Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kaliorang

46 kering marjinal dapat diarahkan dengan mengusahakan pola-pola Hutan Tanaman Industri HTI yang komoditas tanaman kehutanan dipilih dan disesuaikan dengan hasil klasifikasi kesesuaian lahan dan perhitungan kelayakan usaha.

2.5 Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kaliorang

Secara umum terdapat tiga kebijakan yang menjadi dasar dan arahan pengembangan kawasan Kaliorang yaitu: kebijakan pemerintah Kabupaten Kutai Timur untuk mengembangan gerakan daerah pengembangan agribisnis Gerdabangagri, kebijakan pengembangan kawasan agropolitan Sangsaka Sangkulirang, Sandaran, dan Kaliorang yang difasilitasi oleh Departemen Pertanian dan Departemen Pekerjaan Umum, dan kebijakan pengembangan kota terpadu mandiri KTM oleh Depnakertrans. Visi pembangunan Kabupaten Kutai Timur untuk menjadi Kawasan agribisnis regional yang berbasiskan pada potensi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, maka kebijakan pembangunan daerah difokuskan pada kegiatan yang bertumpu pada sektor pertaniannya sebagai leading sector . Sektor pertanian secara luas diharapkan akan menjadi lokomotif penggerak dan pendorong roda pembangunan daerah yang dapat memacu perkembangan sektor-sektor lainnya. Untuk mendorong pencapaian visi serta misi Kabupaten Kutai Timur, disusun konsep yang diharapkan mampu mengatasi masalah dan tantangan serta mendorong pemanfaatan potensi wilayah dan investasi usaha melalui suatu gerakan masyarakat yang bernama Gerdabangagri gerakan daerah pengembangan agribisnis. Gerdabangagri dibagi menjadi dua program utama yaitu: program peningkatan daya saing agribisnis, dan program percepatan pengembangan agroindustri. Kedua program ini selanjutnya diterjemahkan menjadi tiga program yaitu: program pengembangan sumberdaya manusia, program pengembangan agropolitan, dan program pengembangan sistem informasi dan promosi usaha Bappeda Kabupaten Kutai Timur, 2005. Ketiga program tersebut diterjemahkan dalam delapan subprogram sebagai penyusun master plan gerdabangagri, yaitu: pembangunan Politeknik Pertanian, pembangunan pusat pelatihan agribisnis dan poliagro, pelatihan sarjana penggerak agrobisnis, pembangunan sistem transportasi dan 47 komunikasi, pembangunan sistem penyediaan air bersih dan energi, penataan tata ruang dan agroindustrial estate wilayah Kabupaten Kutai Timur, penyediaan informasi potensi wilayah, hasil penelitian dan teknologi pertanian, dan sosialisasi program dan promosi investasi agroindustri Gerdabangagri diprogramkan dengan skenario utama menumbuhkan Sangatta dan beberapa pusat pertumbuhan di Kutai Timur sebagai pusat distribusi hasil pertanian. Selain itu, untuk merealisasikannya, dua strategi yang dilakukan adalah pewilayahan komoditi dengan dukungan kawasan belakangnya dan pengembangan kawasan-kawasan khusus berupa: 1 pengembangan kawasan agroindustri Maloy; 2 pengembangan kawasan agrowisata; dan 3 pembangunan kota satelit. Kaitan dan kedudukan master plan gerdabangagri dalam pembangunan disajikan pada Gambar 7. Sumber: Bappeda Kabupaten Kutai Timur 2005 Gambar 7. Skema kaitan antar subprogram master plan Gerdabangagri Pewilayahan komoditi pertanian di wilayah Kabupaten Kutai Timur sebagai subsistem input produksi dari sistem agribisnis yang akan diterapkan terbagi dalam tiga kelompok, yaitu: 1 tanaman pangan, hortikultura dan palawija; 2 tanaman buah-buahan; dan 3 tanaman keras perkebunan. 48 Tanaman pangan yang sesuai untuk dikembangkan di Kabupaten Kutai Timur adalah padi dan jagung namun dengan wilayah yang terluas pada bagian Barat. Untuk tanaman hortikultura dan palawija seperti sayur-sayuran atau kedelai pada umumnya dapat ditanam pada sebagian besar wilayah Kutai Timur. Sedangkan untuk tanaman keras perkebunan mengindikasikan empat komoditi yang sesuai yaitu lada, kelapa, kelapa sawit dan tanaman jati. Berdasarkan gambaran pewilayahan komoditas tersebut, secara garis besar Kabupaten Kutai Timur dapat dibagi dalam empat Wilayah Pengembangan Agribisnis WPA. Kawasan Kaliorang tergolong WPA III yakni wilayah yang terletak di sebelah Tengah Timur wilayah Kutai Timur. Pada zona ini semua komoditi tersebut juga sesuai untuk kembangkan, khususnya Jati dan Kelapa Sawit yang luas lahannya cukup besar. Di samping itu wilayah ini merupakan zona inti dari daerah belakang hinterland rencana pengembangan kawasan agribisnis Maloy, yang berarti hasil produksi pertanian pada wilayah ini akan diorientasikan untuk dikumpulkan ke kawasan Maloy tersebut. Selain itu wilayah ini juga dilengkapi dengan potensi pengembangan kegiatan peternakan dan perikanan Bappeda Kabupaten Kutai Timur, 2005. Skenario besar pembangunan pertanian yang dijalankan di Kabupaten Kutai Timur saat ini adalah pengembangan kawasan agroindustri Maloy yang didukung oleh daerah belakangnya seluas radius 80 km. Kawasan ini direncanakan akan meliputi kegiatan pertanian dan pengolahan hasil-hasil pertanian manufaktur serta jasa. Kegiatan tersebut meliputi pengadaan dan distribusi input produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan pemasaran komoditas pertanian dan jasa-jasa penunjang lainnya yang terkait. Ketiga aktifitas tersebut pertanian, manufaktur dan jasa terkait diharapkan dapat terintegrasi dalam satu kawasan di Maloy sehingga dapat mencapai efisiensi spasial. Ketiga kegiatan tersebut diwujudkan ke dalam tiga kawasan yang terintegrasi, yaitu: pusat budidaya pertanian, pusat pengolahan produksi pertanian, serta pusat pemasaran dan jasa penunjang. Dalam pengembangan agribisnis yang mencakup berbagai subsistem, komoditi unggulan tersebut di atas dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa komoditi sesuai dengan subsistemnya. Masing-masing komoditi memiliki ukuran investasi dan sebagian memerlukan dukungan pihak pemerintah untuk mempercepat pengembangannya Rustiadi dan Dardak, 2008. 49 Kecamatan Kaliorang merupakan kawasan pertanian dengan komoditi utama tanaman pangan dan perkebunan. Desa-desa di wilayah ini adalah permukiman transmigrasi yang mengusahakan tanaman pangan seperti padi, padi lebak dan palawija seperti jagung, kedelai dan kacang tanah. Di samping itu penduduk mulai dikembangkan tanaman hortikultura pisang dan tanaman perkebunan terutama kakao. Pada subsistem budidaya saat ini yang berkembang adalah usahatani padi, padi tadah hujan, tanaman palawija jagung dan tanaman pisang yang ditumpangsarikan dengan kakao. Pada areal yang memiliki sawah irigasi baik bendung sungai maupun pompanisasi, subsistem hulu mengandalkan komoditi padi untuk lahan kering. Selain palawija, tanaman pisang memberikan pendapatan terbesar dari lahan usahatani yang dikembangkan. Dari hasil tanaman pisang tersebut kemudian secara perlahan dibangun perkebunan kakao. Dilihat dari keterkaitan dengan subsistem budidaya, komoditi padi, jagung, pisang dan kakao mempunyai keterkaitan yang kuat. Masyarakat petani di wilayah Kaliorang telah mengadopsi komoditi tersebut dan sebagian telah menguasai teknologi budidayanya Rustiadi dan Dardak, 2008. Kondisi subsistem hilir saat ini hampir seluruhnya belum berkembang di kawasan ini. Penggilingan padi yang ada belum mampu menghasilkan beras berkualitas tinggi. Industri pengolahan jagung, kakao, pisang maupun kelapa sawit belum berkembang. Namun selain kelapa sawit seluruh komoditi masih dapat diolah secara sederhana dan dapat dipasarkan. Dengan demikian komoditi kelapa sawit memiliki keterkaitan hilir yang paling lemah. Dinas Perkebunan Kutim melakukan kegiatan pembangunan kawasan Kaliorang secara terpadu dan komprehensif dengan menyusun rencana kegiatan pembangunan perkebunan. Diantara kegiatan yang direncanakan adalah pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kaliorang dan Sandaran. Pembangunan kelapa sawit dapat menjadi pioner dalam pengembangan kawasan agropolitan karena dapat menarik tenaga kerja dengan sistem plasma sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong daerah lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat setempat bahkan desa dan kota di sekitarnya. Kegiatan selanjutnya adalah pembangunan industri pengolahan di Sangsaka seperti CPO untuk kelapa sawit, industri pengolahan pisang, kedele dan jagung. 50 Dinas Pertanian Kabupaten Kutim merupakan instansi Pemda yang paling banyak berperan dalam pembangunan kawasan Sangsaka. Kegiatan yang telah dan akan dilakukan adalah: pengembangan peternakan sapi, pembangunan gudang produksi di Maloy yang merupakan pusat perdagangan dari Sangsaka karena tidak jauh dari pelabuhan, bantuan bibit kedelai, pembibitan yang ditempatkan di Kaliorang untuk komoditas padi, jagung dan hortikultura, pendirian kios saprodi di Kaliorang untuk meningkatkan pelayanan pupuk dan pestisida, penggemukan dan inseminasi buatan di Kaliorang karena sekarang sapi di biarkan hidup liar sehingga perlu teknologi penggemukan. Kemitraan pernah dibangun untuk pengembangan komoditi jagung tetapi tidak berkelanjutan karena terjadi perubahan harga jagung akibat biaya operasional tinggi Rustiadi dan Dardak, 2008. Dinas PU Kabupaten Kutai Timur mengembangkan kawasan dengan membuka isolasi kawasan melalui pembangunan infrastruktur jalan. Pokok pikiran utama yang direncanakan adalah perbaikan dan peningkatan jalan terutama jalan produksi dan jalan nasional yang menghubungkan Kabupaten Kutai Timur dengan Kabupaten Berau yang melintasi kawasan agropolitan Sangsaka. Hal kedua yang menjadi prioritas adalah pembangunan irigasi untuk mengairi lahan sawah sekitar 2.000 ha. Inventarisasi sumber baku air perlu sumbangsih dari Dinas PU pengairan karena sampai sekarang belum ada. Kawasan Kaliorang telah dicanangkan sebagai wilayah agropolitan yang menjadikan agribisnis sebagai basis pengembangan perekonomian di wilayah ini. Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah sebagai berikut: a meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan, b mendorong berkembangnya sistem usaha agribisnis, c meningkatkan keterkaitan desa dan kota, d mempercepat pertumbuhan kegiatan ekonomi perdesaan, e mempercepat industrialisasi perdesaan, f mengurangi arus migrasi dari desa ke kota, g menciptakan lapangan pekerjaan, dan h meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Rustiadi dan Pranoto, 2007. Sasaran pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan agropolitan, melalui: a pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi, produktifitas komoditi pertanian serta produk- produk olahan pertanian, yang dilakukan dengan pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien dan menguntungkan serta berwawasan lingkungan, 51 b penguatan kelembagaan petani, c pengembangan kelembagaan sistem agribisnis penyedia agroinput , pengolahan hasil, pemasaran dan penyediaan jasa, d pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan terpadu, dan e pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi Rustiadi dan Pranoto, 2007. Pengembangan agropolitan merupakan pola pendekatan wilayah dalam rangka melaksanakan dan menjabarkan pengembangan sistem dan usaha agribisnis melalui kerjasama lintas sektoral, lintas horizontal dan vertikal, keswadayaan, partisipasi aktif masyarakat dan terdesentralisasi. Menurut Rustiadi dan Pranoto 2007, pengembangan agropolitan akan dapat dicapai melalui strategi: a. Dalam usaha agribisnis dengan komoditi unggulan berdasarkan kesesuaian kemampuan lahan dan kondisi serta situasi daerah. Pembangunan pengembangan tidak saja pada upaya peningkatan produksi dan produktifitas komoditi pertanian tapi juga pada pengembangan sistem agribisnis lainnya yang mendukung usaha agribisnis komoditi unggulan kawasan agropolitan yaitu agribisnis hulu agroinput agribisnis hilir pemasaran, pengolahan hasil, sortasi dan grading serta industri jasa dan pelayanan. b. Pengembangan sarana prasarana yang diperlukan seperti jaringan jalan, transportasi, telekomunikasi, pasar dan gudang untuk memperlancar pengangkutan hasil pertanian ke pasar dengan efisien dengan resiko minimal. Pada tingkat provinsi dan nasional, fasilitas lebih mengarah untuk menyiapkan fasilitas angkutan dan pelabuhan lautudara untuk mengangkut hasil pertanian antar proipnsi dan ekspor. c. Pengembangan sistem dan usaha agribisnis baik melalui penyesuaian regulasi seperti perizinan, bea masuk, peraturan dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupatenkota yang tidak saling menghambat. Guna mewujudkan tujuan dan sasaran pengembangan agropolitan maka arah pengembangan agropolitan antara lain: a meningkatkan kualitas SDM pertanian petani dan aparatur terutama dalam bidang kelembagaan, ketrampilan, kewirausahaan dan manajemen agribisnis; b mengoptimalkan manfaat sumberdaya alam, secara efisien dan ekonomis, sehingga tidak ada limbah yang terbuang, atau yang tidak dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat usaha pertanian tanpa limbah; c pemberdayaan masyarakat sehingga mampu memanfaatkan potensipeluang ekonomi yang ada di 52 pedesaan; d menjamin tersediannya sarana produksi dan permodalan pertanian dengan enam tepat jumlah, kualitas, jenis, waktu, harga, dan lokasi; e meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana umum; f meningkatkan agribisnis komoditi unggulan lokalita, yang saling mendukung dan menguatkan termasuk usaha industri kecil pengolahan hasil, jasa pemasaran dan agrowisata; g pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis dan industri pertanian secara lokalita; h pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian dan kelembagaan petani sebagai sentra pembelajaran dan pengembangan agribisnis; i peningkatan perdagangan pemasaran termasuk pengembangan terminalsub terminal agribisnis dan pusat lelang hasil pertanian; j pengembangan pendidikan kemampuan pertanian untuk generasi muda; dan k pengembangan percobaanpengkajian teknologi yang sesuai lokalita Rustiadi dan Pranoto, 2007. Strategi pengembangan kawasan agropolitan Sangsaka dirumuskan dalam master plan pengembangan agropolitan Sangsaka. Pengembangan dimulai dari kecamatan Kaliorang karena memiliki aksesbilitas lebih baik, jumlah penduduk yang cukup, pertanian lebih berkembang dan lokasi dekat Maloy sebagai pusat agroindustri. Berikutnya akan mengarah ke kecamatan Sangkulirang karena pembangunan sarana dan prasarana transportasi darat relatif lebih mudah dibanding kecamatan Sandaran yang harus melewati teluk. Pengembangan ini akan mencakup beberapa desa seperti Pengadan, Pelawan Besar, Rantaubahan, Muarakarangan, dan Airtawar. Kemudian diarahkan ke kecamatan Sandaran, khususnya desa Manubar, kemudian ke desa lainnya. Kebijakan pengembangan kawasan agropolitan Sangsaka tahun 2002 – 2005 adalah: penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sangsaka, penyusunan Rencana Detil Pengembangan Agroindustri Maloy, pembangunan dan peningkatan infrastruktur, peningkatan sumberdaya manusia, dan pembangunan dan peningkatan pertanian dalam arti luas. Depnakertrans mengembangkan konsep kota terpadu mandiri KTM. Salah satu wilayah penerapan konsep ini adalah kawasan transmigrasi Kaliorang. Pembangunan dan pengembangan KTM ditujukan untuk menciptakan sentra-sentra agribisnis dan agroindustri yang mampu menarik investasi swasta, sebagai penggerak perekonomian para transmigran dan penduduk sekitar menjadi pusat-pusat pertumbuhan baru, sekaligus untuk membuka kesempatan kerja dan peluang usaha Depnakertrans, 2007. 53 Harapan dari pembentukan KTM adalah meningkatnya kemudahan- kemudahan dari para transmigran dan penduduk sekitar untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar mereka. Sasarannya akhirnya adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan para transmigran dan penduduk sekitar di kawasan tersebut. Mengacu pada UU 151997 tentang ketransmigrasian, pembangunan dan pengembangan KTM di kawasan transmigrasi adalah dalam rangka mengembangkan wilayah pengembangan transmigrasi WPT menjadi pusat pertumbuhan baru dan mendukung pusat pertumbuhan yang telah ada melalui: 1 peningkatan investasi di bidang pertanian, industri, jasa, dan perdagangan, 2 peningkatan produktivitas transmigran dan penduduk sekitar, 3 peningkatan efektivitas pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan, 4 peningkatan jaringan infrastruktur berupa: sarana transportasi, sarana air bersih, listrik, drainase dan irigasi, lembaga keuangan, pendidikan, perbengkelan, dan pelayanan pos dan telekomunikasi, 5 peningkatan perluasan kesempatan kerja dan peluang berusaha, dan 6 peningkatan pendapatan asli daerah. Pengembangan usaha masyarakat pada KTM diarahkan pada pengembangan komoditas unggulan melalui sistem agribisnis dan agroindustri dari hulu ke hilir yang bekerjasama dengan para investor. Guna mendukung pencapaian tujuan tersebut perlu dilakukan pengembangan masyarakat dari aspek ekonomi, sosial budaya, mental spritual, kelembagaan, dan keamanan. Pengembangan masyarakat diarahkan untuk membentuk masyarakat pertanian modern yang direncanakan dengan pendekatan partisipatif, berbasis kebutuhan, dan melibatkan pelaku usaha dan pemerintah daerah. Pelaksanaan pengembangan masyarakat meliputi penguatan kelembagaan masyarakat, penguatan kapasitas sumberdaya manusia, pengembangan kemitraan, dan pelayanan jasa pemerintahan Depnakertrans, 2007. Pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering dilakukan dengan pengembangan komoditi pertanian unggulan dengan kriteria komoditi yang akan dikembangkan yakni: 1 mendukung kebijakan pengembangan pertanian secara regional dan nasional, 2 memiliki kesesuaian lahan dengan kawasan pengembangan, 3 memiliki kelayakan ekonomi dan finansial khususnya bagi masyarakat, 4 tersedia teknologi budidaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat, 5 memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal, regional, maupun nasional, dan 6 mendukung kelestarian sumberdaya lahan. 54 Pada rencana struktur tata ruang Kabupaten Kutai Timur dijelaskan bahwa: ibukota kecamatan Sangkulirang sebagai pusat kegiakatan lokal dan pusat pelayanan lokal. Pusat pengembangan antar sub wilayah di Sangkulirang diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah Kaliorang. Maloy ditetapkan sebagai jalur transportasi. Pada pola pemanfaatan ruang dijelaskan bahwa Kaliorang tergolong kawasan II yang diarahkan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan, peternakan kecil, perkebunan tanaman keras dan semusim, perindustrian, hutan produksi, perikanan laut, dan pariwisata. Pengembangan komoditi yang sesuai untuk wilayah Kaliorang adalah budidaya perkebunan karet, kelapa sawit, coklat, dan lada, budidaya tanaman pangan kedelai, jagung, dan budidaya perikanan darat dan laut. Rangkuman hasil review kebijakan yang terkait dengan pembangunan kawasan Kaliorang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rangkuman hasil review kebijakan pembangunan kawasan Kaliorang Dimensi Gerdabangagri Kutai Timur Agropolitan Sangsaka KTM Kaliorang Arahan pengembangan Peningkatan daya saing agribisnis Percepatan pengembangan agroindustri Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis Penguatan kelembagaan petani, kelembagaan sistem agribisnis, dan kelembagaan penyuluhan pembangunan Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi Pengembangan komoditi unggulan melalui sistem agribisnis dan agroindustri dari hulu ke hilir yang bekerjasama dengan para investor Program pengembangan Pengembangan sumberdaya manusia Pengembangan agropolitan Pengembangan sistem informasi dan promosi usaha Pengembangan komoditi unggulan berdasarkan kesesuaian lahan dan kondisi daerah Pengembangan sistem dan usaha agribisnis melalui penyesuaian regulasi Peningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana umum Pengembangan pengkajian teknologi yang sesuai lokalita Penguatan kelembagaan masyarakat Penguatan kapasitas sumberdaya manusia Pengembangan kemitraan Pelayanan jasa pemerintahan Sumber: Bappeda Kabupaten Kutai Timur 2003 dan Depnakertrans 2007, diolah 55 Kebijakan yang telah dirumuskan tersebut pada dasarnya masih bersifat umum dan belum terintegrasi dengan kebijakan lainnya. Selain itu, belum ada penentuan prioritas pembangunan yang harus dilakukan terlebih dahulu guna mendorong percepatan pembangunan kawasan. Strategi implementasi kebijakan tidak dirumuskan secara jelas dan proses penyusunannya tersebut belum secara partisipatif sehingga mengalami berbagai kendala. Pihak pengusaha dan masyarakat belum dilibatkan secara substansial sehingga partisipasi masyarakat dan pengusaha dalam pembangunan belum optimal. Kebijakan gerdabangagri dan KTM Kaliorang belum memperhatikan aspek ekologi dan aksesibilitas secara proporsional dalam pembangunan kawasan transmigrasi Kaliorang. Hal ini menunjukkan belum diterapkannya prinsip pembangunan berkelanjutan dalam penyusunan kebijakan pengembangan kawasan lahan kering. Aspek lain yang belum tercermin dari kebijakan saat ini adalah pengembangan teknologi yang dapat mendukung pencapaian tujuan pembangunan. Hal ini merupakan kebutuhan masyarakat dan pengusaha dalam usahatani guna mencapai efisiensi dan efektivitas usaha. Pengembangan teknologi ini akan membutuhkan sumberdaya manusia yang sesuai dan alokasi anggaran serta sistem kemitraan. Keterpaduan seluruh aspek ini diperlukan guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di kawasan transmigrasi. Strategi implementasi dari kebijakan yang dirumuskan belum dideskripsikan secara jelas sesuai dengan prioritas pembangunan dan kebutuhan stakeholder . Strategi ini penting dirumuskan guna menjamin pelaksanaan kebijakan di masa mendatang. Selain itu akan memudahkan evaluasi keberhasilan kebijakan berdasarkan pencapaian kinerja dari strategi yang dirumuskan.

2.6 Analisis Kebijakan