9 kawasan. Faktor tersebut memiliki pengaruh yang tinggi terhadap faktor lainnya
dalam pengembangan kawasan sehingga melalui pengembangan faktor tersebut akan dapat mendorong pengembangan kawasan secara efektif dan efisien.
Untuk memudahkan implementasi kebijakan dan strategi pengembangan kawasan transmigrasi Kaliorang, maka semua proses tersebut dilakukan secara
partisipatif melibatkan stakeholder
kunci. Berdasarkan
uraian tersebut
diperlukan suatu
kajian model
pengembangan kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi berkelanjutan di lahan kering. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh suatu model
kebijakan dan strategi yang dapat memberikan suatu pola pelaksanaan pembangunan kawasan transmigrasi yang berkelanjutan. Model ini dapat
menjadi acuan pelaksanaan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan di lahan kering lainnya yang memiliki karakterisitik kawasan yang serupa.
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian model kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan di lahan kering adalah:
1. Mengetahui status keberlanjutan pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering dari aspek ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi, aksesibilitas,
dan kelembagaan. 2. Menganalisis
faktor-faktor kunci
yang menentukan
keberlanjutan pengembangan kawasan transmigrasi di lahan kering.
3. Merumuskan arahan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan di lahan kering.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian model kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan di lahan kering, diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai alat bagi pengambil keputusan dalam penyusunan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan di Kaliorang.
2. Sebagai acuan bagi pengusaha dan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan kawasan transmigrasi berkelanjutan di Kaliorang
10 3. Sebagai acuan pelaksanaan pengembangan kawasan transmigrasi
berkelanjutan di lahan kering lainnya yang memiliki karakterisitik kawasan yang serupa.
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan di
lahan kering.
1.5 Kerangka Pikir
Pembangunan berkelanjutan mempunyai arti bahwa pembangunan dilakukan tidak saja memenuhi kebutuhan penduduk di masa sekarang tetapi
juga memenuhi kehidupan generasi di masa mendatang Moffatt dan Hanley, 2001. Di dalamnya terdapat dua gagasan penting: 1 gagasan kebutuhan
esensial untuk memberlanjutkan kehidupan manusia, 2 gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap
kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan. Tujuan yang harus dicapai untuk keberlanjutan pembangunan adalah: keberlanjutan
ekologis, ekonomi, sosial budaya dan politik, serta pertahanan dan keamanan. Pembangunan berkelanjutan mempunyai prinsip-prinsip dasar dari setiap elemen
pembangunan berkelanjutan dapat diringkas menjadi empat, yaitu: pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi dan perspektif jangka panjang
Djajadiningrat, 2001. Pada pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada kepentingan
ekonomi dan kepentingan lingkungan, terdapat tiga pilar tujuan, yaitu: pilar pertama, pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, stabilitas
dan efisiensi. Pada pilar kedua pembangunan sosial budaya yang bertujuan pengentasan kemiskinan, pengakuan jati diri dan pemberdayaan masyarakat.
Sedangkan pilar ketiga pembangunan lingkungan dalam hal ini penelitian ditinjau dari aspek lahan yang berorientasi pada perbaikan lingkungan lokal
seperti mengurangi laju erosi, sanitasi lingkungan, industri yang lebih bersih dan rendah emisi, dan kelestarian sumberdaya alam Munasinghe, 1993.
Konsep pembangunan kawasan transmigrasi merupakan salah satu strategi untuk pengembangan wilayah baru. Rustiadi
et al. 2004 menyatakan
bahwa strategi pengembangan dan pembangunan kawasan transmigrasi menjadi sangat penting. Secara teoritis strategi tersebut dapat digolongkan dalam dua
kategori strategi, yaitu: demand side strategy
dan supply side strategy
. Strategi
11 demand side
adalah suatu strategi pengembangan wilayah yang diupayakan melalui peningkatan permintaan akan barang-barang dan jasa dari masyarakat
setempat melalui kegiatan produksi lokal yang menciptakan pendapatan dan konsumsi masyarakat lokal. Strategi
supply side adalah suatu strategi
pengembangan wilayah yang terutama diupayakan melalui investasi modal untuk kegiatan produksi yang berorientasi keluar. Tujuan penggunaan strategi ini
adalah untuk meningkatkan suplai dari komoditi yang pada umumnya di proses dari sumberdaya alam lokal. Adanya peningkatan penawaran akan meningkatkan
ekspor wilayah yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan lokal. Hal ini akan menarik kegiatan lain untuk datang ke wilayah tersebut.
Pembangunan kawasan
transmigrasi pada
tahap perencanaan
memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan dengan perencanaan atau program pembangunan yang ada di wilayah tersebut. Terdapat banyak faktor yang harus
dipertimbangkan secara terpadu pada pembangunan kawasan transmigrasi, karena pembangunan kawasan transmigrasi tidak hanya pembangunan secara
fisik lahan saja tetapi juga pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial budaya. Komponen pembangunan fisik lahan, komponen pembangunan ekonomi
dan komponen pembangunan sosial budaya merupakan tiga komponen utama dalam pembangunan kawasan transmigrasi. Pembangunan secara fisik lahan
kering, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan kelestarian, karena pembangunan permukiman transmigrasi akan mengubah fungsi bentang
lahan yang diawalnya tidak terdapat kegiatan manusia di atas lahan tersebut. Terdapat tiga komponen utama yang harus diperhatikan dalam
pemanfaatan ruangwilayah untuk perencanaan kawasan transmigrasi, yaitu: 1 komponen
optimasi pemanfaatan
sumberdaya lahan
seperti potensi
pertambangan, kehutanan, perkebunan, pertanian, 2 komponen pemanfaatan lingkungan hidup yang harus memperhatikan upaya-upaya pelestarian
sumberdaya alam dan pencegahan kerusakan alam degradasi lahan, dan 3 komponen sarana dan prasarana untuk permukiman dan usaha pertanian, yang
merupakan upaya untuk mendorong peningkatan nilai tambah dari komoditi yang dihasilkan dari ekstraksi sumberdaya alam Depkimpraswil, 2003.
Pada pembangunan kawasan transmigrasi, komponen pembangunan fisik lahan, komponen pembangunan ekonomi dan komponen pembangunan
sosial budaya saling berkait dan saling berinteraksi satu dengan lainnya sehingga penting untuk diperhatikan guna menghasilkan pembangunan kawasan
12 transmigrasi yang berkelanjutan. Apabila ketiga komponen tersebut ditinjau
secara terpadu pada pembangunan kawasan transmigrasi maka akan sangat rumit dan kompleks dikarenakan terdapat komponen yang bersifat eksak seperti
kondisi lahan jenis tanah dan komponen yang bersifat non-eksak seperti interaksi kehidupan sosial budaya antara penduduk lokal dan penduduk
pendatang transmigran karena hanya dapat dirasakan. Aspek fisik lahan, aspek ekonomi dan aspek sosial budaya saling
berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya dalam suatu sistem dan bersifat dinamis. Perubahan suatu aspek akan mempengaruhi dinamika aspek
lainnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil pembangunan kawasan transmigrasi dan tingkat perkembangannya. Keterkaitan antar aspek fisik lahan,
ekonomi dan sosial budaya tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Keterkaitan aspek fisik lahan, aspek ekonomi dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi perkembangan kawasan transmigrasi
di lahan kering
Pembangunan ekonomi akan tercapai bila terdapat permintaan dan penawaran barang dan jasa. Pada pembangunan kawasan transmigrasi, lahan
ditanami dengan tanaman pertanian dan usaha-usaha pertanian lainnya. Kegiatan ekonomi dari usaha-usaha pertanian di kawasan transmigrasi
merupakan hal yang penting, karena merupakan salah satu indikator dalam menilai perkembangan suatu kawasan transmigrasi. Indikatornya adalah
seberapa besar nilai barang dan jasa yang dapat dipasarkan atau dijual keluar kawasan transmigrasi tersebut Azis, 1994. Dengan demikian terdapat kegiatan
Aspek fisik lahan Aspek ekonomi
Aspek Sosial budaya
Harga jual rendah Komoditi tanaman
pangan hasil produksi rendah
Perkembangan peningkatan ekonomi
transmigran berjalan cukup lama
Lahan kering miskin unsur hara
Hasil pertanian belum optimal
Diperlukan tambahan unsur hara pupuk
dan kapur transmigran kurang
mampu membeli, karena mahal biaya
produksi tinggi Pengetahuan, pengalaman
dan latar belakang mengelola lahan kering
Pemanfaatan luasan lahan
LP,LU-I LU-II belum
optimal Transmigran perlu waktu untuk
mengetahui memahami karakteristik pengelolaan lahan
kering Perlu waktu untuk memperoleh
hasil pertanian yang memadai Perkembangan peningkatan
ekonomi perlu waktu Perkembangan kawasan transmigrasi belum
optimal, belum berkelanjutan dan perlu waktu
Aspek fisik lahan Aspek ekonomi
Aspek Sosial budaya
Harga jual rendah Komoditi tanaman
pangan hasil produksi rendah
Perkembangan peningkatan ekonomi
transmigran berjalan cukup lama
Lahan kering miskin unsur hara
Hasil pertanian belum optimal
Diperlukan tambahan unsur hara pupuk
dan kapur transmigran kurang
mampu membeli, karena mahal biaya
produksi tinggi Pengetahuan, pengalaman
dan latar belakang mengelola lahan kering
Pemanfaatan luasan lahan
LP,LU-I LU-II belum
optimal Transmigran perlu waktu untuk
mengetahui memahami karakteristik pengelolaan lahan
kering Perlu waktu untuk memperoleh
hasil pertanian yang memadai Perkembangan peningkatan
ekonomi perlu waktu Perkembangan kawasan transmigrasi belum
optimal, belum berkelanjutan dan perlu waktu
13 perekonomian dari usaha-usaha pertanian tersebut yang juga harus
memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan supaya hasil-hasil pertanian mempunyai nilai ekonomi tertentu, sehingga akan terjadi permintaan dan
penawaran akan barang dan jasa secara berkelanjutan. Komponen sosial budaya pada pembangunan kawasan transmigrasi
sangat penting, karena terdapat unsur penduduk lokal setempat dan penduduk pendatang transmigran yang masing-masing mempunyai latar belakang sosial
budaya yang berbeda. Perbedaan latar belakang sosial budaya lokal dan pendatang transmigran yang bersifat positif sangatlah penting untuk
dipertahankan. Demikian juga akan terjadi interaksi kehidupan sosial budaya antar penduduk lokal dan pendatang. Interaksi kehidupan ini dapat saling
tenggang rasa, saling menghargai antar pendatang transmigran dengan penduduk lokal, sehingga terjadi kehidupan yang harmonis secara berkelanjutan.
Dalam kaitan dengan pengembangan kawasan transmigrasi di lahan kering, perlu memperhatikan aspek teknologi dan kelembagaan. Hal ini karena
lahan kering memerlukan perlakuan khusus untuk digunakan sebagai lahan budidaya pertanian. Teknologi budidaya pertanian menjadi relevan apabila
dikaitkan dengan pengetahuan masyarakat dalam budidaya pertanian di lahan kering. Aspek kelembagaan menjadi penting karena petani di kawasan
transmigrasi memiliki budaya yang berbeda dalam berinteraksi sosial mapun ekonomi. Dengan demikian, aspek sosial masyarakat perlu diperhatikan secara
lebih spesifik. Bagi kawasan transmigrasi yang relatif jauh dari pusat kegiatan wilayah, maka aspek aksesibilitas menjadi penting. Prasarana jalan merupakan
prasarana vital untuk mengembangkan kawasan ini. Terbangunnya jalan kabupaten antar kecamatan dan antar desa akan memudahkan pengangkutan
hasil pertanian, barang produksi, dan konsumsi. Selain itu juga akan mendorong pergerakan manusia untuk berinteraksi dalam hubungan ekonomi dan sosial.
Interaksi ini pula dapat mendorong alih teknologi antar penduduk. Secara lebih spesifik, pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering
dikatakan berkelanjutan apabila memenuhi enam kriteria keberlanjutan pembangunan yakni ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, teknologi, dan
aksesibilitas. Beberapa kriteria yang dikembangkan dari enam dimensi tersebut antara lain: kontribusi terhadap PDRB tinggi, pendapatan masyarakat relatif
tinggi terhadap upah minimum regional, penyerapan tenaga kerja tinggi, distribusi pendapatan merata, pasar berskala nasional, pola kemitraan ada dan berfungsi,
14 perkembangan sarana ekonomi meningkat. Di samping itu secara sosial
mencakup: pengetahuan terhadap lingkungan yang memadai, tingkat pendidikan masyarakat relatif sama terhadap kabupaten, frekuensi konflik rendah, partisipasi
keluarga dalam pemanfaatan sumberdaya tinggi, ada alternatif usaha, kesehatan masyarakat meningkat, ketersediaan peraturan pengelolan, ada transparansi
dalam pengambilan keputusan, pengembangan kelembagaan lokal atas inisiatif masyarakat Pitcher, 1999.
Program pembangunan kawasan transmigrasi merupakan salah satu program pengembangan dan pembangunan wilayah yang dilaksanakan melalui
optimasi pemanfaatan sumberdaya alam secara harmonis dan serasi dengan pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi dan
sosial budaya untuk pembangunan berkelanjutan Misra, 1982. Sitorus 2003a menyatakan bahwa pembangunan wilayah berkelanjutan erat kaitannya dengan
rencana pemanfaatan lahan ruang yang diwujudkan melalui keterkaitan pengelolaan yang tepat antara sumberdaya alam, dengan aspek sosial ekonomi
dan budaya. Dalam perencanaan tata ruang kawasan transmigrasi, ketiga komponen
utama tersebut harus disesuaikan dengan pola-pola perencanaan penggunaan lahan
land use planning . Hal ini seperti dikemukakan oleh Sitorus 2003b,
bahwa dalam tahapan pembangunan, penting terlebih dahulu dilakukan perencanaan penggunaan lahan. Perencanaan penggunaan lahan merupakan
salah satu kegiatan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui potensi pengembangan lahan, daya
dukung lahan dan manfaat lahan. Dalam pengembangan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan
transmigrasi di lahan kering menggunakan metode pendekatan sistem yang mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, sosial budaya, teknologi,
aksesibilitas, dan kelembagaan dalam suatu analisis yang runtun. Dimensi tersebut penting diperhatikan dalam pembangunan guna mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Kondisi ekonomi, ekologi, sosial budaya, teknologi, aksesibilitas, dan kelembagaan kawasan diperoleh melalui berbagai atribut
sesuai dengan keadaan riil di kawasan. Berdasarkan kondisi tersebut diketahui status keberlanjutan kawasan transmigrasi lahan kering. Informasi status
keberlanjutan ini merupakan hal yang penting dalam perencanaan pembangunan wilayah. Dalam kaitan dengan pengembangan kawasan di lahan kering,
15 khususnya di kawasan transmigrasi maka perlu mengetahui faktor pengungkit
leveraging factor keberhasilan pembangunan kawasan. Selain faktor
pengungkit, perlu
pula memperhatikan
kebutuhan stakeholder
untuk memudahkan implementasi kebijakan.
Dalam melakukan kegiatan pengembangan kawasan transmigrasi di masa mendatang, perlu ditemukenali faktor kunci pengembangan kawasan yang
diperoleh dari faktor pemenuhan kebutuhan stakeholder
dan faktor pengungkit keberlanjutan pembangunan kawasan. Faktor kunci ini merupakan masukan
dalam perumusan arahan kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi di lahan kering.
Sistem yang disusun dalam penelitian ini sekaligus merupakan model pengembangan yang dapat direplikasikan di kawasan transmigrasi lahan kering
di wilayah yang karakteristiknya hampir sama. Secara skematis kerangka pemikiran model kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan
di lahan kering disajikan pada Gambar 4.
Kebijakan Pembangunan Kawasan Transmigrasi
Berkelanjutan di Lahan Kering Kondisi Kawasan
Transmigrasi Lahan Kering di Kaliorang
Potensi dan permasalahan pengembangan
kawasan
Faktor Kunci Pengembangan Kawasan
Transmigrasi yang Berkelanjutan
Prioritas Kebijakan dan Strategi Implementasi
Kebutuhan dan preferensi
Stakeholder
Pembangunan Kawasan Transmigrasi yang
Berkelanjutan di Lahan Kering
Fisik Lahan
Ekonomi Sosial
Budaya
Status keberlanjutan dan faktor pengungkit
keberlanjutan pembangunan
Dimensi Pembangunan
Berkelanjutan :
Ekologi Ekonom i
Sosial Teknologi
Kelembagaan Aksesibilitas
Teknologi Kelembagaan
Aksesibilitas
Gambar 4. Kerangka pemikiran model kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan di lahan kering
16
1.6 Kebaruan Penelitian