Status Keberlanjutan Pembangunan Kawasan Transmigrasi Kaliorang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Status Keberlanjutan Pembangunan Kawasan Transmigrasi Kaliorang

Keberlanjutan pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering di Kaliorang dianalisis dengan model MDS. Nilai indeks keberlanjutan yang diperoleh berdasarkan penilaian terhadap semua atribut tercakup dalam enam dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, kelembagaan, dan aksesibilitas. Berdasarkan hasil diskusi dengan stakeholder dan pakar disepakati 48 atribut yang tersebar dalam enam dimensi pembangunan kawasan transmigrasi di lahan kering seperti tertera pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20, dan 21. Tabel 15. Dimensi ekologi pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering Nomor Dimensi Ekologi 1 Tingkat pemanfaatan kesuaian kondisi permukaan tanah untuk berbagai komditas pertanian sehingga dapat mengurangi erosi. 2 Tingkat kesuburan tanah di kawasan transmigasi untuk kegiatan usahatani 3 Pemanfaatan pupuk organik dari limbah pertanian untuk usahatani transmigran 4 Pemanfaatan pupuk anorganik kimia untuk usahatani transmigran 5 Luasan lahan LP+ LU-I+LU-II = 2 ha yang ditanami dengan komoditi pertanian 6 Jenis dan sumber air disamping air hujan, air tanah dan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk konsumsi rumah tangga dan usahatani. Tabel 16. Dimensi ekonomi pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering Nomor Dimensi Ekonomi 1 Pendapatan transmigran dari usahatani on farm tanaman pangan dan tanaman perkebunan untuk perbaikan dan peningkatan taraf hidup 2 Pendapatan transmigran dari usaha non tani off farm untuk perbaikan dan peningkatan taraf hidup 3 Konstribusi terhadap peningkatan penghasilan rata-rata transmigran dari aktifitas usahatani transmigran 4 Kontribusi penghasilan dari usahatani transmigran terhadap pendapatan asli daerah 5 Lembaga keuangan makro dan mikro sebagai pendukung pendanaan bagi kegiatan usahatani transmigran 6 Sumber pendanaan sebagai pendukung kegiatan usahatani transmigran 7 Mitra kerja perorangan atau lembaga yang bekerjasama dan berusaha saling menguntungkan dengan transmigran 8 Tata niaga pemasaran hasil pertanian mulai dari produsen, pasar lokal hingga pasar regional 103 Tabel 17. Dimensi sosial budaya pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering Nomor Dimensi Sosial Budaya 1 Pengaruh respon program transmigrasi terhadap nilai-nilai sosial budaya masyarakat lokal 2 Pola, cara dan persyaratan rekruitmen calon transmigrasi terhadap keberhasilan transmigran dalam usahatani 3 Pelatihan kegiatan usahatani transmigran secara rutin dan berkelanjutan 4 Latar belakang, pengalaman, pendidikan dan keterampilan transmigran dibidang pertanian 5 Pembinaan sosial, budaya, mental dan spiritual transmigran di lokasi permukiman oleh instansi terkait dan LSM 6 Transmigran swakarsa mandiri TSM yang datang dan menetap di lokasi transmigrasi karena menyusul kerabatnya transmigran yang berhasil 7 Tingkat pendidikan formal dan nonformal rata-rata transmigran 8 Kondisi kesehatan warga transmigran selama berada di permukiman transmigrasi 9 Tenaga kerja yang ikut dalam usahatani transmigran 10 Frekuensi konflik yang terjadi di kawasan transmigrasi baik antar sesama warga atau dengan warga sekitar kawasan permukiman. Tabel 18. Dimensi teknologi pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering Nomor Dimensi Teknologi 1 Pengetahuan dan pengalaman transmigran tentang konsevasi lahan di lahan kering 2 Teknik dan metode penyiapan lahan lokasi transmigrasi lahan kering 3 Pengetahuan transmigran tentang pengelolaan dan pengolahan lahan kering 4 Pengetahuan dan pengalaman transmigran tentang teknologi pembibitan untuk komoditi-komoditi pertanian di lahan kering 5 Ketersediaan teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman yang dapat dengan mudah dan murah dipergunakan oleh transmigran 6 Pengetahuan dan pengalaman transmigran tentang komoditi pertanian dengan kesesuaian lahan di lahan kering 7 Ketersediaan teknologi pasca panen yang dapat dengan mudah dan murah dipergunakan oleh transmigran 8 Pengetahuan transmigran tentang informasi pasar lokal untuk memasarkan komoditi pertanian 104 Tabel 19. Dimensi kelembagaan pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering Nomor Dimensi Kelembagaan 1 Juklak dan juknis mulai dari perencanaan, pembangunan dan pemberdayaan pembinaan permukiman transmigrasi 2 Kelengkapan lahan LU-I, LU- II yang di terima transmigran baik luasan maupun sertifikat lahan 3 Status sertifikasi lahan LP, LU-I, LU-II yang diberikan pada transmigran dan masa pemberian sertifikat tanah 4 Ketersediaan personil pembinaan dari instansi intern, instansi terkait dan LSM di lokasi transmigrasi 5 Keberadaaan lembaga atau kelompok tani transmigran dan aturan-aturannya yang ada di lokasi transmigrasi 6 Keberadaaan lembaga koperasi di lokasi transmigrasi dalam mendukung usahatani transmigran 7 Keberadaaan lembaga adat dari masyarakat 8 Adanya tokoh panutan yang disegani di lokasi transmigrasi yang berasal dari warga transmigran maupun dari masyarakat lokal Tabel 20. Dimensi aksesibilitas dan fasilitas umum pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering Nomor Dimensi Aksesibilitas dan Fasilitas Umum 1 Kondisi kualitas jalan penghubung poros yang dapat dilalui dengan kendaraan roda empat dan roda dua dengan mudah 2 Kemudahan mendapatkan alat transportasi terutama untuk melakukan aktifitas usahatani 3 Ketersediaan sarana pemasaran hasil usahatani transmigran yang dengan mudah dapat dilakukan oleh transmigran dan masyarakat 4 Ketersediaan air bersih untuk konsumsi rumah tangga 5 Ketersediaan air untuk usahatani dan industri 6 Kelengkapan sarana fasilitas umum di lokasi transmigrasi pasar, tempat ibadah, balai desa, puskemas, sekolah 7 Ketersediaan sarana telekomunikasi yang dengan mudah dapat dipergunakan oleh transmigran dan masyarakat 8 Ketersediaan sarana listrik yang dengan mudah dapat diperoleh dan dipergunakan transmigran dan masyarakat Hasil analisis menunjukkan bahwa pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering di Kaliorang belum berkelanjutan. Dari enam dimensi yang dianalisis untuk menentukan status keberlanjutan pembangunan kawasan, terdapat tiga dimensi yang tergolong belum berkelanjutan skor 50 – 75 yakni dimensi ekologi 105 dengan nilai indeks 55,0; dimensi sosial 57,7, dan dimensi kelembagaan 62,0. Faktor pengungkit pada dimensi ini perlu ditingkatkan untuk mencapai kondisi berkelanjutan. Dimensi yang tergolong tidak berkelanjutan skor 50 adalah dimensi ekonomi dengan nilai indeks 41,5; dimensi teknologi 46,0, dan dimensi aksesibilitas 48,5. Untuk mencapai keberlanjutan pembangunan kawasan maka kinerja atribut-atribut yang tergolong dimensi teknologi, ekonomi, dan aksesibilitas perlu didorong secara optimal dan terpadu. Menurut Serageldin 1996, pembangunan yang berkelanjutan itu adalah jika kegiatan tersebut secara ekonomi, ekologi, dan sosial bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Dimensi aksesibilitas, ekonomi, dan teknologi menjadi hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam kegiatan pembangunan kawasan transmigrasi Kaliorang karena memiliki skor yang paling rendah dan masih relatif jauh dari kondisi keberlanjutan. Status keberlanjutan pembangunan kawasan transmigrasi Kaliorang disajikan pada Gambar 14. Status Pembangunan Kawasan Transmigrasi Kaliorang 48.5

62.0 46.0

57.7 41.5