Multi dimensional scaling Analisis data

71 kawasan Kalioran di masa mendatang, analisis prospektif untuk menentukan faktor-faktor kunci pengembangan kawasan transmigrasi di lahan kering, dan analytical hierarchy process untuk menentukan prioritas kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi lahan kering.

3.4.1 Multi dimensional scaling

Multi Dimensional Scaling MDS adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui keberlanjutan pembangunan wilayah secara multidisipliner. MDS pada dasarnya merupakan teknik statistik melalui transformasi multidimensi ke dalam dimensi yang lebih rendah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan software pendukung MDS. Pembuatan peringkat disusun berdasarkan urutan nilai terkecil ke nilai terbesar baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan bukan berdasarkan urutan nilai dari yang terburuk ke nilai yang terbaik. Dalam penentuan skor baik atau buruk pada MDS berkaitan dengan persepsi. Skor masing-masing atribut dianalisis secara multi dimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan pengelolaan kawasan transmigrasi yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik “baik” good dan titik “buruk” bad . Untuk memudahkan visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinasi Alder et al ., 2000. Identifikasi terhadap potensi dan kondisi sumberdaya lahan dan peluang pengembangan kawasan transmigrasi lahan kering yang dilandasi suatu konsep yang adaptif, agar arah pengembangan kawasan dapat sinergis dengan struktur dan pola pemanfaatan ruang pada wilayah yang mempunyai sektor basis di bidang pertanian. Dalam kaitan dengan hal tersebut, dilakukan identifikasi terhadap kawasan yang memenuhi enam dimensi yakni ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi, kelembagaan, aksesibilitas dan fasilitas umum. Selanjutnya dilakukan pengembangan sub-indikator atribut untuk ke-enam dimensi tersebut dengan melibatkan semua stakeholder dan pakar. Tahapan yang dilakukan dalam penentuan atribut masing-masing dimensi adalah sebagai berikut: 1. Menyepakati pengertian dan ruang lingkup keenam dimensi bersama dengan semua stakeholder dan pakar 2. Menjelaskan beberapa atribut yang telah diperoleh dari hasil kajian pustaka, termasuk atribut dari kebijakan yang terkait dengan pembangunan kawasan transmigrasi, kondisi dan potensi kawasan transmigrasi Kaliorang 72 3. Melakukan pemilihan dan penambahan atribut yang relevan dengan kondisi kawasan transmgirasi lahan kering Kaliorang 4. Mendiskusikan dengan stakeholders dan pakar mengenai teknik pengukuran, skala pengukuran, dan pembobotan yang digunakan untuk setiap atribut. Atribut untuk setiap dimensi yang disepakati adalah: Dimensi ekologi pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering adalah: 1 kesesuaian kondisi permukaan tanah dengan usahatani, 2 tingkat kesuburan tanah, 3 pemanfaatan pupuk organik, 4 pemanfaatan pupuk kimia, 5 luasan lahan yang ditanami, dan 6 ketersediaan air. Dimensi ekonomi pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering adalah: 1 pendapatan transmigran dari usahatani, 2 pendapatan transmigran dari usaha non tani, 3 konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan transmigran dari usahatani, 4 kontribusi terhadap PAD, 5 tersedianya lembaga keuangan pendukung program usahatani, 6 sumber modal untuk kegiatan usahatani, 7 tersedianya mitra usaha investor, dan 8 tata niaga hasil pertanian. Dimensi sosial budaya pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering adalah: 1 pengaruh program transmigrasi terhadap nilai-nilai sosial budaya lokal, 2 pola rekruitmen calon transmigrasi terhadap keberhasilan transmigran, 3 pelatihan kegiatan usahatani transmigran, 4 pengalaman dan keterampilan dibidang pertanian, 5 pola pembinaan transmigran di lokasi permukiman, 6 jumlah transmigran swakarsa, 7 tingkat pendidikan rata-rata, 8 status kesehatan warga transmigran, 9 tingkat penyerapan tenaga kerja, dan 10 frekuensi konflik. Dimensi teknologi pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering adalah: 1 konservasi tanah lahan kering, 2 teknik penyiapan lahan, 3 teknologi pengolahan lahan kering, 4 teknologi budidaya, 5 teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman, 6 komoditi pertanian dengan kesesuaian lahan kering, 7 teknologi pengolahan hasil, dan 8 teknologi informasi komoditi pertanian. Dimensi kelembagaan pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering adalah: 1 ketersediaan juklak dan juknis pembangunan permukiman transmigrasi, 2 kelengkapan lahan LU-I, LU- II yang di terima transmigran, 3 status sertifikasi lahan LP, LU-I, LU-II, 4 ketersediaan personil pembinaan di lokasi transmigrasi, 5 lembaga kelompok tani transmigran, 6 lembaga 73 keuangan mikro di lokasi transmigrasi, 7 lembaga adat, dan 8 adanya tokoh panutan yang disegani di lokasi transmigrasi. Dimensi aksesibilitas dan fasilitas umum pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering adalah: 1 kondisi jalan, 2 ketersediaan sarana transportasi, 3 fasilitas pemasaran hasil pertanian, 4 fasilitas air bersih untuk konsumsi, 5 fasilitas air untuk pertanian dan industri, 6 fasilitas sosial, 7 fasilitas telekomunikasi, dan 8 jaringan listrik. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan software Rapfish Rapid Appraisal for Fisheries . Teknik Rapfish adalah suatu metode multidisiplin yang digunakan untuk mengevaluasi perbandingan perikanan berkelanjutan berdasarkan jumlah atribut yang banyak tetapi mudah untuk dinilai. Dalam analisis Rapfish setiap data yang diperoleh diberi skor yang menunjukkan status sumberdaya tersebut. Ordinasi Rapfish dibentuk oleh aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, kelembagaan, dan aksesibilitas. Manfaat dari teknik Rapfish ini adalah dapat menggabungkan berbagai aspek untuk dievaluasi komponen keberlanjutannya dan dampaknya terhadap perikanan dalam ekosistem laut dan dapat menduga hubungannya dengan FAO Code of Conduct Alder et al ., 2000. Prosedur analisis MDS dilakukan melalui beberapa tahapan yang secara visual ditampilkan pada Gambar 10. Gambar 10. Proses aplikasi MDS 74 Tahap proses ordinasi menggunakan perangkat lunak modifikasi Rapfish Kavanagh, 2001. Perangkat lunak Rapfish merupakan pengembangan MDS yang ada di dalam perangkat lunak SPSS, untuk proses rotasi, kebalikan posisi fliping , dan beberapa analisis sensitivitas telah dipadukan menjadi satu perangkat lunak. Melalui MDS maka posisi titik keberlanjutan tersebut dapat divisualisasikan dalam dua dimensi sumbu horizontal dan vertikal. Untuk memproyeksikan titik-titik tersebut pada garis mendatar dilakukan proses rotasi, dengan titik ekstrim “buruk” diberi nilai skor 0 dan titik ekstrim “baik” diberi skor nilai 100. Posisi keberlanjutan sistem yang dikaji akan berada di antara dua titik ekstrem tersebut. Nilai ini merupakan nilai indeks keberlanjutan pembangunan kawasan transmigrasi yang dilakukan pada saat ini. Analisis ordinasi ini juga dapat digunakan hanya untuk satu dimensi saja dengan memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud. Hasil analisis akan mencerminkan seberapa jauh status keberlanjutan dimensi tersebut. Jika analisis setiap dimensi telah dilakukan maka analisis perbandingan keberlanjutan antar dimensi dapat dilakukan dan divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram . Output dari hasil analisis ini adalah berupa status keberlanjutan kawasan transmigrasi Kaliorang untuk ke-enam dimensi dalam bentuk skor dengan skala 0 – 100. Kategori keberlanjutan kawasan transmigrasi di lahan kering adalah: 1 Skor 50 berarti tidak berkelanjutan; 2 Skor 50 – 75 berarti belum berkelanjutan; dan 3 Skor 75 berarti berkelanjutan. Hasil lain yang diperoleh adalah penentuan faktor pengungkit leverage factor s untuk pembangunan kawasan yang merupakan faktor-faktor strategis yang harus diperhatikan dalam kawasan transmigrasi di lahan kering di masa mendatang. Kegunaan faktor pengungkit adalah untuk mengetahui faktor sensitif atau intervensi yang dapat dilakukan dengan cara mencari faktor sensitif untuk pembangunan kawasan yang lebih baik. Nilai stress pada analisis dengan metode MDS sudah cukup memadai jika diperoleh nilai kurang dari 25 Kavanagh, 2001. Semakin kecil nilai stress yang diperoleh berarti semakin baik kualitas hasil analisis yang dilakukan. Nilai koefisien determinasi r 2 semakin baik jika nilainya semakin besar mendekati 1. Kedua parameter digunakan untuk menunjukkan atribut yang digunakan pada analisis keberlanjutan pembangunan kawasan transmigrasi Kaliorang dalam menerangkan seluruh dimensi pembangunan yang dianalisis. 75 Untuk menguji tingkat kepercayaan nilai indeks masing-masing dimensi digunakan analisis Monte Carlo. Analisis Monte Carlo sangat membantu dalam analisis keberlanjutan pembangunan kawasan untuk melihat pengaruh kesalahan pembuatan skor pada setiap atribut yang disebabkan oleh kesalahan prosedur atau pemahaman terhadap atribut, variasi pemberian skor karena perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda, stabilitas proses analisis MDS, kesalahan memasukan data atau ada data yang hilang, dan nilai stress yang terlalu tinggi. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan antara hasil analisis metode MDS dengan analisis Monte Carlo mengindikasikan hal-hal sebagai berikut: 1 variasi kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut; 2 variasi pemberian skor akibat perbedaan opini; 3 kestabilan proses analisis yang dilakukan secara berulang- ulang; dan 4 kesalahan pemasukan data dan data yang hilang.

3.4.2 Analisis Kebutuhan Stakeholder