149 Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya merupakan upaya untuk
menjamin hak-hak masyarakat untuk mengatur hidupnya yang mengharuskan pemerintah melindungi dan memfasilitasi masyarakat dalam memperoleh hak-
haknya. Pemberdayaan masyarakat berarti penciptaan iklim yang kondusif bagi masyarakat sehingga mendayagunakan sumberdaya dan potensinya secara
optimal agar tercipta kesejahteraan, martabat dan keberadaannya memiliki arti dalam kehidupan.
Pengembangan peranserta masyarakat dalam pengelolaa lingkungan sebagai upaya arahan pelaksanaan CSR diperlukan pengembangan dalam
perumusan RKL-RPL. Perusahaan swasta yang mengeksploitasi sumberdaya alam dianjurkan atau menerapkan CSER dengan memperhatikan prinsip Global
Compact yang berhubungan dengan kondisi kerja, menghormati HAM dan
melindungi lingkungan. Menurut UNIDO 2004 Implementasi CSER pada dunia usaha, terdapat 7
faktor yang berhubungan dengan internal perusahaan dalam penerapan CSER, yaitu: 1 kesehatan dan keselamatan karyawan, 2 mempertahankan standar
penggajianupah yang tinggi bagi karyawan, 3 investasi dalam pendidikan dan pelatihan pekerjakaryawan, 4 aktivitas rekreasi bagi pekerja, 5 menerapkan
EMS environmental management system, 6 program untuk mendukung keluarga pekerja, dan 7 melaporkan hasil-hasil yang dicapai dalam bidang
ekonomi, sosial dan lingkungan.
6.4. Validasi Model Kebijakan
Tinjauan teoritis dalam proses perumusan kebijakan dan studi komparatif terhadap asumsi-asumsi kebijakan dalam penerapan kebijakan yang setaraf
dengan model pengelolaan lingkungan pertambangan mineral. Secara teoritis model tersebut sesuai dengan proses kebijakan dalam konsep critical system
praxis CSP McIntyre 2004 yang menghasilkan pemahaman lintas disiplin yang
lebih baik, sehingga membentuk pola tindakan yang berkelanjutan untuk kebijakan yang lebih sistematis. Verifikasi model pengelolaan lingkungan
pertambangan mineral dilakukan dengan expert judgement melalui in depth interview
. Hasil verifikasi melalui studi komparatif dan wawancara mendalam
mengindikasikan suatu pemahaman mengenai proses berfikir sistem sebagai berikut:
150 1
Level kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan mineral tergantung pada keunikan daerah site specific.
2 Model yang dikembangkan dapat digunakan sebagai acuan pengelolaan
pertambangan mineral tetapi diperlukan penyesuaian terhadap skala usaha perusahaan pertambangan dan jenis komoditasnya.
3 Kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan mineral
terutama mencegah terjadinya pencemaran yang disebabkan adanya air asam batuan. Oleh karena itu penerapan teknologi yang tepat diperlukan
pada skala tertentu. 4
Timbulnya pertambangan informal disebabkan adanya persaingan kelompok dan kesenjangan masyarakat. Kelompok pendatang dengan
keahlian yang terbatas tidak terakomodasi dalam kebijakan perusahaan mengenai tingkat keahlian seluruh karyawannya. Kebijakan perusahaan
lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat setempat dengan melibatkannya dalam upaya pengelolaan lingkungan.
Secara keseluruhan model pengendalian endapan pasir sisa tambang pada aliran sungai PETAS sebagai upaya pengelolaan lingkungan fisik dapat
merepresentasikan sistem pengelolaan pasir sisa tambang di wilayah pengendapan Mod-ADA. Demikian juga dengan Model rehabilitasi lahan wilayah
Mod-ADA RELAWI yang diarahkan untuk pengelolaan lingkungan biologik melalui kegiatan reklamasi selama operasional pertambangan sampai dengan
pasca pertambangan. Selain itu, dukungan dan keterlibatan masyarakat setempat dalam kegiatan pengelolaan lingkungan dapat diupayakan melalui
program pemberdayaan. Model tersebut diharapkan menjadi acuan dalam rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan RKL-
RPL
6.5. Prioritas Tindakan Solusi Dampak Lingkungan