47 dan peningkatan pendapatan masyarakat dari hasil penjualan produk
pertambangan. 2
Pengaturan pengembangan pertambangan skala kecil, melalui pengujian penerapan peraturan pertambangan di daerah otonom dalam mendukung
tujuan nasional.
Secara keseluruhan
peraturan mengakomodir
penambangan bahan galian untuk tujuan komersil dan perorangan, dengan tujuan mengantisipasi kemungkinan pemanfaatan bahan galian
tersebut oleh pemilik lahan. 3
Peraturan tentang lingkungan. Pengajuan usaha pertambangan informal sebagai pertambangan skala kecil harus menyertakan rencana
perlindungan terhadap lingkungan dan disahkan sebelum surat izin usaha dikeluarkan; apabila perlu mencantumkan ketentuan tentang penyisihan
dana untuk penanggulangan kerusakan lingkungan dan pegenaan pajak untuk rehabilitasi daerah-daerah bekas penambangan.
4 Keselamatan kerja dan kesehatan, melalui upaya penerapan peraturan
umum tentang keselamatan kerja dan penjagaan kesehatan selama melakukan usaha pertambangan.
5 Pemasaran, melalui upaya pengawasan pemerintah daerah terhadap
penjualan atau izin perdagangan produk pertambangan sebagai bagian dari usaha pertambangan.
6 Penerapan sanksi terhadap pemegang izin usaha atau pelaku usaha yang
tidak mematuhi peraturan, berkisar dari pembatalan izin usaha hingga hukuman dendapenjara.
7 Penerapan sistem pemberian izin berdasarkan strata atau kedalaman
penambangan, pengaturan izin usaha kelompok atau asosiasi atau kemitraan, jenis atau nama bahan galian, pemberian izin terpisah dan
tunggal, sistem nasional atau otonomi. 8
Ketentuan lain yang terdiri atas lama berlaku izin usaha, luas wilayah pertambangan dan pemindahan kepemilikan.
2.7. Pemberdayaan Masyarakat
Konsep pemberdayaan dibangun dari kerangka logik sebagai berikut bahwa: i proses pemusatan kekuasaan yang berawal dari pemusatan
kekuasaan faktor produksi, ii pemusatan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja yang lemah dan masyarakat pemilik faktor produksi yang
48 kuat, iii kekuasaan akan menata sistem pengetahuan, sistem politik, sistem
hukum dan ideologi yang manipulatif untuk memperkuat dan legitimasi, iv kooptasi sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan ideologi secara
sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tidak berdaya. Akhirnya yang terjadi adalah dikotomi,
yaitu masyarakat yang berkuasa dan manusia yang dikuasai. Untuk membebaskan situasi tersebut, maka harus dilakukan pembebasan melalui
proses pemberdayaan bagi yang dikuasai empowerment of the powerless Wiranto 2001.
Menurut Bappenas 2005, menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat the empowerment of community adalah peningkatan kekuatan masyarakat atau
perbaikan kapasitas kemampuan untuk mencapai to accomplish tujuannya. Seperti halnya pembangunan kapasitas capacity development, pemberdayaan
berarti proses untuk menjadi lebih kuat sehingga tidak selalu bergantung pada bantuan, pertolongan atau sumberdaya dari luar. Hal ini yang membedakannya
dari pendekatan belas kasih charity, artinya bantuan dari luar untuk program pemberdayaan
tidak membentuk
ketergantungan tetapi
membangun kemandirian.
Menurut Haeruman 2001 strategi pokok pemberdayaan masyarakat adalah i memperkuat lembaga dan organisasi masyarakat dengan membuka
ruang yang seluas-luasnya bagi inisiatif masyarakat, ii mengurangi berbagai aturan yang menghambat, iii mengembangkan budaya kemandirian,
keswadayaan dan kesetiakawanan dan iv mengembangkan jaringan kerja sumberdaya, lingkungan alam dan sosial-budaya setempat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan, harkat dan martabat masyarakat. Pemberdayaan masyarakat harus didukung oleh penciptaan pemerintahan
yang baik good governance, baik di sektor pemerintah, dunia usaha dan masyarkat. Penguatan ekonomi rakyat atau pemberdayaan masyarakat dalam
bidang ekonomi tidak berarti mengurangi peran pengusaha besar atau kelompok ekonomi kuat. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi tersebut
memerlukan pemihakan dan kemitraan bersama. Usaha kecil akan berkembang jika dimampukan dan dilindungi, di lain pihak usaha besar akan berkembang
secara stabil jika didukung usaha kecil dan menengah. Demikan juga halnya,
49 usaha kecil akan berkembang jika ada jaminan dari usaha besar dan usaha
menengah yang mendampingi dan menjalin kerjasama Wiranto 2001.
2.8. Tanggungjawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility