Rancangan Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi

127 terutama kondisi sosial, budaya dan ekonomi petani, ketersediaan teknologi, ketersediaan dana, serta akses dan peluang pasar. Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji REF Peningkatan kualitas SDM Peningkatan pendapatan asli daerah Penyerapan tenaga kerja Harmonisasi usahatani Pemanfaatan lahan Pengembangan ekonomi Peningkatan minat investasi Peningkatan pendapatan masyarakat Sumber permodalan Tenaga kerja terampil Keberlanjutan usaha Sarana dan prasarana kawasan Regulasi kemitraan dan investasi Penggunaan saprodi Tersedianya teknologi Konservasi lahan - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 Ketergantungan P e n g a ru h Gambar 22. Hasil analisis prospektif faktor kunci pembangunan kawasan transmigrasi Kaliorang berdasarkan kebutuhan stakeholder Faktor-faktor tersebut merupakan masukan dalam perumusan kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi di Kaliorang secara berkelanjutan. Dengan demikian, kebijakan pembangunan kawasan Kaliorang telah dapat mencerminkan aspirasi stakeholder dan kondisi masa depan yang diinginkan.

5.3 Rancangan Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, diperoleh berbagai faktor kunci yang menentukan keberhasilan pembangunan kawasan Kaliorang guna menuju pembangunan berkelanjutan yang mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan ekologi. Hasil ini juga telah mempertimbangkan kondisi eksisting wilayah dan arahan kebijakan pembangunan secara umum. Faktor kunci dari berbagai analisis yang dilakukan disajikan pada Gambar 23. 128 Gambar 23. Jumlah faktor kunci yang diperoleh dari berbagai analisis untuk rumusan alternatif kebijakan Rancangan kebijakan pembangunan kawasan Kaliorang dirumuskan dengan memperhatikan faktor-faktor kunci yang telah dihasilkan dari analisis sebelumnya. Selain itu juga memasukkan hasil tinjauan kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi Kaliorang. Menurut Godet et al. 1999, salah satu tujuan melakukan analisis prospektif adalah untuk menterjemahkan strategi ke dalam perencanaan, tujuan umum dan strategi yang muncul dari analisis prospektif yang berguna untuk menentukan prioritas dalam proses perencanaan. Perumusan kebijakan ini dilakukan melalui FGD dengan stakeholder dan pakar. Rumusan rancangan kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi Kaliorang adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan luas lahan yang ditanami dengan komoditi pertanian unggulan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2. Pengembangan dan penguatan kemitraan usahatani dalam mendukung kegiatan agribisnis komoditi pertanian unggulan 3. Pembangunan dan pemeliharaan sarana jalan penghubung guna menunjang ketersediaan sarana produksi pertanian dan pemasaran hasil pertanian 4. Perbaikan iklim investasi dan peningkatan investasi pemerintah dan pengusaha 5. Pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana kawasan guna menunjang pengembangan kawasan 129 6. Pengembangan teknologi budidaya pertanian dan perbaikan manajemen usaha tani 7. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia khususnya petani dan pelaku usahatani melalui pelatihan dan pendidikan Model AHP digunakan untuk memilih kebijakan yang penting untuk dilaksanakan dan yang lebih aspiratif dari lima alternatif kebijakan yang telah dirumuskan sebelumnya. Kriteria yang digunakan dalam model AHP penentuan kebijakan pembangunan Kaliorang adalah kriteria manajemen pelaksanaan pembangunan, khususnya terkait: aktor pelaksana dalam pembangunan wilayah, dimensi pembangunan berkelanjutan, dan kriteria pelaksanaan untuk masing- masing prinsip pembangunan untuk menentukan prioritas kebijakan pembangunan Kaliorang. Hirarki AHP disusun dengan lima level yang memperlihatkan tahapan proses penetapan prioritas. Kriteria yang digunakan untuk pencapaian dimensi merupakan gabungan hasil analisis faktor pengungkit keberlanjutan pembangunan dan analisis kebutuhan stakeholder yang dikelompokkan ke dalam enam dimensi sesuai dengan dimensi pengembangan kawasan transmigrasi yang telah dianalisis. Pengisian kuesioner matriks perbandingan berpasangan disampaikan kepada stakeholder yang prominent di provinsi di Kalimantan Timur 1 orang, Kabupaten Kutai Timur 8 orang, Kecamatan Kaliorang 5 orang, dan 1 orang di Jakarta. Keinginan dan preferensi stakeholder merupakan aspirasi pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan pakar terhadap kebijakan yang diinginkannya terkait dengan pembangunan Kaliorang, baik untuk kepentingan saat ini maupun di masa yang akan datang. Penentuan prioritas kebijakan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan agar diperoleh hasil yang partisipatif dan akomodatif sehingga kebijakan yang dihasilkan dapat dilaksanakan dan didukung oleh semua stakeholder . Analisis dilakukan pada setiap level dari hirarki penentuan kebijakan dalam pemanfaatan ruang wilayah pulau Kalimantan. Bobot dan prioritas yang dianalisis adalah hasil kombinasi gabungan dari pendapat dan penilaian seluruh stakeholder pada setiap matriks perbandingan berpasangan. Hasil analisis disajikan pada Gambar 24. 130 Gambar 24. Bobot faktor-faktor pada setiap level penentuan kebijakan Pada level 2 aktor diperoleh hasil analisis yaitu pemerintah daerah bobot 0,457 merupakan aktor yang paling berperan dalam penentuan kebijakan pengembangan kawasan Kaliorang. Hal ini menujukkan bahwa aspirasi pemerintah daerah menjadi fokus perhatian dalam penentuan kebijakan pembangunan. Aktor yang menjadi prioritas kedua adalah pemerintah bobot 0,223. Pemerintah daerah dan pusat dalam hal ini memegang otoritas dalam perencanaan dan pembangunan wilayah serta berperan menjamin kelestarian pemanfaatan sumberdaya untuk kesejahteraan masyarakat. Aktor pengusaha dan masyarakat merupakan prioritas ketiga dan keempat. Pada tahap implementasi, kedua aktor ini perlu dilibatkan dalam proses pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Hal ini karena di lokasi transmigrasi, pengusaha dan masyarakat memegang peranan yang paling dominan. Pada level 3, tujuan pengembangan kawasan Kaliorang yang menjadi prioritas utama adalah: peningkatan aksesibilitas kawasan 0,250, kelestarian ekosistem dan fungsinya 0,227, pertumbuhan ekonomi 0,200, kesejahteraan sosial 0,168, pengembangan dan penerapan teknologi 0,080, dan penguatan kelembagaan 0,054. Hal ini merupakan indikator bahwa pada umumnya stakeholder mementingkan aspek aksesibilitas kawasan, kelestarian ekosistem dan fungsinya, dan pertumbuhan ekonomi sebagai dimensi penting dalam 131 pengembangan kawasan transmigrasi. Pririotas ini menujukkan keinginan stakeholder dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan pada kawasan transmigrasi Kaliorang. Pada level empat, kriteria dari setiap tujuan pembangunan, diperoleh hasil bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, aspek yang harus diprioritaskan adalah sumber permodalan dan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat. Tujuan ekologi yang menjadi prioritas adalah luasan lahan yang ditanami komoditi pertanian dan pemanfaatan pupuk organik. Tujuan sosial yang menjadi prioritas adalah pola rekruitmen transmigran. Tujuan teknologi yang menjadi prioritas adalah teknologi konservasi lahan kering dan teknologi pasca panen. Tujuan kelembagaan yang menjadi prioritas adalah kelengkapan lahan dan status sertifikasi lahan. Tujuan aksesibilitas yang menjadi prioritas adalah kondisi jalan dan fasilitas air untuk pertanian dan industri. Kesemuanya faktor ini menjadi saklah satu bahan pertimbangan dalam penyusunan strategio implementasi arahan kebijakan terpilih. Selanjutnya berdasarkan judgement semua stakeholder dan pakar pada setiap level diperoleh bobot dan prioritas alternatif kebijakan pembangunan kawasan Kaliorang. Hasil analisis disajikan pada Gambar 25. 0.098 0.109 0.119 0.126 0.146 0.158 0.222 Sarpras kawasan Teknologi Kualitas SDM Sarana jalan Luas lahan Iklim investasi Mitra usaha A lt e rn a ti f K e b ij a k a n Bobot 0.098 0.109 0.119 0.126 0.146 0.158 0.222 Sarpras kawasan Teknologi Kualitas SDM Sarana jalan Luas lahan Iklim investasi Mitra usaha A lt e rn a ti f K e b ij a k a n Bobot Gambar 25. Bobot masing-masing alternatif kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi Kaliorang Nilai indeks konsistensi adalah 0,05 overall inconsistency , yang berarti nilai pembobotan perbandingan berpasangan pada setiap matriks adalah konsisten. Hal ini juga berarti masing-masing responden telah memberikan jawaban yang konsisten. 132 Hasil AHP tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pengembangan dan penguatan kemitraan usahatani dalam pengembangan komoditi pertanian unggulan merupakan alternatif kebijakan yang memiliki bobot tertinggi 0,222 dan menjadi prioritas utama dalam pembangunan kawasan Kaliorang. Pertimbangan utama stakeholder memprioritaskan kebijakan ini adalah bahwa realisasi kebijakan ini akan mendorong percepatan pembangunan kawasan serta dapat menjadi faktor pendorong pelaksanaan enam alternatif kebijakan lain. Prioritas kebijakan kedua adalah perbaikan iklim investasi dan peningkatan investasi pemerintah dan pengusaha bobot 0,158. Kebijakan kemitraan usaha dan perbaikan investasi ini diharapkan diimplementasikan secara terpadu untuk mendukung keberlanjutan dan percepatan pengembangan kawasan transmigrasi di Kaliorang. Peningkatan iklim investasi dan kemitraan usahatani dapat dicapai dengan dukungan sarana dan prasarana yang sesuai kebutuhan dan aksesibilitas kawasan yang mendukung kegiatan agribisnis dan agroindustri. Prioritas kebijakan ketiga adalah peningkatan luas lahan yang ditanami dengan komoditi pertanian unggulan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat 0,146. Prioritas kebijakan keempat pembangunan dan pemeliharaan sarana jalan penghubung guna menunjang ketersediaan sarana produksi pertanian dan pemasaran hasil pertanian bobot 0,126. Peningkatan iklim investasi dan kemitraan usahatani dapat dicapai dengan dukungan sarana jalan penghubung yang memadai. Berdasarkan bobotnya, kedua kebijakan ini diharapkan diimplementasikan secara terpadu untuk mendukung keberlanjutan dan percepatan peningkatan kemitraan usahatani dan iklim investasi. Prioritas kebijakan kelima adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia khususnya petani dan pelaku usahatani melalui pelatihan dan pendidikan bobot 0,119. Kebijakan ini pada dasarnya mendukung implementasi kebijakan kemitraan usahatani. Prioritas keenam dan ketujuh adalah pengembangan teknologi budidaya pertanian dan perbaikan manajemen usaha tani bobot 0,109 dan pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana kawasan bobot 0,0985. Kebijakan ini diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi wilayah untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Hasil analisis AHP tersebut telah disepakati oleh semua stakeholder dan menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan pembangunan kawasan 133 transmigrasi lahan kering di Kaliorang. Pada FGD disepakati bahwa hasil tersebut sesuai dengan keinginan semua stakeholder . Dengan demikian, implementasi kebijakan ini diharapkan dapat terlaksana dengan baik.

5.4 Strategi Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan