Kebijakan Pengembangan Wilayah KONDISI UMUM KAWASAN KALIORANG

96

4.8 Kebijakan Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah Kaliorang dilakukan berdasarkan tiga kebijakan utama yakni pengembangan kawasan transmigrasi, pengembangan kawasan agropolitan, dan gerakan daerah pengembangan agribisnis Gerdabangagri. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur telah mencanangkan Gerdabangagri untuk mewujudkan peningkatan pendapatan dari sektor pertanian. Untuk kawasan Sangsaka Sangkulirang, Sandaran, dan Kaliorang telah dicanangkan pula sebagai wilayah agropolitan yang menjadikan agribisnis sebagai basis pengembangan perekonomian di wilayah ini. Untuk pengelolaan kawasan agropolitan tersebut telah ditetapkan suatu badan pengelola kawasan agropolitan Sangsaka. Kecamatan Kaliorang termasuk dalam kawasan Sangsaka yang dipilih sebagai salah satu dari 8 Kawasan Rintisan Agropolitan di Indonesia berdasarkan penetapan Menteri Pertanian. Kawasan Agribisnis Kecamatan Kaliorang merupakan bagian dari pengembangan Kawasan Agropolitan Sangsaka seluas lebih dari 1 juta km². Faktor yang sangat fundamental dalam pengembangan agropolitan Sangsaka dengan konsep pembangunan ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan adalah: 1 melakukan transformasi keunggulan komparatif wilayah kearah keunggulan kompetitif; 2 melakukan transformasi agribisnis tradisional yang dilaksanakan oleh petani kearah agribisnisagroindustri modern; dan 3 melakukan terobosan, termasuk diantaranya melakukan hal yang memberikan hasil yang sangat signifikan spektakuler Faktor-faktor pembatas dalam pengembangan ekonomi yang kooperatif dan berbasis kerakyatan muncul karena adanya kesenjangan: 1 agribisnisagroindustri yang sukses harus berorientasi pada pasar, sehingga dituntut untuk dapat selalu memenuhi kualitas, kontinuitas, volume dan harga bersaing; 2 proses produksi sejak on-farm hingga off-farm secara total dapat dikontrol, direncanakan dengan baik dan tersedianya teknologi yang semakin baik maupun manajemen usaha yang baik pula; 3 pelaku ekonomi kerakyatan kurang memperhatikan kualitas, menghadapi masalah keterbatasan teknologi, kurang memahami kebutuhan pasar, teknik budidaya tradisional, skala usaha yang terbatas dan memiliki keterbatasan SDM; dan 4 petani dan pelaku ekonomi kerakyatan cukup resisten terhadap datangnya inovasi baru, baik berupa teknologi, konsepsi dan metode. 97 Kebijakan pemerintah pada sektor pertanian adalah Gerdabangagri yang merupakan pentahapan pembangunan agribisnis dari tahap perluasan areal dengan output utama komoditi primer, kemudian intensifikasi dengan output komoditi olahan bernilai tambah tinggi. Dari berbagai kegiatan pengembangan terlihat bahwa komoditi yang diutamakan untuk dikembangkan di Kecamatan Kaliorang adalah: 1 tanaman pangan: padi sawah, jagung dan kedelai; 2 tanaman buah-buahan: durian, jeruk, nenas, dan pisang; 3 perikanan tambak: bandeng dan udang; dan 4 perkebunan: kelapa sawit dan kakao. Komoditi tersebut merupakan prioritas sasaran pengembangan dan pembinaan di Kecamatan Kaliorang. Beberapa program pembinaan seperti pelatihan teknologi maupun bantuan fisik sarana produksi telah direncanakan oleh Dinas Pertanian dan Dinas Perkebunan. Kecamatan Kaliorang terutama merupakan kawasan pertanian dengan komoditi utama tanaman pangan dan perkebunan. Umumnya desa-desa di wilayah ini adalah permukiman transmigrasi yang mengusahakan tanaman pangan seperti padi sawah, padi gogo dan palawija seperti jagung, kedelai dan kacang tanah. Di samping, itu penduduk mulai mengembangkan tanaman hortikultura pisang dan tanaman perkebunan terutama kakao. Dinas perkebunan Kabupaten Kutai Timur juga mulai mengembangkan tanaman kelapa sawit sebagai bantuan kepada masyarakat. Disain awal pengembangan pertanian di wilayah ini adalah pertanian tanaman pangan lahan kering di lahan pekarangan dan LU I serta tanaman kelapa hibrida di LU II. Namun pembangunan kebun kelapa hibrida di LU II gagal dan LU I terjadi kesalahan pembukaan lahan sehingga banyak masyarakat yang mengembangkan pertanian pada lahan baru. Memperhatikan potensi dan kendala sumberdaya lahan dan agroklimat; potensi dan kendala komoditi; potensi dan kendala pengembangan program transmigrasi; dan kebijakan pembangunan daerah yang ada, maka wilayah studi Kawasan Agribisnis Kecamatan Kaliorang direncanakan menjadi beberapa zona wilayah usaha, yaitu: zona wilayah usaha produksi, zona wilayah usaha pengolahan, dan zona wilayah usaha penunjang pengembangan kawasan. Masing-masing zona wilayah usaha memiliki ketergantungan interdependence satu sama lain, sehingga pengembangan kawasan ini harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh. Peta kesesuaian lahan pertanian di kawasan Kaliorang tertera pada Gambar 12. 98 Sumber: Bappeda Kabupaten Kutai Timur 2005 Gambar 12. Peta kesesuaian lahan pertanian di kawasan Kaliorang 99 Zona wilayah usaha produksi merupakan areal pertanian, baik dalam bentuk perkebunan kelapa sawit, sawah rice estate , tanaman kelapa dan coklat, serta areal tambak. Pengembangan zona wilayah usaha ini akan menentukan perkembangan kawasan secara keseluruhan, oleh karenanya pengembangan areal harus didukung oleh perencanaan, pembangunan, pemeliharaan dan pengolahan yang tepat dan sesuai dengan daya dukung lahan dan sumberdaya pendukungnya. Lahan usaha II dan sebagian lahan usaha I yang belum diolah atau telah diolah tetapi belum memberikan hasil yang optimal, merupakan prioritas untuk dijadikan sebagai zona wilayah usaha produksi on- farm . Pengembangan zona wilayah usaha pengolahan direncanakan pada lokasi-lokasi yang telah memiliki dukungan prasarana transportasi darat dan perairan atau lokasi-lokasi yang potensial untuk dikembangkan dimasa mendatang karena letaknya secara geografis dinilai strategis. Beberapa lokasi yang direncanakan sebagai zona wilayah usaha pengolahan adalah Maloy, SP-1 Kaubun, SP-4 Kaubun dan Ronggang. Maloy sebagai ‘agroindustrial estate’ direncanakan sebagai pusat orientasi, koleksi dan distribusi hasil produksi dan pengolahan dari zona wilayah usaha produksi dan zona wilayah usaha pengolahan yang lainnya. Pengembangan zona wilayah usaha penunjang pengembangan Kawasan Agribisnis Kecamatan Kaliorang direncanakan di beberapa lokasi, dimana masing-masing lokasi memiliki akses ke zona wilayah usaha produksi dan zona wilayah usaha pengolahan, serta terintegrasi dengan permukiman transmigrasi yang sudah ada. Beberapa lokasi yang direncanakan sebagai zona wilayah usaha penunjang pengembangan kawasan adalah: a di persimpangan Jalan Kaliorang-Kaubun dengan Jalan Sangatta - Ronggang, yang direncanakan sebagai pusat pelayanan kawasan; b di Rapak SP-2 Kaubun yang direncanakan sebagai sub pusat pelayanan kawasan; c di Kaliorang yang direncanakan sebagai sub pusat pelayanan kawasan; dan d di SP-5 Kaliorang yang direncanakan sebagai sub pusat pelayanan kawasan. Di masing zona wilayah usaha penunjang pengembangan kawasan tersebut direncanakan pengembangan sarana dan prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan kawasan akan pelayanan sosial, ekonomi, budaya dan transportasi. Peta arahan wilayah pengembangan agribisnis Kabupaten Kutai Timur tertera pada Gambar 13. 100 Gambar 13. Peta arahan wilayah pengembangan agribisnis Kabupaten Kutai Timur Sumber: Bappeda Kabupaten Kutai Timur, 2005.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Status Keberlanjutan Pembangunan Kawasan Transmigrasi Kaliorang

Keberlanjutan pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering di Kaliorang dianalisis dengan model MDS. Nilai indeks keberlanjutan yang diperoleh berdasarkan penilaian terhadap semua atribut tercakup dalam enam dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, kelembagaan, dan aksesibilitas. Berdasarkan hasil diskusi dengan stakeholder dan pakar disepakati 48 atribut yang tersebar dalam enam dimensi pembangunan kawasan transmigrasi di lahan kering seperti tertera pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20, dan 21. Tabel 15. Dimensi ekologi pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering Nomor Dimensi Ekologi 1 Tingkat pemanfaatan kesuaian kondisi permukaan tanah untuk berbagai komditas pertanian sehingga dapat mengurangi erosi. 2 Tingkat kesuburan tanah di kawasan transmigasi untuk kegiatan usahatani 3 Pemanfaatan pupuk organik dari limbah pertanian untuk usahatani transmigran 4 Pemanfaatan pupuk anorganik kimia untuk usahatani transmigran 5 Luasan lahan LP+ LU-I+LU-II = 2 ha yang ditanami dengan komoditi pertanian 6 Jenis dan sumber air disamping air hujan, air tanah dan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk konsumsi rumah tangga dan usahatani. Tabel 16. Dimensi ekonomi pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering Nomor Dimensi Ekonomi 1 Pendapatan transmigran dari usahatani on farm tanaman pangan dan tanaman perkebunan untuk perbaikan dan peningkatan taraf hidup 2 Pendapatan transmigran dari usaha non tani off farm untuk perbaikan dan peningkatan taraf hidup 3 Konstribusi terhadap peningkatan penghasilan rata-rata transmigran dari aktifitas usahatani transmigran 4 Kontribusi penghasilan dari usahatani transmigran terhadap pendapatan asli daerah 5 Lembaga keuangan makro dan mikro sebagai pendukung pendanaan bagi kegiatan usahatani transmigran 6 Sumber pendanaan sebagai pendukung kegiatan usahatani transmigran 7 Mitra kerja perorangan atau lembaga yang bekerjasama dan berusaha saling menguntungkan dengan transmigran 8 Tata niaga pemasaran hasil pertanian mulai dari produsen, pasar lokal hingga pasar regional