66
3.4. Survey Pakar
Survey pakar expert survey merupakan perwujudan dalam sistem berpikir kritis critical self reflection. Penetapan sumber informasi atau responden yaitu
pakar atau ahli terkait dalam proses akuisis pengetahuan didasarkan atas pertimbangan dan kriteria: 1 keberadaan responden, kemudahan dan kesediaan
untuk diwawancarai, 2 reputasi, kedudukan dan memiliki kredibilitas sebagai pakarahli, 3 pengalaman pribadi yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut
mampu memberikan saran yang benar dan membantu dalam pemecahan persoalan. Dalam menyelesaikan permasalahan seorang ahli mempunyai
karakteristik, yaitu 1 efektif, 2 efisien dan 3 sadar terhadap keterbatasan. Dalam penyerapan pengetahuan dari seorang ahli menggunakan metode
wawancara secara mendalam in depth interview. Alternatif sumber pengetahuan lain dapat ditemukan melalui pengamatan kinerja seorang ahli,
publikasi dan daftar pertanyaan. Pada waktu wawancara untuk menggali pengetahuan harus fokus pada potongan pengetahuan sehingga tidak
kehilangan arah cakupan pengetahuan secara keseluruhan. Pewanwancara juga harus dapat menentukan batas dan cakupan dari pengetahuan yang digali
sesuai dengan kebutuhan serta kelengkapan jawaban yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu masalah.
Proses wawancara dilakukan secara intensif dan mendalam untuk elisitasi pengetahuan. Kemampuan berkomunikasi dan interpersonal dari knowledge
engineer sangat berperan penting. Prinsip umum dalam melakukan wawancara,
yaitu: 1 be specific, not general, 2 do not impose alien tools, 3 do not interrupt, 4 record information, dan 5 listen to the way the expert uses knowledge.
3.5. Pemodelan Sistem dan Teknik Analisis
Mengingat kebijakan publik merupakan pengetahuan yang bersifat multidisipliner, maka untuk menghasilkan sintesa yang mendalam dan
komprehensif digunakan kombinasi teknik analisis. Hal ini bertujuan untuk mempetajam analisis, meningkatkan mutu rancangan dan minimalisasi bias
dalam penelitian. Teknik pemodelan sistem pada penelitian ini menggunakan tiga metode analisis, yaitu interpretative structural modeling ISM, strategic
assumption surfacing and testing SAST dan issue management technology
IMT.
67 Teknik analisis situasional kegiatan pengelolaan lingkungan pertambangan
mineral dilakukan dengan pendekatan ratio manfaat terhadap biaya lingkungan, evaluasi pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan berdasarkan
kebijakan yang berlaku. Selain itu, juga dilakukan analisis usaha untuk evaluasi peluang usaha UMK di sekitar lokasi studi. Analisis deskriptif juga digunakan
untuk memberikan gambaran dan mendeskripsikan setiap persepsi stakeholders dan masyarakat dalam pengelolaan limbah pertambangan mineral, berupa
kebijakan publik dalam kerangka pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan serta kemungkinan adanya alternatif kebijakan.
3.5.1. Interpretative Structural Modeling ISM
Teknik ISM merupakan suatu proses pengkajian kelompok dimana model- model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu
sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafik serta kalimat. Teknik ISM terutama ditujukan untuk pengkajian suatu tim
atau bisa juga dipakai oleh seorang peneliti. Tahapan analisis menggunakan teknik ISM disajikan pada Gambar 13 Eriyatno 1999.
ISM menganalisis elemen sistem dan menyajikan dalam grafikal setiap hubungan langsung dan tingkat hirarkinya. Elemen sistem dapat berupa objek
kebijakan, tujuan organisasi, faktor-faktor penilaian, perihal kebijakan dan lain- lain. Hubungan langsung dapat bervariasi dalam suatu konteks yang mengacu
pada hubungan kontekstual, seperti elemen i ”lebih baik dari” atau ”adalah keberhasilan melalui” atau ”akan membantu keberhasilan” atau ”lebih penting
dari” elemen j. Langkah-langkah analisis dengan teknik ISM adalah sebagai berikut Kanungo Batnagar 2002.
1 Identification of element
, yaitu setiap elemen dari suatu sistem akan diidentifikasi dan didaftarkan. Hal ini mungkin akan mensukseskan
keseluruhan penelitian, brain storming dan lain-lain. 2
Contextual relationship , yaitu sebuah hubungan kontekstual antara elemen-
elemen yang dikembangkan dan tergantung pada obyek model latihan. 3
Structural Self Interaction Matrix SSIM, yaitu matrik yang menyajikan
persepsi responden dari setiap elemen sampai dengan hubungan langsung antar elemen. Empat simbol yang digunakan untuk menyajikan tipe
hubungan tersebut dapat berada diantara dua elemen dari sistem dengan sebuah pertimbangan, keempat simbol tersebut adalah:
68
V : menyatakan relasi dari elemen E
i
sampai E
j
, tetapi tidak berlaku untuk kebalikannya.
A : menyatakan relasi dari elemen E
j
sampai E
i
, tetapi tidak berlaku untuk kebalikannya.
X : menyatakan inter-relasi antara elemen E
i
dan E
j
, dan berlaku untuk kedua arah
O : merepresentasikan bahwa elemen E
i
dan E
j
adalah tidak berkaitan. 4
Reachability Matrix RM, yaitu menyediakan perubahan simbolik SSIM
menjadi matrik biner. Penggunaan aturan konversinya adalah sebagai berikut:
Jika relasi E
i
sampai E
j
adalah V dalam SSIM, maka elemen E
ij
=1 dan E
ji
=0 dalam RM. Jika relasi E
i
sampai E
j
adalah A dalam SSIM, maka elemen E
ij
=0 dan E
ji
=1 dalam RM. Jika relasi E
i
sampai E
j
adalah X dalam SSIM, maka elemen E
ij
=1 dan E
ji
=1 dalam RM. Jika relasi E
i
sampai E
j
adalah O dalam SSIM, maka elemen E
ij
=0 dan E
ji
=0 dalam RM. Initial
RM kemudian memodifikasi untuk menunjukkan semua pencapaian langsung atau tidak langsung, semuanya jika E
ij
=1 dan E
jk
=1 maka E
ik
=1. 5
Level Partitioning , yaitu melakukan perintah untuk mengklasifikasikan
elemen-elemen ke dalam level yang berbeda dari sebuah struktur ISM. Maksudnya dua set digabungkan dengan setiap elemen E
i
dari sistem. Reachability Set
R
i
adalah sebuah set dari semua elemen dapat dicapai dari elemen E
i
dan Antecedent Set A
i
adalah set dari semua elemen yang dapat dicapai E
i
. 6
Canonical Matrix , yaitu pengelompokan bersama elemen dalam level yang
sama dikembangkan dalam matrik ini. Keberhasilan matrik ini hampir dari segitiga bagian atas elemennya adalah 0 dan segitiga bagian bawah
elemennya adalah 1. Matrik ini kemudian digunakan untuk mempersiapkan sebuah digraph.
7 Digraph
, yaitu sebuah pola term yang diperoleh dari directional graph dan sebagai rujukan adalah sebuah representasi grafikal dari elemen, hubungan
langsungnya dan level hirarkinya. Initial graph disediakan dalam basis
69 canonical matrix
. Ini kemudian dipendekkan melalui pemindahan semua transitivitas menjadi bentuk digraph akhir.
8 Model Structural
, yaitu model ISM yang dihasilkan melalui pemindahan semua nomor elemen dengan deskripsi elemen yang aktual. Oleh karena
itu, ISM dapat memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai sebuah sistem dari elemen dan aliran hubungannya.
Tidak Ya
Program Uraikan program menjadi perencanaan program
Uraikan setiap elemen menjadi sub elemen Tentukan hubungan kontekstual antara sub elemen pada setiap elemen
Susunlah SSIM untuk setiap elemen Bentuk Reachability Matrix setiap elemen
Uji matriks dengan aturan transivity OK?
Modifikasi SSIM Tentukan level
melalui pemiilihan
Susun ISM dari setiap elemen
Ubah RM menjadi format lower triangular
RM
Susun digraph dari lower triangular
Tetapkan Drive dan Drive Power
setiap sub elemen Tentukan rank dan hirarki
dari subelemen
Tetapkan Drive Dependence Matriks
setiap elemen
Plot Subelemen pada empat sektor
Klasifikasi subelemen pada empat peubah kategori
Gambar 13. Diagram Teknik ISM Saxena, 1992
3.5.2. Strategic Assumption Surfacing and Testing SAST
SAST sebagai salah satu teknik analisis dalam pemikiran sistem lunak soft systems thinking
, karena menekankan pada asumsi yang melatar-belakangi
70 kejadian dibanding dengan memperhatikan rancangan dan sistem yang efisien.
Konsekuensinya model SAST memiliki ciri memakai pemikiran sistem bebas tidak terikat atau bersifat melawan tidak selalu sama dan mencakup
pendekatan sistem multidimensional. Dengan demikian teknik SAST sangat membantu untuk membuka asumsi kritis yang melandasi kebijakan, rencana atau
strategi Mason Mitroff 1981. Menurut Mason dan Mitroff 1981 tahapan yang dilakukan dalam teknik
SAST untuk merumuskan alternatif asumsi yang menjadi dasar penyusunan kebijakan adalah sebagai berikut:
1 Tahap pembentukan kelompok group formation, bertujuan membentuk
kelompok dengan melibatkan pihak-pihak yang memahami masalah dalam kebijakan lingkungan hidup dan pertambangan. Pihak yang terlibat adalah
pakar kebijakan, pakar lingkungan hidup, pakar pertambangan, praktisi lingkungan dan pertambangan.
2 Tahap pengedepanan memunculkan asumsi assumption surfacing,
dimaksudkan untuk menggali berbagai asumsi yang paling signifikan melalui diskusi kelompok untuk mendukung kebijakan dan strategi yang diinginkan.
Dalam tahap ini peserta melakukan analisis melalui focus group discussion FGD terhadap perilaku perusahaan pertambangan mineral dalam hal
penerapan pengelolaan lingkungan bio-fisik, pelaksanaan kebijakan yang ada, pemberdayaan masyarakat dan peran serta pemerintah, sehingga
diperoleh asumsi-asumsi dasar yang secara signifikan berpengaruh terhadap penyusunan kebijakan.
Selanjutnya hasil analisis berupa alternatif asumsi dinilai tingkat kepentingan dan kepastiannya dengan menggunakan teknik peringkatan
asumsi yang melibatkan beberapa pakar. Pada penerapan teknik peringkatan asumsi diajukan pertanyaan kepada masing-masing pakar
tentang tingkat kepentingan asumsi tersebut terhadap keberhasilan dan kegagalan strategi yang dimaksud memakai skala jawaban “paling tidak
penting” sampai “paling penting” dan tingkat keyakinan bahwa asumsi tersebut dapat dibenarkan memakai skala jawaban “paling tidak pasti”
sampai paling pasti. 3
Tahap pembahasan dialektik, dimaksudkan untuk mengungkapkan kasus- kasus yang diinginkan melalui diskusi pakar. Proses ini dilakukan melalui
71 perdebatan terbuka untuk membahas: a asumsi-asumsi mana yang
berbeda, b asumsi-asumsi mana yang diberi peringkat berbeda, dan c asumsi-asumsi mana yang dianggap oleh setiap anggota kelompok sebagai
asumsi yang paling bermasalah. Proses modifikasi asumsi ini tetap berlanjut selama masih dapat dicapai kemajuan melalui perdebatan terbuka.
4 Tahap sintesis, untuk mencapai kompromi atas asumsi-asumsi yang dapat
menghasilkan strategi baru yang harus mampu menjembatani atau mengungguli strategi lama.
3.5.3. Issue Management Technology IMT
Dalam merumuskan model konseptual dari suatu kebijakan publik, maka pada proses pengembangan dapat menggunakan:
1 Skenario kebijakan yang kemudian diuji melalui expert judgment dengan
memperhitungkan inconsistency index. 2
Teknik IMT Issue Management Technology untuk memplot pada matrik kebijakan.
Teknik IMT makin banyak digunakan dengan menfaatkan FGD atau tim-inti expert panel dengan tahapan penyusunan analisa perihal dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut: 1
Menentukan 5-10 perihal yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi realisasi tujuan serta memenuhi kriteria logika kritis,
2 Setiap perihal dispesifikasikan sejelas mungkin dan dijauhkan dari perihal
yang semua ataupun penyelesaiannya pada tahap ini umumnya digunakan kalimat tanya mengapa,
3 Jelaskan alasan dan nalar dari pemilihan setiap perihal,
4 Lakukan debat tentang posisi prioritas setiap perihal,
5 Sesuaikan setiap perihal dengan tujuan, strategi dan tindakan kemudian
didiskripsikan setiap tindakan dalam setiap kotak pada matriks perihal. Setelah langkah tersebut selesai, para pengambil keputusan diharapkan telah
mendapatkan snapshots dari seluruh permasalahan. Makin terlambat suatu perihal
diidentifikasikan posisinya,
semakin mahal dan
sulit dalam
penyelesaiannya. Dengan demikian, IMT memberikan solusi agar dimungkinkan bolak-balik antara kerja jangka pendek dengan sasaran jangka panjang dalam
penetapan prioritas, dimana fokus diarahkan pada kotak tindakan segera.
72
3.5.4. Analisis Usaha
Analisis usaha dinilai berdasarkan analisis keuangan dan ekonomi yang memperbandingkan investasi dan biaya yang dikeluarkan dengan manfaat atau
nilai-tambah value added yang dihasilkan dari suatu usaha. Biaya dan manfaat diidentifikasikan, diperbandingkan kemudian keduanya harus dinilai. Analisis
keuangan dan ekonomi menggunakan asumsi bahwa harga merupakan gambaran nilai value Gittinger 1986.
Penilaian hasil usaha mikro dan kecil UMK biasanya dilakukan secara sederhana sehingga memudahkan pemahaman pengusaha. Oleh karena itu
perhitungan labarugi dilaksanakan dengan metode cash-basis, artinya penerimaan cash in diperlakukan sebagai pendapatan sales, demikian pula
pengeluaran cash out diperlakukan sebagai biaya cost. Metode ini tidak sempurna namun mampu memberikan gambaran prospek usaha yang dianalisis.
Analisis penilaian tingkat laba usaha dilakukan dengan perhitungan:
100 x
Penjualan Biaya
Penjualan Usaha
Laba −
=
Net Benefit Cost Ratio Net BC adalah pembandingan antara Present
Value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu
bersifat positif terhadap PV total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana B
t
- C
t
bersifat negatif. Persamaan yang digunakan dalam menghitung Net BC adalah:
[ ]
[ ]
= =
+ =
n 1
t t
t n
1 t
t t
t
Ct -
Bt untuk
i 1
C -
B Ct
- Bt
untuk i
- 1
C -
B C
B Net
Jika Net BC 1 maka proyek dinyatakan layak, jika Net BC = 1, maka proyek mencapai titik impas dan jika Net BC 1 maka proyek dinyatakan tidak
layak untuk dikembangkan. Pay Back Period
PBP digunakan guna menunjukkan waktu sebuah gagasan usaha dapat mengembalikan seluruh modal yang ditanamkan.
Pengembalian dilakukan dengan pembayaran laba bersih ditambah penyusutan. Persamaan yang digunakan guna menghitung PBP adalah :
tahun 1
x Periodik
Penerimaan Awal
Investasi PBP =
73 Break Even Point
titik Pulang Pokok menunjukkan tingkat penjualan perusahaan yang tidak menghasilkan untung maupun menimbulkan kerugian.
Rumus yang digunakan adalah: Penjualan
Jumlah Variabel
Biaya -
1 Tetap
Biaya BEP =
Melalui beberapa analisis tersebut di atas, kemudian dapat dinilai dan disimpulkan prospek usaha mikro dan kecil UMK di lokasi studi.
3.6. Verifikasi dan Validasi Model