Toko, Warung, Gadde Pabalolang

obat-obatan paracetamol, penicilin, chloroquin, bodrex, dll., tas tangan dan lain- lain. Hasil laut yang dibeli misalnya agar-agar seaweed lebih dari 5 ton dan bermacam jenis teripang sekitar 400 kg. Hasil dari penjualan barang utama akan dikurangi hutang yang diambilnya dari CV Pelita. Misalkan sisa uang Rp 1 juta akan dibaginya dengan para ABK sebagai berikut : 50 nya, yakni Rp 500.000,- untuk keuntungan motor 50 sisa dibagi rata antara juragan dan ABK, yakni Rp 500.000,- dibagi 6 dan hasilnya tiap orang memperoleh Rp 83.330,-. ABK anak buah kapal umumnya saling mempunyai hubungan kekerabatan melalui ikatan pernikahan dan genealogis. ”Jelas cari famili dulu, kalau tidak ada baru cari yang lain,“ kata Rahman Napa. Sawi-sawinya sebagian besar ada hubungan kekerabatan dengannya, entah saudara kandung atau sepupu cikali. Bila ada orang datang kepadanya dan ingin ikut kapalnya, dia akan menilai perilaku dan ketrampilannya. Bila tidak setuju, maka dia akan berkata ,“Sekarang ini sudah terlalu banyak Sawiku, lain kali saya akan mengajakmu ikut.“ Kita harus menggunakan kalimat yang santun untuk menghindari konflik. Di dalam pelayaran bila ada kerusakan mesin atau kapal, biaya akan ditanggung bersama dan dihitung sebagai “modal“. Sebaliknya, bila kapal atau mesinnya rusak di Pulau Barrang Lompo, biaya perbaikan sepenuhnya ditanggung oleh Juragan. Bahkan dalam pengecatan ulang kapal ketika sedang tidak ’res’, berlayar biaya akan ditanggung sepenuhnya oleh Juragan

5.3.3.2 Toko, Warung, Gadde

Satu hal yang menarik di area riset ini adalah peran perempuan yang besar dalam hal sosial maupun ekonomi. Dalam hal ekonomi rumah tangga, kontribusi perempuan sangatlah besar. Toko adalah tempat penjualan barang-barang keperluan nelayan dan kebutuhan sehari-hari dalam jumlah cukup banyak. Warung dulunya diartikan sebagai toko kecil, dan seringkali juga ada menjual makanan jadi seperti bakso, coto makassar, es campur, dll. Kini tidak begitu jelas kategori warung dan toko. Toko dan warung dikelola oleh ibu rumah tangga yang dibantu oleh anak perempuannya yang beranjak remaja. Walaupun dalam prakteknya peran suami kini juga besar dalam ikut mengelola warung atau toko, khususnya pada saat tidak melaut, tapi warung dan toko identik dengan perempuan. Foto 8. Warung yang menjual keperluan sehari-hari dan perbekalan melaut Gadde adalah jualan skala kecil dengan barang jualan utamanya adalah jajanan anak-anak, hanya bermodalkan Rp200 ribu-an saja. Biasa dilakukan di depan rumah atau samping rumah dengan menaruh barang dagangan di satu meja kecil saja. Konsumen utamanya adalah anak-anak kecil, walaupun dalam kenyataan orang-orang tua juga suka jajanan anak-anak kecil dan beli di sana. Selain itu, pada Gadde juga dijual rokok untuk orang dewasa. Penjualnya umumnya perempuan remaja belasan tahun.

5.3.3.3 Pabalolang

Pabalolang adalah penjual hasil laut, bisa berupa ikan hidup, ikan mati, dan teripang. Penjual ikan hidup adalah Haji Bakhtiar, Haji Haya, Haji Parjo. Menurut informasi dari beberapa penduduk salah seorang dari mereka masih intensif menggunakan potassa potassium cyanide. Mereka umumnya mempunyai sejumlah nelayan binaan yang menyetor hasil tangkapan kepada pabablolang itu. Para nelayan tersebut dipinjami modal dan juga peralatan, sebagai balasannya mereka menyetor hasil tangkapan kepada pabalolang. Hal yang sama juga berlaku pada pabalolang ikan mati maupun teripang. Sedang penjual ikan mati atau biasa disebut Pabalolang ikan mati adalah : Daeng Kai, Daeng Sangkalak, Daeng Leleng, Daeng Mana, Daeng Siama. Adapun Pabalolang teripang yang bermodal besar misalnya : Haji Mustari, Haji Muhammad, Haji Baha, Haji Jama, Daming, Haji Akbar, Kai, Haji Abbas, Haji Anshar. Dalam jumlah kecil banyak sekali yang melakukan pekerjaan sebagai pabalolang teripang, baik per orangan maupun dalam kelompok kecil keluarga.

5.4 Pembahasan

Jumlah penduduk yang meningkat sangat pesat, pada tahun 1980-an hanya sekitar 1500 jiwa, kini sudah mencapai 3784 jiwa. Pertambahan jumlah penduduk yang pesat menyebabkan orang harus berpikir kreatif untuk mempertahankan perekonomian rumah tangga. Kepadatan penduduk yang tinggi di pulau ini sudah menyebabkan hampir tidak ada lagi tanah yang kosong. Kalau sekitar 10 tahun yang lalu bagian bawah kolong rumah masih kosong sebagaimana layaknya sebuah rumah panggung, saat penelitian ini dilakukan hampir semua rumah panggung sudah tertutup bagian bawahnya, entah digunakan sebagai kamar tambahan atau sebagai warung. Di dalam satu rumah kini terdapat 2 atau 3 kepala keluarga. Paboya doe sibatu balla ungkapan yang disampaikan penduduk, yang artinya seisi rumah menjadi pencari nafkah, merupakan gambaran umum yang terlihat di pulau. Kalau dulu orang berkonsentrasi kerja di laut bagi kepala keluarga atau remaja yang sudah ingin menikah, kini semua anggota rumah tangga ikut bekerja. Kerja laut bukan satu-satunya, walaupun masih kerja yang utama. Pekerjaan seperti menjadi pabalolang ikan dan hasil laut lainnya, membuka warung atau toko, berjualan Gadde semacam sektor informal di pulau, bahkan menjadi pendorong gerobak bagi barang-barang yang dibeli Pa’terong dilakukan juga oleh perempuan dan anak-anak untuk memperoleh penghasilan.