82
4.2  Kondisi Fisik Lahan
Kecamatan  Kaliorang  memiliki  potensi  pengembangan  lahan  sawah irigasi  dan  tadah  hujan,  lahan  kering  dan  lahan  tambak.    Sawah  irigasi  adalah
pengembangan  sawah  dengan  pengairan  dari  bendungan  Sungai  Kambun ataupun pompanisasi.  Sawah tadah hujan di beberapa desa dengan satu musim
tanam  padi  sawah.  Untuk  lahan  sawah  irigasi  cukup  sesuai  untuk pengembangan padi, sedang untuk lahan tadah hujan sesuai marginal.  Dengan
perluasan  lahan  sawah  irigasi  baik  bendungan  maupun    pompanisasi  masih tersedia lahan cukup luas yang  sesuai untuk pengembangan komoditi padi.
Luas  wilayah  Kecamatan  Kaliorang  yaitu  69.901  ha,  yang  dimanfaatkan seluas 32.014 ha dan sisanya merupakan areal hutan  negara. Dari areal lahan
yang  telah  dimanfaatkan,  6.043  ha  18  merupakan  lahan  sawah  dan  25.971 ha  merupakan  lahan  kering.  Lahan  sawah  memiliki  luas  6.043  ha,  yang  terdiri
dari lahan sawah beririgasi seluas 1.677 ha, 1.244 ha lahan sawah tadah hujan dan  3.122  ha  saat  ini  tidak  diusahakan.    Lahan  kering  seluas  25.971  ha  yang
saat  ini  tidak  diusahakan  seluas  8.136  ha,  untuk  bangunan,  pemukiman  dan penggunaan lain seluas 3.208 ha, lahan hutan rakyat seluas 8.399 ha dan areal
budidaya  seluas  12.271  ha  yang  terdiri  dari  areal  tegalan  seluas  7.430  dan perkebunan seluas 4.841 ha.
Dari sebaran penggunaan lahan di setiap desa terlihat bahwa pada desa- desa asal desa Kaliorang dan Selangkau memiliki areal pengembangan paling
luas  dibanding  desa-desa  lain  yang  merupakan  desa ex
transmigrasi. Penggunaan  lahan  di  kedua  desa  tersebut  telah  mencapai  55  dari    luasan
pemanfaatan  lahan  oleh  15  desa  di  Kecamatan    Kaliorang.    Desa-desa  eks transmigrasi  memiliki lahan pekarangan dan lahan  usaha sesuai dengan jumlah
KK  di  desa  tersebut  pada  saat  penempatan.  Demikian  pula  telah  terjadi pergeseran  antara  luas  lahan  yang  diusahakan  semula  dibuka  pada  saat
penempatan  dengan  pemanfaatan  lahan  saat  ini.  Kegagalan  pembangunan kebun kelapa hibrida  di lahan usaha II dan kesalahan pembukaan lahan usaha I
ataupun  pekarangan  menyebabkan  transmigran  membuka  lahan  baru  dan menambah pemanfaatan lahan.
Berdasarkan data tata guna lahan di Kecamatan Kaliorang terlihat adanya potensi lahan  untuk  pengembangan  pertanian  atau  agribisnis.    Potensi  tersebut
adalah  pengusahaan  tanaman  pangan  lahan  kering  ataupun  tanaman hortikultura semusim pada lahan kering ataupun  tanaman hortikultura semusim
83 pada lahan sawah dan tegalan seluas 13.523 ha.  Bentuk pengembangan adalah
intensifikasi penggunaan lahan atau pemanfaatan lahan yang hingga kini belum dimanfaatkan. Potensi utama adalah pengembangan tanaman perkebunan  pada
lahan bekas  perkebunan kelapa hibrida yang gagal.  Luasan bekas  perkebunan ini sekitar 3.530 ha yang saat ini terlantar.
Lahan  kering  di  wilayah  ini  juga  potensial  untuk  pengembangan  jenis tanaman  palawija,  buah-buahan  dan  tanaman  perkebunan.  Tanaman  palawija
yang tergolong  sesuai marginal antara lain  kedelai dan kacang tanah dan yang tergolong  cukup  sesuai  adalah  jagung.    Adapun  tanaman  buah-buahan  seperti
pisang  dan  nenas  tergolong  cukup  sesuai,  jeruk  tergolong  cukup  sesuai    untuk areal  tertentu  dan  durian    tergolong  sesuai  marginal.  Tanaman  tahunan  yang
tergolong  sesuai marginal di kawasan ini adalah kelapa sawit, kakao dan lada. Lahan  potensial  untuk tambak  di  Kecamatan  Kaliorang seluas 3.500  ha.
Lahan  tersebut  merupakan  dataran marine
yang  merupakan  daerah  pasang- surut  air  laut  dan  neraca  beberapa  sungai  sehingga  diperoleh  air  payau  yang
sesuai  untuk  pengembangan  budidaya  tambak  baik  udang  galah  maupun bandeng.    Dengan  kondisi  pasang  surut  tersebut  tambak  dapat  dikembangkan
dengan teknologi sederhana, murah dan untuk menjaga kelestarian  lingkungan di  lakukan  budidaya  semi  intensif.  Komoditi  yang  sesuai  dikembangkan  adalah
udang galah, bandeng, pembenihan udang maupun bandeng. Potensi  lahan    di  unit  pemukiman  transmigrasi  dapat  dilihat  dari  alokasi
lahan setiap KK, yaitu lahan pekarangan  0.5 ha, lahan usaha I seluas 1 ha dan lahan usaha II seluas 2 ha.  Dengan setiap KK memperoleh  lahan seluas 3.5 ha
maka total lahan seluas 7.070 ha.  Keragaan sebaran lahan pekarangan, lahan usaha I dan II di setiap desa UPT disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7.    Sebaran luas lahan pekarangan, lahan usaha I dan II Unit Pemukiman Transmigrasi di Kecamatan Kaliorang
LU-I ha LU-II ha
Nama UPT LP
ha Tersedia  Terpakai  Potensi  Tersedia  Terpakai  Potensi
Total lahan potensi ha
Kaliorang I 64,50
193,50 154
39,50 258
75 183
222,50 Kaliorang II
58,75 176,25
120 56,25
235 47
188 244,25
Kaliorang III 59,25
177,75 150
27,75 237
59 178
205,75 Kaliorang IV
77,50 232,50
175 57,50
310 62
248 305,50
Kaliorang V 78,50
235,50 160
75,50 314
45 269
344,50 Jumlah
885,00  2.655,00 1.943
712,00 3.540
857 2.683
3.395,00
Sumber: Podes Kaliorang 2006; Depnakertrans 2006
84 Dari data tersebut terlihat bahwa potensi lahan yang dapat dikembangkan
di  pemukiman  transmigrasi  seluas  7.080  ha  yang  terdiri  dari  885  ha  lahan pekarangan, 2.655 ha lahan usaha I dan 3.540 ha lahan usaha II.  Lahan  yang
telah dikembangkan  oleh transmigran penduduk pada saat ini umumnya masih lahan pekarangan dan alang-alang karena kegagalan pembangunan perkebunan
kelapa hibrida sebagai lahan  plasma.  Dengan demikian  lahan usaha II tersebut masih potensial untuk pengembangan komoditi perkebunan.
Dengan  kondisi  lahan  usaha  I  yang  sebagian  tidak  dapat  diusahakan karena
top  soil- nya  terkupas  atau  LU  II  bekas  perkebunan  cukup  berat
membukanya  untuk  lahan    tanaman  semusim,  menyebabkan    kebanyakan transmigran    mengembangkan    lahan  restan  membuka  lahan  baru.    Hal  ini
diperbolehkan  karena  adanya  pemberitahuan  kepada  masyarakat  oleh Pemerintah  Kabupaten  Kutai  Timur  bahwa  setiap  KK  diperbolehkan  menguasai
lahan hingga 5 ha. Pada pemukiman di kawasan Kaliorang pada umumnya membentuk pola
linier.  Bentuk  pola  linier  ini  diperlihatkan  oleh  satuan  pemukiman  yang berkelompok  dengan  perkembangan  yang  memanjang  sepanjang  tepian  jalan
utama  atau  aliran  sungai.  Di  Kecamatan  Kaliorang  umumnya  pemukiman berkembang  di  jalur  jalan  dengan  disain  dari  Rencana  Teknis  Satuan
Pemukiman  Transmigrasi.  Fasilitas  perumahan  di  kawasan  ini  umumnya perumahan kayu dan semi permanen.
Dalam  RTRW  Kabupaten  Kutai  Timur  telah  ditetapkan  pusat-pusat permukiman pedesaan di ketiga kecamatan di kawasan Sangsaka Sangkulirang,
Sandaran  dan  Kaliorang.    Pusat  permukiman  pedesaan  dimaksudkan  sebagai kawasan permukiman dengan dominasi kegiatan sektor pertanian yang berfungsi
sebagai  tempat  penyedia  pelayanan  antar  desa  ataupun    antar  desa  dengan kota.  Pusat permukiman  pedesaan di kawasan Kaliorang adalah Bukit Makmur,
Bangun  Jaya,  Bumi  Etam,  Bumi  Rapak,  dan  Kaliorang.  Uraian  mengenai pengembangan  lahan  oleh  transmigran  di  Kecamatan  Kaliorang  seperti  tertera
pada Tabel 8. Pemanfaatan  lahan  tersebut  menunjukkan  bahwa  belum  seluruh  lahan
yang dialokasikan untuk transmigrasi dimanfaatkan.  Untuk pengembangan lebih lanjut  masih  tersedia  lahan  yang  cukup  luas.    Di  samping  itu,  pengembangan
komoditi masih sangat beragam. Untuk mendukung agroindustri dan pemasaran
85 hasil  pertanian  perlu  skenario  pengembangan  komoditi  dengan  skala  tertentu
dan dalam konteks kawasan. Tabel 8.  Pengembangan lahan di UPT Kecamatan Kaliorang
Desa Jenis Alokasi
Lahan Luas ha
Jenis Komoditi yang Dikembangkan
Bukit Makmur LU I, LU II
230 Pisang,  Kakao,  Tanaman  pangan
lahan kering Bukit Harapan
LU  I,    LU II 350
Pisang,  kakao,  tanaman  pangan semusim
LU I 230
Pisang, kakao Cipta Manunggal
Jaya 150
Sawah  tadah  hujan  dan  tanaman pangan lahan kering
LU I 140
Pisang dan kakao LU I
92 Sawah tadah hujan
Bangun Jaya LU II
40 Pisang dan kakao
LU I 135
Sawah tadah hujan Bumi Sejahtera
100 Pisang dan kakao
Sumber: Bappeda Kutai Timur 2004
4.3  Kependudukan dan Sosial Budaya