88 pencaharian, namun nampaknya sudah terjadi pembauran antara kultur yang
ada di kawasan ini. Penduduk Kecamatan Kaliorang terdiri dari beragam suku bangsa.
Suku-suku yang ada, yaitu Dayak Kutai, Bugis, Jawa, Sunda, Madura, Flores, Irian Jaya, Banjar, Lombok, Timor dan Bali. Banyaknya suku di wilayah ini
karena didatangkan oleh program transmigrasi. Daerah asal transmigrasi di kecamatan ini adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, NTB, NTT
dan Bali. Suku Bugis umumnya merupakan pendatang swakarsa dan sebagai pendiri pertama Desa Kaliorang.
4.4 Ekonomi Wilayah
Perekonomian di kawasan Sangsaka terutama bertumpu pada sektor pertanian. Sub sektor yang cukup menonjol adalah perkebunan, tanaman
pangan dan perikanan. Pengelolaan berbagai sub sektor pendukung ekonomi tersebut masih sangat sederhana sehingga perkembangan perekonomian
penduduk di kawasan ini masih rendah. Perekonomian Kecamatan Kaliorang didominasi oleh subsektor pertanian
tanaman pangan dan perkebunan. Hal ini terlihat dari hampir 90 keluarga di setiap desa berusaha di bidang pertanian terutama tanaman pangan dan
perkebunan. Walaupun secara umum perekonomian Kabupaten Kutai Timur berbasis pada pertambangan batubara, namun untuk wilayah Kecamatan
Kaliorang pertanian merupakan sektor utama pendukung perekonomian masyarakat. Luas pertanaman padi di Kecamatan Kaliorang seluas 1.689 ha
dengan produksi sebesar 5.246 ton padi per tahun merupakan 45 dari produksi padi di Kabupaten Kutai Timur. Di kecamatan ini, komoditi yang
dikembangkan cukup luas yaitu kelapa 1.128 ha dan perkebunan kakao seluas 758 ha. Tanaman padi ditanam untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk
dan kakao yang mulai berproduksi memberikan pendapatan yang cukup besar. Di samping lahan yang telah dikembangkan untuk komoditi di atas masih banyak
lahan potensial yang belum dikembangkan. Secara umum perekonomian kawasan Sangsaka dapat dikatakan masih
dalam tahap awal pengembangan. Hal ini terlihat dari pertanian yang berkembang baru di hulu, dengan tingkat produksi yang masih rendah. Volume
produksi yang rendah belum dapat mengakselerasi tumbuhnya unit pengolahan
89 hasil pertanian dan pasar. Hal tersebut berakibat pada laju perkembangan
perekonomian yang lambat. Pendapatan utama penduduk bersumber pada pertanian yang
mengusahakan lahan sawah atau lahan kering. Desa Cipta Graha dan Bumi Rapak mengandalkan perekonomiannya pada padi sawah karena memiliki lahan
sawah beririgasi. Desa lainnya mengandalkan pada padi gogo lahan kering, tanaman palawija atau pisang dan kakao. Pendapatan petani berkisar antara
Rp4.500.000 hingga Rp9.600.000 per tahun. Beberapa tanaman pangan semusim yang telah dikembangkan di
kawasan Sangsaka antara lain padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai dan kacang hijau. Luas tanam, produktivitas dan produksi beberapa komoditi
tanaman semusim di kawasan Sangsaka seperti terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Luas tanam, produksi, dan produktivitas beberapa komoditi tanaman
pangan di Kecamatan Kaliorang
Kecamatan Kaliorang Persentase terhadap
Kabupaten No
Komoditi Luas tanam
ha Produksi
ton Produktivitas
tonha Luas
tanam Produksi
1 Padi Sawah
1.473 4.895
3,3 69,0
69,0 2
Padi Ladang 563
1.352 2,4
27,0 30,0
3 Jagung
41 74
1,8 9,6
9,8 4
Kedelai 31
34 1,1
17,0 18,0
5 Ubi Kayu
1.240 15.444
12,4 53,0
53,0 6
Ubi Jalar 8
71 8,9
19,0 20,0
7 Kacang Hijau
12 13
1,1 25,0
27,0 8
Kacang Tanah 23
24 1,0
24,0 26,0
Sumber : Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2001 diolah Komoditi tanaman perkebunan yang telah banyak dikembangkan di
kawasan Sangsaka adalah kelapa, kakao, kopi dan lada. Tanaman kelapa hibrida semula dikembangkan di LU II transmigrasi di kecamatan Kaliorang tetapi
mengalami kegagalan. Tanaman kakao mulai banyak dikembangkan oleh masyarakat melihat harga jual kakao yang cukup menarik. Kondisi
pengembangan komoditi tanaman perkebunan di kawasan Sangsaka disajikan pada Tabel 12.
90 Tabel 12. Kondisi pengembangan tanaman perkebunan di kawasan Sangsaka
Luas Areal Pertanaman ha Komoditi
Tanaman belum menghasilkan
Tanaman menghasilkan
Tanaman rusak
Jumlah terhadap
Kabupaten Kelapa
300 2.534
2.663 5.497
64,0 Kakao
1.377 684
6 2.067
34,0 Kopi
76.5 41
27 144.5
25,0 Lada
24 18
20 62
25,0
Sumber: BPS Kutai Timur 2001; Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Timur 2003
Komoditi perkebunan yang diusahakan di kecamatan Kaliorang adalah kelapa, kopi, kakao, lada, kemiri, aren, jambu mete dan panili. Dari jenis
tanaman tersebut yang paling luas pengusahaannya adalah kelapa hibrida dan kakao. Kelapa hibrida semula dikembangkan oleh PTP XXVI sebagai lahan
plasma transmigran, sedang kakao merupakan tanaman baru yang dirasakan dapat memberikan penghasilan yang cukup tinggi.
Dua komoditi yang diusahakan di Kecamatan Kaliorang dengan luasan cukup besar adalah kelapa dan kakao. Pertanaman kelapa seluas 1.128 ha,
seluas 678 ha di antaranya merupakan tanaman rusak TR, 58 ha tanaman belum menghasilkan TBM dan hanya sekitar 392 ha merupakan tanaman
menghasilkan. Hal ini merupakan kegagalan pembangunan kebun kelapa hibrida di wilayah ini.
Dari 15 desa yang ada di Kecamatan Kaliorang, telah dikembangkan tanaman kakao seluas 758 ha. Areal pengembangan kakao tersebut hampir
menyebar di seluruh desa dengan luas pengembangan sesuai dengan kemampuan petani. Biasanya petani mengembangkan tanaman pisang sebagai
tanaman pelindung tanaman kakao. Dari pengamatan lapangan komoditi kakao cukup sesuai dikembangkan di wilayah ini. Potensi pengembangan perkebunan
di wilayah ini masih cukup luas. Lahan usaha II bekas tanaman kelapa hibrida yang gagal seluas 3.550 ha saat ini terlantar dan menunggu investor diantaranya
PT. Pandan Sawit Lestari telah melakukan survai inventarisasi petani untuk pengembangan kelapa sawit di wilayah ini.
Dua jenis tanaman buah-buahan yang telah dikembangkan secara komersial adalah pisang dan jeruk. Komoditi pisang menyumbang cukup besar
terhadap pendapatan penduduk saat ini. Komoditi pisang yang telah dikembangkan lebih dari 800 ha dan pada umumnya sebagai tanaman
91 pelindung kakao. Komoditi pisang mulai berkembang setelah jalan antar desa
dan jalan kabupaten diperbaiki sehingga produksi dapat diangkut ke Samarinda untuk dipasarkan. Harga pisang saat survai sekitar Rp500 sisir atau sekitar
Rp3.000 hingga Rp6.000 tandan. Komoditi lain telah dikembangkan adalah jeruk. Tanaman ini telah
dikembangkan seluas 10 ha di desa Bumi Rapak seluas 10 ha. Tanaman seluas 10 ha tersebut telah mulai berproduksi. Potensi lahan untuk pengembangan
komoditi jeruk di desa ini seluas 250 ha. Jenis ternak yang telah dikembangkan di wilayah ini yaitu sapi, kambing,
itik dan ayam kampung. Data statistik tahun 2001 mewujudkan bahwa populasi ternak di kecamatan ini adalah 484 ekor sapi, 1.436 ekor kambing, 41.617 ekor
ayam dan 4.001 ekor itik. Sebaran populasi ternak di desa-desa Kecamatan Kaliorang seperti terlihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Kondisi populasi ternak di Kecamatan Kaliorang
Jenis Ternak ekor No
Nama Desa Sapi
Kambing Ayam
Itik
1 Bumi Sejahtera
98 302
732 130
2 Citra Manunggal Jaya
8 150
1.500 250
5 Bukit Harapan
1 375
810 215
6 Bangun Jaya
15 200
1.000 80
7 Selangkau
52 180
1.400 600
8 Kaliorang
135 15
3.000 1.000
9 Bukit Makmur
8 100
10.000 50
Total 484
1.436 41.617
4.001
Sumber : Hasil Kompilasi Data Profil Desa Kabupaten Kutai Timur 2006 Industri pengolahan dan pemasaran hasil pertanian merupakan aktivitas
pertanian off farm
yang sangat menentukan keberhasilan pengembangan agribisnis. Dua sub sistem agribisnis tersebut masih menjadi masalah di wilayah
studi. Industri pengolahan hasil pertanian belum berkembang di wilayah ini dikarenakan belum cukupnya bahan baku yang dihasilkan oleh wilayah ini.
Industri pengolahan yang berkembang hanya penggilingan padi karena hasil padi di wilayah ini sudah cukup besar. Namun industri pengolahan lain seperti
industri pengolahan pisang belum berkembang, sehingga apabila transportasi pengangkut pisang bermasalah, panen pisang juga akan mengalami masalah.
92
4.5 Teknologi Pertanian