Kondisi perairan Hasil penelitian .1 Lingkungan fisik

Ada juga Sawi yang tinggal di rumah Punggawa. Rumah Punggawa bagi para Sawi layaknya ’rumah kedua’, yang mereka merasa bebas keluar masuk. Kadangkala mereka makan siang di rumah Punggawa. Jika seorang Sawi ada masalah dengan ayahnya atau dengan saudara laki-lakinya, ia akan numpang tidur di rumah Punggawanya untuk beberapa waktu.

4.3.1.4 Kondisi perairan

Dahulu perairan pulau ini dikenal jernih dan ditemui banyak ikan, ikan hias, teripang serta hewan laut lainnya. Tepi pantainya langsung curam dan tidak terlihat dasarnya. Ada beberapa ilustrasi dari penduduk. Pertama, kalau kita taruh pancing rawai di pinggir pantai, berapa saat kemudian pancing kita sudah penuh dengan ikan. Kedua, di pinggir pantai anak-anak kecil sering tendang-tendang teripang karena begitu banyaknya. Ketiga, kalau cari ikan dengan berperahu dan jala, tidak usah jauh-jauh dari pantai sebentar saja sudah pulang dengan perahu penuh ikan. Keempat, perairan pulau ini dulu dipenuhi dengan terumbu karang yang indah-indah sampai mendekati tepi pantai. Kini, tepi pantainya dangkal dan bisa terlihat dasar lautnya, karena hanya sekitar 1 meter saja. Kedalaman air di dermaga pun hanya sekitar 3 meter. Semenjak 10 tahun terakhir ini reklamasi yang dilakukan penduduk secara besar- besaran khususnya di RW 01 dan RW 03 menyebabkan luas pulau bertambah. Reklamasi tersebut dilakukan karena kebutuhan akan lahan tanah yang semakin mendesak karena pertumbuhan penduduk yang pesat telah menyebabkan hampir tidak ada tanah kosong lagi tersisa untuk bangunan rumah yang baru. Untuk persiapan anak-anak kelak seusai menikah akan membuat rumah, maka dilakukanlah reklamasi laut pada pantai di belakang rumah. Caranya dengan membendung air laut, dipagari dengan batu-batu yang disemen. Area yang dibendung lambat laun akan makin padat terisi oleh pasir laut. Kelak ketika sang anak akan menikah, dibangunlah sebuah rumah di atas tanah reklamasi. Pembuatan dermaga juga telah menyebabkan banyak terumbu karang yang dihancurkan, selain ekskavasi untuk bahan bangunan rumah ataupun tanggul pantai. Di waktu yang lalu juga ada kecenderungan orang untuk membuat pondasi yang tinggi dari karang sebagai lambang kebanggaan. Gambar 8 Peta Pulau Barrang Lompo dan perairannya Sumber : Chair Rani 2004, hlm.46 Menurut survei yang dilakukan PPTK Pusat Penelitian Terumbu Karang tahun 2004 tutupan karang hidup di Pulau Barrang Lompo hanya 37. Beberapa indikasi penyebab kematian karang di pulau ini antara lain disebabkan oleh bom dan pengambilan karang Majalah Mitra Bahari, 2005; Subandi,2004. Hal ini yang menjadi dasar inisiatif Program Mitra Bahari untuk mengadakan DPL daerah perlindungan laut – marine protection area yang sayangnya gagal total. Sosialisasi program DPL ini sebenarnya cukup gencar, diantaranya dengan mengundang para nelayan dalam diskusi di marine stationnya Universitas Hasanuddin dan membagi-bagi kalender yang menggambarkan program DPL ini. Kelemahan sosialisasi ini ada beberapa hal. Pertama, diskusi dan sosialisasi program tersebut dilakukan di marine station Unhas yang dianggap pasti akan mengecam nelayan Pa’es. Punggawa Pa’es banyak yang tidak hadir atau diwakilkan ke salah seorang awak kapal. Bila diskusi dan sosialisasi dilakukan di rumah penduduk atau di rumah salah seorang punggawa Pa’es, barangkali akan lebih berhasil mengundang kedatangan banyak nelayan. Kedua, penentuan area-area DPL dan bentuk rambu-rambu tidak dilakukan dengan membuat kesepakatan terlebih dahulu dengan nelayan, jadi hanya sepihak dari penyelenggara. Selain itu, penyusunan rambu-rambu DPL di perairan Pulau Barrang Lompo tidak mengajak nelayan, tetapi dilakukan oleh mahasiswa Universitas Hasanuddin. Kemudian terjadilah masalah setelah area-area DPL tersusun di perairan Pulau Barrang Lompo. Rambu yang diikat dengan kawat besar sering merusak baling-baling kapal nelayan yang lewat dekat area DPL. Tidaklah mengherankan bila tidak lama rambu-rambu tersebut hilang. Kondisi terumbu karang yang buruk ini juga menyebabkan berkurangnya jumlah dan jenis ikan yang dulu berlimpah di perairan pulau tersebut.

4.3.1.5 Perubahan lingkungan fisik