kamar-kamar, dapur, dan ruang tamu. Kini sebagian besar lantai satu rumah panggung di pulau ini
sudah dibangun sebagai warung atau toko ataupun kamar-kamar yang digunakan oleh anggota keluarga untuk beristirahat.
Rumah panggung tersebut umumnya dibangun menghadap ke jalan. Halaman rumahnya rata-rata juga sempit, sehingga rumah dekat ke jalan. Adapun jalan
utama yang melingkari pulau ini berupa paving block, bukan aspal, dan dibuat pada tahun 1998. Pada saat penelitian ini berlangsung sudah direncanakan
pembuatan jalan-jalan gang yang rencananya juga paving block. Rumah-rumah Punggawa relatif lebih baik dibandingkan rumah para Sawi.
Indikasi lain adalah perabot rumah dan pemilikan barang-barang elektronik yang mewah dan mahal harganya. Rumah-rumah para Sawi umumnya berdekatan
dengan Punggawanya.
U
Gambar 7 Peta Pulau Barrang Lompo, Makassar, Sulawesi Selatan Catatan :
Laut = Masjid = C
Pos Polisi Air = Warung telepon =
Kuburan = Kavling rumah =
Dermaga Pulau Barrang Lompo = Dermaga Unhas =
Ada juga Sawi yang tinggal di rumah Punggawa. Rumah Punggawa bagi para Sawi layaknya ’rumah kedua’, yang mereka merasa bebas keluar masuk.
Kadangkala mereka makan siang di rumah Punggawa. Jika seorang Sawi ada masalah dengan ayahnya atau dengan saudara laki-lakinya, ia akan numpang tidur
di rumah Punggawanya untuk beberapa waktu.
4.3.1.4 Kondisi perairan